Senin, 30 Agustus 2010

Kerajaan-MU datanglah-01

Kerajaan-Mu datanglah, kehendak-MU jadilah di bumi seperti di surga.

Ketika murid-murid meminta Yesus untuk mengajar mereka berdoa, salah satu aspek doa yang dia­jarkan adalah agar Kerajaan-NYA hadir di muka bumi ini. Tentu saja setiap orang percaya – murid Yesus Kristus Tuhan, kita sebagai generasi penerus juga diajar dan belajar untuk berdoa agar Kerajaan-NYA hadir di muka bumi ini. Kerajaan-NYA hadir bukan hanya dalam wujud spiritual saja, tetapi dalam realitas. Adalah wajar jika seseorang yang percaya tidak ingin hidup dalam bayang-bayang mimpi pengajaran, pengetahuan dan pemahaman spiritual saja, tetapi menginginkan kepastian wujud nnyata dari apa yang dipercayainya. Lagi pula untuk apa kita mempercayai sesuatu “kepercayaan” jika apa yang kita percayai ternyata hanya janji-janji kosong. Tetapi kebenaran yang hakiki tentulah bukan hanya sekedar pengajar­an atau janji, sebab Tuhan tidak pernah mengajarkan sesuatu yang tidak mungkin terjadi, apa yang di­katakan-NYA merupa­kan sesuatu yang dapat terwujud. Jika bapa di dunia ini menyuruh anaknya untuk meminta kepada dirinya tentulah ia sanggup memenuhinya, sebaliknya jika ia memerintahkan anaknya mengerjakan sesuatu yang tidak mungkin dikerjakan (diwujudkan melalui tindakan, dialami) oleh anak-anaknya, tentulah ia da­pat dikatakan sebagai “bapa yang gila”.
Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan? Atau, jika ia minta telur, akan memberikan kepadanya kalajengking? (Lukas 11:11-12)
Artinya jika kita meminta “datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga” kepada-NYA, maka IA akan memberi kesempatan kepada kita yang mempercayai-NYA untuk mengalami hidup dalam kerajaan-NYA, IA memberi kemampuan kepada kita untuk mewujudkannya.
Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. (Lukas 11:9-10)
Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi. (Kis. Rasul 1:8)

Keberadaan kerajaan Allah, dimana Allah sebagai raja dan manusia sebagai warga kerajaan itu, bu­kan lagi cuma sekedar mimpi. Orang percaya sebagai warga kerajaan Allah diperintahkan untuk mengu­paya­kan hidup (menghidupi) dan bekerja untuk menghasilkan (menambah) warga kerajaan itu.
Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya…Nanging kratone Allah lan kasampurnane iku pada upayanen dingin (Matius 6:33, Kitab Sutji, bahasa Jawa, Balai Alkitab 1965). Tetapi kerajaan­nya Allah dan kesempurnaannya itu upayakanlah dahulu. (terjemahan bebas)
Mencari dan mengupayakan keberadaan kerajaan Allah dan kebenarannya merupakan perintah Tuhan, artinya ada kepastian tentang keberadaan dan kenyataan kerajaan Allah itu. Bukan sekedar dongeng, mimpi atau ilusi, tetapi sebuah realitas kehidupan yang nyata dimana Allah sebagai raja memerintah dalam kerajaan-NYA di bumi atas orang-orang yang percaya kepada-NYA sebagai warga kerajaan itu.

Kerajaan Allah, tempat kehadiran dan pemerintahan-NYA.

Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. (Kejadian 1:26-27)
Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? ….. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu.(I Korintus 3:16-17)
Tujuan Allah semula dalam menciptakan manusia tentu bukanlah supaya manusia itu beranak cucu dan atau bertambah banyak untuk memenuhi bumi saja, tetapi juga untuk menaklukkan bumi, memakai segala sesuatu yang ada di bumi untuk melayani Tuhan dan manusia (lihat terjemahan Amplified Bible). Manunggal dengan Allah dan menyelenggarakan pemerintahan-NYA di muka bumi ini. Tetapi karena dosa, manusia semakin jauh dari Tuhan. Manusia yang adalah representasi Allah di bumi ini tidak lagi mengenakan sifat-sifat ilahi se­hingga:
Berfirmanlah TUHAN: "Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena manu­sia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun saja."(Kejadian 6:3)

Allah bekerja dengan pola

Manusia diciptakan sebagaimana keberadaan Allah yang three-in-one, Bapa-Putra-Roh Kudus, sehingga manusia adalah Tubuh-Jiwa-Roh (I Tesalonika 5:23). Tidaklah mengherankan bila Allah selalu memakai pola three-in-one ini, bahtera Nuh memiliki tiga tingkat, Kemah Musa – tempat kediaman Allah di padang gurun terdiri atas Halaman-Ruang Suci-Ruang Maha Suci, Paulus mengatakan bahwa ia diangkat ke langi yang ke tiga (ada tiga langit dalam pengertian Yahudi: langit dimana burung-burung dan hewan-he­wan beterbangan; langit dimana matahari, bulan dan bintang berada; langit dimana alam rohani berada), demikian pula ada Firdaus yang terdahulu (jaman Adam), Firdaus yang sekarang (ketika Yesus berkata kepada salah satu penyamun yang disalib bersama-NYA) dan Firdaus yang akan datang. Ada kemarin, hari ini dan esok; lahir-hidup-mati. Allah selalu bekerja dalam pola yang tak berubah.
Demikian pula waktu IA memerintahkan Musa untuk membangun tempat kediaman-NYA di padang gurun
Kemudian haruslah kaudirikan Kemah Suci sesuai dengan rancangan yang telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu. (Keluaran 26:30)
"Ingatlah," demikian firman-Nya, "bahwa engkau membuat semuanya itu menurut contoh yang telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu." (Ibrani 8:5).
Allah tidak pernah bekerja dengan cara sembarangan, ada ketentuan ilahi yang selalu menjadi ukuran setiap apa yang harus dikerjakan-NYA, demikian juga bagi manusia, IA telah memberikan ketetapan rancangan-NYA supaya dikerjakan oleh manusia. Sekali lagi perlu kita sadari bahwa Allah memiliki pola/ rancangan kerja. Oleh karena itu sangatlah penting bagi kita untuk terus menerus melihat, mempelajari, dan mengerjakan kehidupan ini sesuai dengan contoh/pola/rancangan yang telah diberikan-NYA.

