Selasa, 21 Januari 2020

Memikul tanggungannya sendiri.


Nampaknya seperti pepatah, itu berarti, setiap orang akan menerima pahala yang sesuai dengan perbuatannya. Jika dirinya adalah seorang yang baik, ia akan senang karena menerima pembalasan yang baik juga, sementara jika seorang berbuat jahat, dia akan menjadi sengsara karena kejahatan yang diperbuatnya. Seseorang yang baik akan memiliki sumber kebahagiaan yang bersumber dari dalam dirinya sendiri, demikian pula jika orang berdosa, ia harus menanggung hukuman yang sesuai dengan dosanya. Karena pada hari penghakiman setiap orang akan “dihargai”. Menyadari hal ini, maka kita seharusnya sedikit cemas tentang sentimen orang lain, sehingga kita harus berusaha untuk menjaga hati nurani yang baik kepada Allah dan manusia (Matius 5:23-24; 1 Korintus 10:29; Galatia 6:1-10).

Untuk menjadi murid Kristus dan layak disebut sebagai orang Kristen, seseorang harus menyangkal dirinya, memikul salibnya tiap-tiap hari dan mengikut Kristus (Matius 10:38, 16:24; Markus 8:34; Lukas 9:23, 14:27). Gaya bahasa yang dipergunakan dalam penulisan ayat-ayat tersebut adalah Metonymy, perubahan kalimat/kata (kerja, benda atau nama) yang dipakai untuk menggantikan yang lain dimana didalamnya memiliki keterkaitan tertentu.
Dalam gaya bahasa Metonymy terdapat beberapa keterkaitan:
1.       Sebab, ketika penyebab ditampilkan terkait dengan akibatnya (Kejadian 23:8; Lukas 16:20).
2.       Akibat, ketika akibat ditampilkan terkait dengan penyebabnya (Kejadian 25:23; KPR 1:18).
3.       Subyek, ketika subyek ditampilkan terkait dengan sesuatu yang menjelaskannya (Kejadian 41:13; Ulangan 28:5).
4.       Keterangan, ketika penjelasan subyek ditampilkan bagi subyek itu sendiri (Kejadian 28:22; Ayub 32:7).

Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Jika seseorang mau mengikut Aku" – "Jika", "Sekiranya", "Kalau saja", tidak ada yang dipaksakan disini, tetapi jika ada yang mau atau bersedia menjadi seorang Kristen, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya – merupakan aturan yang tidak pernah bisa banyak diamati, tetapi biarlah dalam segala hal mengingkari kehendak keinginan diri sendiri, dengan senang hati, lalu melakukan kehendak Allah, sekalipun menyakitkan. Lalu haruskah kita menganggap semua salib, merupakan segala hal yang menyedihkan bagi darah dan daging, karena peluang untuk merangkul kehendak Tuhan hanya melalui cara pengorbanan kita sendiri?

Cara berpikir manusiawi Petrus yang tidak berpikiran Allah, itulah iblis (Matius 16:23), seharusnya sebagai murid Kristus maka pikiran dan perasaan Kristuslah yang harus diketahui, dipelajari, dilakukan dan berada menguasai seluruh aspek kehidupan ini. Itulah sebabnya rasul Paulus menasehatkan agar kita mengalami perubahan pikiran, lalu melatih diri untuk mengerjakan kehendak Allah (1 Timotius 4:7-8; Roma 12:1-2; 1 Korintus 9:27; Efesus 4:23). Latihan sangatlah berguna, karena melaluinya kita mengalami kegenapan Firman Tuhan, dimana jika kita melakukan firman-Nya, akibat dari tindakan ketaatan kita tersebut akan menghasilkan penggenapan janji Tuhan. Prinsip tabur-tuai terjadi, dengan demikian iman kepercayaan kita kepada-Nya dikuatkan (Galatia 6:7).

Sebagaimana Kristus memikul salib yang seharusnya kita pikul (Yesaya 53:4-12), demikianlah hendaknya kita memikul beban (salib) orang lain (1 Korintus 9:19-23, 10:24; Filipi 2:3-4; Yakobus 5:19-20), dengan tekun dan bersukacita (Ibrani 12:2), sebab apa yang sekarang kita tanggung tidak sebanding dengan kemuliaan kekal yang akan diberikan bagi kita (2 Korintus 4:17). Itulah sebabnya rasul Paulus sebagai pelayan Allah, ia berusaha untuk menangkap seluruh kehendak Allah itu (Filipi 3:10-12), meneladani para nabi pendahulunya (Yakobus 5:10), itupun anugerah Allah bagi hamba-hamba-Nya (1 Petrus 2:19-21).