Israel sebagai contoh

Sang Pencipta alam semesta  bukanlah sosok yang gampang berubah pikiran, tetapi IA adalah Allah yang memiliki pola rencana kerja permanen, karena IA setia terhadap janji-NYA, dari kekal sampai kekal IA tak berubah. Bila kita dapat menelusuri teks tertulis kitab suci, sejarah dan realitas alam semesta, maka kita akan mendapatkan beberapa pola tetap yang terus menerus Allah kerjakan.
Sebagai contoh; siklus air, gerak tata surya, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya bergerak dan ber­tumbuh dalam pola yang tetap.  Jika kita menelusuri pola Allah dalam karya penyelamatan Israel dari Mesir kemudian kita bandingkan terhadap karya penyelamatan-NYA bagi umat manusia disanapun ter­dapat pola yang tetap!
Lalu berkatalah TUHAN kepadaku: Apa yang dikatakan mereka itu baik; seorang nabi akan Kubang­kitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya. Orang yang tidak mendengarkan segala firman-Ku yang akan diucapkan nabi itu demi nama-Ku, dari padanya akan Kutuntut pertanggungjawaban. (Ulangan 18:17-19)
Musa
Yesus Kristus
Suku Lewi
Suku Yehuda (saudara kandung Lewi)
Imamat lahiriah  (Harun)
Imamat rohani (Melkisedek)
Lahir di Mesir, Israel teraniaya Mesir
Allah lahir di bumi, Israel terjajah Roma
Pembunuhan bayi
Pembunuhan anak-anak dibawah 2 tahun
Diasuh putri Mesir
Diasuh manusia (Maria, ibunya)
Melarikan diri
Melarikan diri
Keluar dari Mesir
Keluar dari Mesir
Proses di padang gurun
Dicobai iblis di padang gurun
Melakukan mujijat
Melakukan mujijat
Kepribadiannya lembut
Lemah lembut dan rendah hati
Bait Allah padang gurun - jasmani
Bait Allah rohani
Dibangun oleh manusia
Dibangun oleh Allah
Israel  jasmani
Israel rohani
Yerusalem
Yerusalem Surgawi
Sunat kulit khatan – lahiriah
Sunat hati – Kristus
Hukum tertulis pada loh batu
Hukum tertulis pada loh hati dan akal budi
Penebusan dosa dengan darah binatang
Darah Kristus penebus dosa
Masih banyak yang tidak dicantumkan disini  

Semuanya ini telah menimpa mereka (bangsa Israel) sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba.
(I Korintus 10:11)
Ayat diatas sangatlah menarik, karena rahasia besar bagi kita yang hidup di masa sekarang dinyata­kan. Puji Tuhan, betapa IA baik. Artinya, kita dapat belajar dari apa yang terjadi atas bangsa Israel. Con­toh diberikan agar kita tidak menebak-nebak bagaimana implementasi Firman Tuhan. “Kebenaran itu berjalan parallel” kata Morris Cerullo, apa yang lahiriah menggambarkan yang rohaniah, sebaliknya iman harus disertai dengan perbuatan yang sesuai. Oleh perbuatan, iman menjadi nyata, yang tidak tampak menjadi terlihat.

Contoh dan Kemuliaan

1.       Kemah Suci Musa (Keluaran 39- 40)
      Ketika Musa menyelesaikan pekerjaan dan semuanya sesuai dengan contoh Allah, seperti yang diperintahkan Allah kepada Musa, maka awan kemuliaan memenuhi Kemah Suci dan tidak ada seo­rangpun dapat melayani oleh karena adanya kemuliaan itu ( Keluaran 40:33-34). Contoh itu dimete­raikan oleh kemuliaan.
2.       Bait Allah Salomo (I Raja 7- 8; II Tawarikh 5:11-14)
      Ketika Salomo telah selesai menyelesaikan pekerjaan Bait Suci dan semua dibangun menurut apa yang telah diberikan Tuhan Allah kepadanya, melalui Daud, maka awan kemuliaan memenuhi Bait Suci dan tidak ada seorangpun dapat melayani oleh karena adanya kemuliaan itu. Ketenteraman penyanyi dan pemain musik dan kesatuan penyembahan Kemah Suci Daud mendahului kemuliaan itu. Sekali lagi, contoh dimeteraikan oleh kemuliaan.
3.       Bait Allah, pengelihatan Yehezkiel (Yehezkiel 40-48)
      Setelah Tuhan menunjukkan kepada Yehezkiel tentang pengelihatan Bait Suci dan semua yang te­lah diukur menurut contoh ilahi, maka kemuliaan memenuhi Bait Suci Tuhan melalui pintu gerbang yang menghadap ke sebelah timur (Yehezkiel 43:1-6). Sekali lagi, contoh dimeteraikan oleh kembali­nya kemuliaan yang telah hilang
4.       Tuhan Yesus Kristus
      Yesus Kristus – Imanuel, sang “Gusti nunggil klawan kito”, realitas three-in-one Allah yang menya­tu dengan manusia adalah Kemah Suci atau Bait Suci Allah (Yohanes 1:14-18; 2:20-21). DIA adalah sempurna dalam segala keberadaan-NYA, segala yang difirmankan-NYA, dan segala yang diperbuat-NYA. DIA adalah ukuran sempurna dari contoh Allah bagi manusia. Meterai Allah berada diatas-NYA dan kemuliaan menempatkan-NYA dalam kepenuhan (Yohanes 3:33-34; Kolose 1:19; 2:9). Dalam peristiwa pemuliaan di atas gunung, Kemuliaan Allah bersinar melalui wajah-NYA (Mati­us 17:1-9). kemuliaan yang DIA memiliki dalam hadirat Bapa sejak dunia belum diijadikan (Yohanes 17:5)
5.       Bait Allah Surgawi, Kota Allah (Wahyu 21-22)
      Sebuah kota yang telah diukur menurut contoh Allah, sehingga Tuhan Allah dan Anak Domba, te­lah menjadi terang dan kemuliaan dari kota sempurna ini. Penyataan wahyu tentang tempat kediam­an Allah ini dimeteraikan oleh cahaya ke­muliaan Allah dan Kristus, sebuah kota yang dibangun dan dibuat oleh Allah sendiri. (Ibrani 11:10-16)
6.       Bait Allah Rohani, Jemaat Perjanjian Baru
            Jemaat Perjanjian Baru – gereja Tuhan, adalah tempat tinggal Perjanjian Baru Allah, berasal dari inisiatif Allah (Yohanes 3:16), dibangun dan dibentuk oleh Allah (I Petrus 1:23; Zakaria 4:6), serta diperuntukkan bagi Allah sendiri (Roma 11:36). Tubuh Kristus yang bersatu dengan sang Kepala – Kristus, tampil di muka bumi dengan sempurna, penuh kemuliaan dan hormat dengan kuasa ilahi mengalahkan dosa dan penguasa dunia ini.

Bait Allah Rohani

Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah roha­ni, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah. (1 Petrus 2:5 ).
Daud menyuruh mengumpulkan orang-orang asing yang ada di negeri orang Israel, lalu ditempat­kannya tukang-tukang untuk memahat batu-batu pahat yang akan dipakai untuk mendirikan rumah Allah. (1 Tawarikh 22:2)
Ada waktu dan proses yang dibutuhkan untuk mengambil dan membentuk batu-batu yang akan dipergu­nakan bagi pembangunan rumah Allah ini. Tidak ada satupun batu yang begitu saja dipakai sebagai bagian dalam pembangunan tanpa melalui pembentukan, karena hal ini adalah sebuah keniscayaan. Ba­gaimana mungkin batu yang bentuknya beragam dapat dipergunakan? Bila disusun, maka hasil susunan batu-batu ini pastilah tidak teratur menjadi sebuah bangunan yang tegak, sehingga bangunan akan mu­dah roboh. Itulah sebabnya batu-batu tersebut harus dibentuk, dipahat, dipangkas bagian-bagian yang tidak diperlukan, sesuai dengan ukuran dan peruntukannya sehingga layak untuk dipakai dalam pem­bangunan.
Pada waktu rumah itu didirikan, dipakailah batu-batu yang telah disiapkan di penggalian, sehingga ti­dak kedengaran palu atau kapak atau sesuatu perkakas besipun selama pembangunan rumah itu.( 1 Raja-raja 6:7)
Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekali­pun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus. Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh. Karena tubuh juga tidak terdiri dari satu ang­gota, tetapi atas banyak anggota. Andaikata kaki berkata: "Karena aku bukan tangan, aku tidak ter­masuk tubuh", jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh? Dan andaikata telinga berkata: "Karena aku bukan mata, aku tidak termasuk tubuh", jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh? Andaikata tubuh selu­ruhnya adalah mata, di manakah pendengaran? Andaikata seluruhnya adalah telinga, di manakah penciuman? Tetapi Allah telah memberikan kepada anggota, masing-masing secara khusus, suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya. (I Korintus 12:12-18)
Tidak ada satu bagian tubuh manusia tidak membutuhkan satu sama lain, sampai bagian-bagian terkecilnya. Semua bagian yang ada saling membutuhkan, terikat satu sama lain, bertumbuh secara ber­sama-sama.
Memang ada banyak anggota, tetapi hanya satu tubuh. Jadi mata tidak dapat berkata kepada ta­ngan: "Aku tidak membutuhkan engkau." Dan kepala tidak dapat berkata kepada kaki: "Aku tidak membutuhkan engkau." Malahan justru anggota-anggota tubuh yang nampaknya paling lemah, yang paling dibutuhkan. Dan kepada anggota-anggota tubuh yang menurut pemandangan kita kurang ter­hormat, kita berikan penghormatan khusus. Dan terhadap anggota-anggota kita yang tidak elok, kita berikan perhatian khusus. Hal itu tidak dibutuhkan oleh anggota-anggota kita yang elok. Allah telah menyusun tubuh kita begitu rupa, sehingga kepada anggota-anggota yang tidak mulia diberikan peng­hormatan khusus, supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-ang­gota yang berbeda itu saling memperhatikan. Karena itu jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita. Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya. (I Korintus 12:20-27)