Sudahkah kita juga bertekun untuk memikul salib sebagai ganti sukacita yang telah disediakanNYA ?

Minggu, 19 Januari 2020

Lahir ditengah kawanan serigala.

Secara umum, setiap kita terlahir dari keluarga yang tidak mengenal Yesus Kristus sebagai Tuhan. Bisa saja secara garis keturunan, para pendahulu kita bukanlah pelaku kejahatan, mereka adalah orang yang baik. Tetapi dengan jelas firman Tuhan menyatakan bahwa, "Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang pun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak. Kerongkongan mereka seperti kubur yang ternganga, lidah mereka merayu-rayu, bibir mereka mengandung bisa. Mulut mereka penuh dengan sumpah serapah, kaki mereka cepat untuk menumpahkan darah. Keruntuhan dan kebinasaan mereka tinggalkan di jalan mereka, dan jalan damai tidak mereka kenal; rasa takut kepada Allah tidak ada pada mereka." Roma 3:10-18.
"Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku." (Keluaran 20:3). Berhala atau allah lain, adalah sesuatu yang  disanjung, dihormati, bahkan disembah sebagai sesuatu yang lebih berharga daripada Tuhan sang Pencipta dan Pemilik langit bumi beserta segala isinya. Berhala bukanlah terbatas dalam bentuk patung saja, tetapi termasuk didalamnya kepentingan diri sendiri (Kejadian 3:5 bandingkan dengan Yesaya 14:12-14) untuk berkuasa, menjadi seperti Allah. Itulah sebabnya mementingkan diri sendiri merupakan bentuk kejahatan dimata Tuhan (Yakobus 3:16).
Dengan semakin meningkatnya kebutuhan untuk hidup, maka keberadaan manusia semakin jahat (2 Timotius 3:1-7). Tidak jarang di media massa diberitakan berbagai tindak kejahatan mulai dari hal kecil hingga besar, dengan terencana maupun tidak, dilakukan perorangan bahkan secara kelompok. Semuanya terjadi ketika keinginan mata, keinginan daging dan keangkuhan hidup menguasai seseorang. Memang kebutuhan hidup adalah sesuatu yang tetap tidak terpisahkan dari manusia, Bapa surgawi juga mengetahui hal itu (Matius 6:32). Tetapi Allah tidak menghendaki dunia dan keinginannya menguasai manusia, sebagaimana Dia telah mengalahkan dunia, kita yang dilahirkan-Nya dikehendaki juga untuk mengalahkan dunia melalui iman kita kepada-Nya (Yohanes 16:33; 1 Yohanes 5:4).
Seperti nabi Yesaya, kita semua berada ditengah-tengah bangsa yang najis bibir, sebagai ekspresi hati dan pikiran yang meluap melalui tindakan verbal (juga fisik). Dari tempat yang mematikan (Mazmur 40:3; Roma 3:23) itulah Allah mengambil kita untuk masuk kedalam rencana-Nya yang mulia. Dia menempatkan kaki kita di atas bukit batu, dan menetapkan langkah kita. Melalui kelahiran baru, lahir dari air dan Roh, melihat Kerajaan Allah dan masuk ke dalamnya (Yohanes 3:3-6). Sebagai orang-orang yang dilahirkan oleh kehendak Allah, yang menerima-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, Firman yang menjadi manusia Yesus Kristus (Yohanes 1:12-18). Sungguh sebuah anugerah yang luar biasa (Roma 5:15-17).

Sungguh sebuah peristiwa yang wajar, jika dalam sebuah kawanan serigala, dan tiba-tiba kemudian terjadi metamorphosis, dimana seekor anak serigala yang berada dekat dengan induknya mengalami perubahan wujud menjadi seekor anak domba. Dapat kita bayangkan, pastilah anak domba itu menjadi mangsa kawanan serigala tersebut, termasuk induknya juga akan ikut mencabik-cabiknya tanpa merasa kasihan. 
Hal yang sama akan terjadi dalam hidup seseorang, jika mengalami “μετανοέωmetanoeo G3340, perubahan pikiran, lalu bertobat dengan meninggalkan perbuatan-perbuatannya yang jahat (KPR 14:15), kemudian terus bertumbuh kearah Dia (Efesus 4:15). Menjadi tidak lagi serupa dengan dunia (Roma 12:1-2), maka tidaklah mengherankan jika dunia menolak dan membenci mereka yang percaya akan nama Yesus Kristus (Yohanes 15:19; 17:14).
Seorang Kristen secara wajar akan mengalami tekanan, penolakan bahkan aniayaan karena Kristus.