Itulah sebabnya sebagai batu hidup, setiap orang percaya harus dibentuk sesuai dengan kehendak dan rancangan-NYA agar secara fungsional layak dipakai bagi pembangunan rumah Allah rohani. Karena hal ini maka setiap pelayanan yang mencakup upaya pembangunan rumah Allah, jemaat Perjanjian Baru, harus mempelajari, memperhatikan rancangan awal “contoh” yang diberikan-NYA dalam Firman Allah, ke­mudian membangun berdasarkan pada contoh tersebut. Oleh sebab itu rasul Paulus mendesak se­mua orang untuk “memperhatikan bagaimana ia harus membangun” (I Korintus 3:9-10). Haruslah seorang ahli bangunan memiliki motivasi dan keinginan yang murni untuk membangun menurut “contoh” yang telah diberikan-NYA sebagai sang Perancang bangunan, karena bagi dan hanya untuk kemuliaan Allah dan Kristus saja bangunan ini diperuntukkan, bukan untuk yang lain. Sehingga sudah sewajarnya bangunan ini harus sesuai dengan kehendak Pemiliknya, karena DIA-lah yang akan menempati bangunan tersebut.
Kemudian haruslah kaudirikan Kemah Suci sesuai dengan rancangan yang telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu. (Keluaran 26:30)
"Ingatlah," demikian firman-Nya, "bahwa engkau membuat semuanya itu menurut contoh yang telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu." (Ibrani 8:5).
Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, —yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota—menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.( Efesus 4:16)

Jika kita diperintahkan dengan kata “Haruslah” dan “Ingatlah” dalam membangun rumah Allah – jemaat. Sebab rancangannya “telah diberikan”, bukan belum atau sedang dirancang, tetapi telah diberikan. Itulah sebabnya bentuk wujud realitasnya sudah ada, sehingga tidak menimbulkan kebingungan konsep dalam membangunnya.
Sekali lagi, hal terpenting yang harus diperhatikan “contoh” NYA. Bagaimana Jemaat pada awalnya di­bangun, keberadaannya, kehidupannya dan realitas kuasa yang ada didalamnya. Pertama yang harus kita perhatikan adalah pengertian tentang “Jemaat”. Yang dimaksud mengena­i Jemaat disini bukanlah konsep moderen dimana terdapat sekelompok orang yang tertata dalam satu wadah denominasi, yang memiliki jadwal pertemuan rutin dalam waktu-waktu tertentu, pada bangunan-bangunan tertentu dengan kegiatan-kegiatan tertentu, dengan struktur organisasi tertentu pula. Konsep yang benar mengenai Je­maat haruslah dikembalikan pada arti seperti yang dimaksudkan Allah, ketika IA berbicara mengenai Je­maat. Bila pengertian atau konsep mengenai Jemaat telah melen­ceng, maka pengertian atau konsep itu harus dirobohkan, dibongkar, dicabut serta dihancurkan total. Sehingga kebenaran dan kenyataan kehi­dupan Jemaat dapat ditanam dan dibangun.
Kita akan mendapatkan kebenaran tentang Jemaat dalam kisah perjalanan Paulus berikut ini:
      "Aku adalah orang Yahudi, lahir di Tarsus di tanah Kilikia, tetapi dibesarkan di kota ini; dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel dalam hukum nenek moyang kita, sehingga aku menjadi seorang yang giat bekerja bagi Allah sama seperti kamu semua pada waktu ini. Dan aku telah menganiaya pengikut-pengikut Jalan Tuhan sampai mereka mati; laki-laki dan perempuan kutangkap dan kuserahkan ke dalam penjara.Tentang hal itu baik Imam Besar maupun Majelis Tua-Tua dapat mem­beri kesaksian. Dari mereka aku telah membawa surat-surat untuk saudara-saudara di Damsyik dan aku telah pergi ke sana untuk menangkap penganut-penganut Jalan Tuhan, yang terdapat juga di situ dan membawa mereka ke Yerusalem untuk dihukum. Tetapi dalam perjalananku ke sana, ketika aku sudah dekat Damsyik, yaitu waktu tengah hari, tiba-tiba memancarlah cahaya yang menyilaukan dari langit mengelilingi aku. Maka rebahlah aku ke tanah dan aku mendengar suatu suara yang ber­kata kepadaku: Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku? Jawabku: Siapakah Engkau, Tuhan? Kata-Nya: Akulah Yesus, orang Nazaret, yang kauaniaya itu. (Kisah Rasul 22:3-8)
Dari pengalaman diatas, rasul Paulus sewaktu menulis surat kepada jemaat, ia menjelaskan bahwa Kristus Yesus adalah kepala Jemaat, Jemaat adalah Tubuh Kristus – Tempat Kediaman Allah.
Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu. (Efesus 1:22-23).
Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu.(I Korintus 3:16-17)
Paulus berdoa, supaya Jemaat Efesus dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.
Sebab  bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita, bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun-temurun sampai selama-lamanya. Amin. (Efesus 3:20-21)
Jemaat Perjanjian Baru, adalah Tubuh Kristus – tempat kediaman Allah. Keberadaan kemuliaan Al­lah dinyatakan oleh manifestasi karya Roh Kudus melalui bagian-bagian Tubuh-NYA sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan-NYA.
Jadi, kalau seluruh Jemaat berkumpul bersama-sama dan tiap-tiap orang berkata-kata dengan baha­sa roh, lalu masuklah orang-orang luar atau orang-orang yang tidak beriman, tidakkah akan mereka katakan, bahwa kamu gila? Tetapi kalau semua bernubuat, lalu masuk orang yang tidak beriman atau orang baru, ia akan diyakinkan oleh semua dan diselidiki oleh semua; segala rahasia yang ter­kandung di dalam hatinya akan menjadi nyata, sehingga ia akan sujud menyembah Allah dan meng­aku: "Sungguh, Allah ada di tengah-tengah kamu."
(I Korintus 14:23-25).
Dalam perhimpunan jemaat, atau dengan kata lain ketika orang-orang percaya – pengikut Jalan Tuhan berkumpul, ketika dari semua bagian Tubuh Kristus tersebut menyatakan pikiran Allah dan bergerak se­suai dengan kehendak Allah, menyingkapkan rahasia agar semua yang hadir sujud menyembah dan mengakui kehadiran Allah, disitulah kemuliaan Allah di dalam Kristus Yesus dinyatakan.
Kita dapat melihat adanya beberapa komponen pemenuhan kemuliaan Allah atas Jemaat sebagai beri­kut:
1.       Orang percaya – pengikut Jalan Tuhan
      Yang dimaksudkan disini bukanlah sekedar orang yang percaya kepada Yesus Kristus, tetapi orang yang melekat, meyakini dan mempercayakan dirinya kepada Yesus Kristus dengan cara hidup dipimpin oleh Roh-NYA. Orang yang mengikuti cara hidup Yesus, berjalan di jalan yang Yesus lewati. Mengerjakan apa yang Yesus kerjakan.
2.       Berkumpul – menyatu
Tuhan tidak membiarkan kita berjalan sendirian, karena kekuatan akan muncul dari persatuan. Dua orang yang bepergian bersama dapat menangkis serangan, tapi orang yang sendirian mudah dikalahkan. Tiga utas tali yang dijalin menjadi satu, sulit diputuskan. (Pengkotbah 4:12, BIS). Kesatu­an mendatangkan berkat, kehidupan, dan jawaban atas doa (Mazmur 133; Matius 18:19-20). Agar dunia tahu dan percaya kepada Yesus. (Yohanes 17).
3.       Bernubuat – menyampaikan pikiran Kristus
Nubuat merupakan pikiran atau kehendak Tuhan yang disampaikan kepada seseorang atau sekelompok bahkan satu bangsa. Terkadang nubuat dikaitkan bagi sesuatu yang akan terjadi, pengertian ini tidaklah salah, tetapi kurang sebab sebenarnya nubuat memiliki tiga dimensi waktu. Ketika nabi Nathan menegur raja Daud, disini sang nabi bernubuat menyingkapkan apa yang telah terjadi. Ketika Yesus diperhadapkan dengan seorang wanita yang kedapatan berzinah, IA menyam­paikan pikiran-NYA kepada wanita itu tentang apa yang harus dilakukannya mulai saat itu juga “Ja­ngan berbuat dosa lagi!”. Yunus bernubuat kepada orang Niniwe tentang apa yang akan terjadi, ke­mudian terjadi pertobatan besar.
Aspek masa lalu, sekarang dan yang akan datang senantiasa diperlukan bagi pertumbuhan kehi­dupan. Masa lalu sebagai sejarah yang harus kita pelajari, sekarang adalah waktu kita berkarya, masa yang akan datang adalah hasil dari seluruh apa yang telah dikerjakan. Demikian pula pikiran Kristus akan menyingkapkan dosa-dosa masa lalu kita, sehingga kita bertobat sekarang juga dan berkarya bagi DIA, untuk mengerjakan apa yang menjadi tujuan-NYA di masa yang akan datang.
4.       Kristus sebagai pemimpin – pusat penyembahan
Bila kita melihat pola ibadah surgawi dalam Wahyu pasal 4, disana ada pusat penyembahan. Karena itu sangatlah penting untuk memperhatikan pusat penyembahan hidup kita, kepada apa/siapa kita mempersembahkan diri. Dengan adanya banyak orang yang berkumpul dalam perhimpunan jemaat, yang kemudian semua menyampaikan pikiran dan karya Kristus, maka pengagungan terhadap sese­orang menjadi berkurang, tidak ada satu orang yang ditinggikan. Orang baru yang tidak beriman akan melihat bagaimana Allah bekerja melalui jemaat yang adalah Tubuh-NYA. Ia akan diselidiki oleh semua, diyakinkan oleh semua sehingga ia berkata “Sungguh Allah ada di tengah-tengahmu” , orang itu pun melihat pusat perhimpunan jemaat tersebut.
5.       Pengakuan orang lain akan Allah
Adalah baik mendapatkan pengakuan diri, tetapi jauh lebih penting bila orang lain mengakui ke­beradaan Allah. Sering terjadi orang terbawa untuk mengakui keberadaan seseorang yang memiliki kecakapan dalam hal tertentu, seseorang yang cakap menyanyi misalnya, seringkali dipuji karena merdu suaranya. Perhatian pendengar hanya kearah indahnya nyanyian bukan pesan yang disam­paikan melalui lagu tersebut. Bahkan seseorang dengan karunia kesembuhan lebih dicari ketimbang Tuhan sang sumber karunia dan kesembuhan. Penting bagi kita untuk memperhatikan pengakuan orang lain, apakah mereka mengakui kebera­daan kita atau Allah. Pengakuan akan diri kita hanya mendatangkan kesombongan, sebaliknya pe­ngakuan akan Allah mendatangkan kerendahan hati. Pengakuan orang yang tidak beriman akan Al­lah mendatangkan pertobatan. Inilah kehendak Tuhan (II Petrus 3:9).

Belajar dari Jemaat mula-mula Israel

Untuk menghadirkan kerajaan Allah di bumi, kita perlu belajar dari Israel, apa yang terjadi ketika kuasa Allah bekerja di bumi dalam kehidupan jemaat mula-mula. Ada 7 hal pokok yang menjadi kekuatan dari Jemaat Perjanjian Baru, definisi dan demonstrasi ten­tang hal ini tercatat dalam kitab Kisah Para Ra­sul. Tercatat bahwa keberadaan jemaat/gereja mula-mula yang tanpa nama, bangunan gedung, atau konstitusi hukum. Tetapi kuasa Roh Kudus nyata atas pemimpin, pertobatan, pengajaran, persekutuan, perjamuan, doa dan pelayanan mereka. Inilah pola asli realitas kerajaan Allah yang selayaknya menjadi teladan jemaat/gereja selama berabad-abad.
1.       Kuasa Roh Kudus atas Pemimpin
Seorang pemimpin bisa saja kepenuhan Roh Tuhan, tetapi ia belum siap untuk melayani hingga “kuasa” Roh Kudus turun atasnya. Rasul-rasul menerima kepenuhan Roh setelah kebangkitan Kris­tus. Mereka kemudian menerima ujian ketaatan, diikuti oleh kuasa Roh pada hari Pentakosta. Pola yang sama terjadi dalam kehidupan Yesus Kristus. IA “dipenuhi” Roh Kudus ketika keluar dari pem­baptisan, kemudian dipimpin oleh Roh memasuki pencobaan. IA kembali dalam “kuasa” Roh memu­lai pelayanan-NYA keseluruh daerah. Kuasa Roh Kudus adalah kuasa terbesar dalam dunia ini – kuasa KASIH.
Tahap pertama untuk menerima kuasa ialah tinggal dan dipenuhi Roh Kudus. Tinggal dalam Roh Kudus dalam karya keselamatan, ketika “Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah”. (Roma 8:16). Sebagai orang percaya, “hendaklah kita dipenuhi oleh Roh”, ini merupakan perintah dalam bentuk “present tense”, menunjuk kepada tindakan yang harus dikerja­kan secara berkesinambungan.
Sejak Roh Tuhan tinggal bersama roh kita, secara langsung ia akan berhubungan pula dengan jiwa (pseuche) kita, meliputi pikiran, kehendak dan emosi kita. Kita akan menerima Roh Kudus me­lalui permintaan/doa kepada Bapa Surgawi dengan mudah sebab “jika kamu yang jahat tahu mem­beri pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya." (Lukas 11:13).
Ketika tinggal dan dipenuhi Roh Kudus, tubuh jasmaniah kita ada dalam kontrol-NYA “sama seperti kamu telah menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kecemaran dan kedur­hakaan yang membawa kamu kepada kedurhakaan, demikian hal kamu sekarang harus menyerah­kan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kebenaran yang membawa kamu kepada pengudus­an”. (Roma 6:19).
Roh Kudus kemudian memimpin kita melalui pengujian. Pengujiannya meliputi ucapan syukur atas segala hal kepada Tuhan (I Tesalonika 5:18), bersukacita senantiasa (Filipi 4:4), dan mentaati Firman Tuhan sesuai dengan pimpinan Roh (Galatia 5:16). Karena ketika melewati pengujian, mela­lui ucapan syukur kepada Tuhan dan bersukacita di dalamnya, kita mengalami kuasa “dunamis” dari Roh Kudus. Kita mampu mendemostrasikan buah Roh yang dimulai dari kasih, sukacita dan damai sejahtera.
2.       Kuasa Roh Kudus atas Pertobatan
Survey mencatat bahwa kurang dari 10 persen dari petobat baru kemudian secara serius mengi­kuti program lanjutan seperti Pendalaman Alkitab atau persekutuan dengan jemaat lokal. Terlihat perbedaan yang sangat menyolok bila kita melihat apa yang tercatat di Kisah Para Rasul pasal 2, bagaimana tiga ribu orang yang baru percaya ketika hari Pentakosta tetap setia dalam melanjutkan imannya. Sangat penting bagi kita untuk memperhatikan apa yang terjadi pada mereka, mengapa iman baru mereka pertahankan.
Pertama, mereka adalah orang Yahudi, tentulah mereka memilki pengetahuan tentang Firman tertulis. Kedua, mereka menerima kebenaran berita Injil dengan kuasa dan kasih dari Roh Kudus. Kuasa kasih inilah yang mengubahkan, kasih yang disalurkan atas petobat sebagai pembuktian ke­murahan hati yang menakjubkan bagi mereka. Ketiga, mereka melihat hubungan antara aniaya dan kuasa Roh Kudus. Mereka tidak mempertahankan hidup dalam rasa marah, jengkel, benci atau dongkol terhadap tekanan aniaya, mereka tumbuh subur dan berkembang pesat justru karenanya. Itulah sebabnya rasul Paulus menulis surat kepada anak rohaninya “Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya”. (2 Timotius 3:12).
Alkitab mencatat, “Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan ber­doa”.(Kisah Rasul 2:41-42). Kumpulan orang banyak di Yerusalem pada hari Pentakosta terdiri dari orang-orang Yahudi dan orang-orang asing dari berbagai bangsa. Karena mereka memiliki pengeta­huan tentang Perjanjian Lama, dengan cepat mengerti pesan kutipan yang disampaikan oleh Petrus.
Iman dibutuhkan bagi keselamatan. Faktanya, kita diselamatkan oleh kasih karunia melalui iman (Efesus 2:8), dan iman datang dari pendengaran, dan pendengaran akan Firman Kristus (Roma 10:17). Yesus menjelaskan bagaimana kegagalan orang percaya dalam merespon Firman (Matius 13:1-23).
Orang-orang yang baru percaya tidak hanya sebagai orang-orang tambahan saja, tetapi mereka juga “cemburu” dalam perbuatan baik dan pekabaran Injil dari rasul-rasul, artinya kemanapun mereka pergi, mereka pergi untuk berbuat baik dan mengabarkan Injil. Sehingga seluruh bumi terpengaruh oleh kesaksian mereka. Bagaimana mereka menolak materialisme (Kisah Rasul 4:34-35) dan tersenyum terhadap ejekan dan aniaya. Mereka memuji Tuhan untuk pukulan dan aniaya (Kisah Ra­sul 5:40-41). Mereka tidak melepaskan kepercayaannya, karena besar upah yang menantinya (Ibrani 10:35; Matius 5:10-12).
Jemaat Perjanjian Baru membangun dirinya diatas dasar IMAN kepada Firman Allah, hidup dalam KASIH dan menyalurkannya, menjadi YAKIN melalui pengalaman kuasa Roh yang menyertai­nya. Pertobatan menjadi kuat karena KESADARAN rohani tentang keberadaan diri sebagai milik Kristus ada pada mereka.
3.       Kuasa Roh Kudus atas Pengajaran
Pengajaran apa yang begitu “powerful” sehingga semua orang percaya bertekun dalam komit­men? Pelatihan apa yang memperlengkapi orang percaya sehingga mampu menjadi saksi iman yang efektif dan untuk bersukacita menghadapi pencobaan, ujian dan aniaya?
Jawabannya ada dalam “Pengajaran Rasul-rasul”, yang mengandung otoritas dan kuasa penga­jaran Kristus, kekayaan hikmat dari Perjanjian Lama, dan dinamika pewahyuan baru dari Roh Kudus yang kemudian ditulis sebagai Perjanjian Baru. Semua yang mendengarkan pengajaran ini terheran-heran dan kehidupannya mengalami perubahan ketika mengikutinya. Pengajaran-pengajaran yang merupakan bagian dari “kerajaan pesan berkarakter” yang disampaikan kepada semua orang dari waktu ke waktu itulah yang memperlengkapi orang percaya.
Frase “ Pengajaran Rasul-rasul” dipakai hanya satu kali dalam Perjanjian Baru, sebagai definisi pengajaran yang diberikan oleh rasul-rasul kepada sejumlah petobat baru setelah hari Pentakosta. Adalah jelas bahwa pengajaran yang diberikan rasul-rasul tersebut berasal dari pelatihan selama 3 tahun yang mereka terima dari Yesus Kristus. Dalam pengajaran-NYA, IA menjelaskan meksud yang benar dari Perjanjian Lama, bagaimana hidup kudus berdasarkan mengasihi Tuhan, dan mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri. Yesus juga menjelaskan bagaimana seluruh Perjanjian Lama menunjuk kepada-NYA dan pelayanan-NYA. Seluruh pelatihan dan pengajaran dasar dari rasul-rasul berdasar pada perkataan Kristus dan prinsip-prinsip yang memimpin kepada hidup seperti Kristus.
Jika seorang mengajarkan ajaran lain dan tidak menurut perkataan sehat—yakni perkataan Tu­han kita Yesus Kristus—dan tidak menurut ajaran yang sesuai dengan ibadah kita, ia adalah seorang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa. Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan bersilat kata, yang menyebabkan dengki, cidera, fitnah, curiga, percek-cokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan. (I Timotius 6:3-5).
Yesus memulai pengajaran-NYA dengan berbicara tentang Kerajaan: “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga”, IA mengajarkan kita untuk berdoa “datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga, karena Eng­kaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin”. Ada se­kitar seratus lima puluh referensi mengenai kerajaan dalam Perjanjian Baru, yang menunjukkan pentingnya pengajaran kerajaan oleh Yesus Kristus dan rasul-rasul, termasuk Paulus. Sebuah kera­jaan terdiri dari tiga bagian utama yaitu seorang raja, hukum raja dan rakyat kerajaan itu. Hingga akhir hayatnya Paulus mengajar tentang kerajaan (Kisah Rasul 28:23; 30-31). Yesus menyampaikan pesan kerajaan-NYA dalam 8 karakter yang harus dinyatakan oleh warga kerajaan-NYA sama de­ngan Rajanya dan mendemonstrasikan kasih yang sungguh kepada Tuhan dan sesama. Setiap pe­ngajaran-NYA  mengandung karakter Kerajaan dengan aspek “Berbahagialah”.
4.       Kuasa Roh Kudus atas Persekutuan
Persekutuan dari orang percaya abad pertama merupakan hasil dari komitmen mereka terhadap pengajaran rasul-rasul dan penerapan kebenaran pada kehidupan mereka sehari-hari. Melalui ke­saksian-kesaksian pribadi yang diberikan, jemaat dikuatkan, kebutuhan keuangan terpenuhi dan se­mangat kuasa kasih dialami oleh setiap orang. Penghargaan secara rohani dan jasmani diperoleh dari ikatan persekutuan kebersamaan. Persekutuan jemaat abad pertama begitu dinamis, hal itu ter­lihat dalam perubahan pemikiran, cara hidup, penggunaan waktu dan keuangan mereka. Semua orang percaya sungguh-sungguh terikat satu sama lain sehingga tampaklah siapa yang bukan bagian dari kesatuan Tubuh Kristus.
“Bahkan orang-orang lain tidak ada yang berani menggabungkan diri kepada mereka. Namun mereka sangat dihormati orang banyak”. (Kisah Rasul 5:13).
Ada banyak aspek dalam persekutuan yang benar diantara orang percaya dimana tujuan utama darinya adalah untuk saling memperhatikan, saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. saling menasihati, dan semakin giat melakukannya, saling menguat-kan menuju kedewasaan dan kesatuan iman. Itulah sebabnya Yesus memberikan rasul-rasul, nabi-nabi, pemberita-pemberita Injil, gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuh­an yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala. Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, —yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota—menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih. (Efe­sus 4:11-15).
Para rasul menyadari adanya orang-orang yang memisahkan diri dari persekutuan karena pikirannya yang sia-sia dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan dan kedegilan hati mereka. Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran.
 “Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sung­guh termasuk pada kita”. (I Yohanes 2:19). Dalam suratnya kepada jemaat Korintus yang ditulis kira-kira tahun 96 atau 97 Masehi, Clement yang dikenal sebagai teman surat menyurat Paulus (Filipi 4:3) menuliskan:
“By reason of rivalry and envy the greatest and most pillar [of the Church] were persecuted, and battle to death” (I Clement 5:2, The Apostolic Fathers)
“Oleh karena persaingan dan iri hati pilar terbesar dan utama (dari gereja) dianiaya dan berjuang melawan maut”
5.       Kuasa Roh Kudus atas Perjamuan Kudus
Kemurnian pengajaran dan kekayaan persekutuan sangat penting bagi kesehatan dan penjang­kauan jiwa, sehingga pemeriksaan diri sendiri dalam rangka pemeliharaan kesehatan persekutuan secara terus menerus harus dikerjakan. Inilah tujuan melakukan perjamuan kudus, didalamnya me­ngandung sebuah sistem dan prosedur yang teliti bagi “pemeriksaan diri sendiri”. Tujuan dari perja­muan kudus adalah untuk memperbaharui perjanjian darah dengan Kristus dan memungkinkan Tubuh Kristus untuk melihat bagaimana cara menyempurnakan diri dalam kasih. Perjamuan kudus dalam jemaat adalah seperti hati dalam tubuh. Jika ketidakmurnian tidak dibuang, tubuh akan menja­di lemah, sakit dan mati sebelum waktunya. Mereka yang mengambil bagian dalam perjamuan tanpa meneliti dirinya sendiri akan mengalami akibatnya.
Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tu­han sampai Ia datang. Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan. Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawan itu. Karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya. Sebab itu banyak di antara kamu yang lemah dan sakit, dan tidak sedikit yang meninggal. Kalau kita menguji diri kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita.(I Korintus 11:26-31)
Tubuk Kristus memiliki arti ganda; yang pertama menunjuk kepada tubuh jasmaniah-NYA, yang oleh-NYA kita menerima penebusan (Wahyu 5:9), kedua menunjuk pada tubuh rohaniah-NYA yang terdiri dari seluruh orang percaya. Karena setiap orang percaya disatukan dalam satu Tubuh, apapun yang orang percaya kerjakan bagi saudaranya, ia melakukan itu bagi dirinya sendiri. Jika ia menolak untuk mengampuni saudaranya, hal itu sama dengan ia menolak dirinya sendiri juga menolak peng­ampunan dari Tuhan.
Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahan mu." (Matius 6:14-15)
Jika seorang percaya menolak saudaranya yang percaya, ia menolak dirinya sendiri, karena setiap orang percaya adalah anggota Tubuh Kristus, karenanya dosa satu orang akan menyebabkan dosa seluruhnya. Apakah hal ini benar? Jika kita melihat kisah Akhan dalam Perjanjian Lama, ketika ia menyembunyikan dosanya, karena Akhan adalah orang Israel, maka Tuhan menghakimi seluruh bangsa Israel. Sungguh satu kebenaran yang mempesona.
Tetapi orang Israel berubah setia dengan mengambil barang-barang yang dikhususkan itu, karena Akhan bin Karmi bin Zabdi bin Zerah, dari suku Yehuda, mengambil sesuatu dari barang-barang yang dikhususkan itu. Lalu bangkitlah murka TUHAN terhadap orang Israel. (Yosua 7:1).
Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah anggota Kristus? Akan kuambilkah anggota Kristus untuk menyerahkannya kepada percabulan? Sekali-kali tidak! (I Korintus 6:15)
Know ye not that your bodies (jamak) are the members (jamak) of Christ? shall I (tunggal) then take the members (jamak) of Christ, and make them the members (jamak) of an harlot? God for­bid. (AV)
Kita dapat melihat dengan jelas disini hubungan antara dosa korporat dari satu anggota, karena itu penting bagi kita untuk memperhatikan, meneliti dan menguji diri agar tidak melukai Tubuh Kristus.
Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang mempero­leh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik atau­pun jahat.
For we must all appear before the judgment seat of Christ; that every one may receive the things done in his body, according to that he hath done, whether it be good or bad. (II Korintus 5:10, AV)
6.       Kuasa Roh Kudus atas Doa
Para pendoa dalam jemaat abad pertama tidaklah seperti pendoa pada umumnya. Mereka memiliki kekuatan luar biasa yang menyebabkan seluruh kota menyadari bahwa orang-orang perca­ya menyembah Tuhan yang hidup, yang maha Perkasa dan maha Tahu. Perbedaan antara kesung­guhan doa yang efektif   dengan doa yang “rata-rata” adalah sama dengan perbedaan antara sinar laser dan sinar yang menyebar. Pada sinar laser dan doa yang penuh kuasa keduanya dihasilkan ketika seluruh elemen berada dalam keseragaman secara total. Ketika murid-murid bersatu dalam keselarasan dengan Tuhan, ada kuasa dalam doa mereka.
Dan sekarang, ya Tuhan, lihatlah bagaimana mereka mengancam kami dan berikanlah kepada hamba-hamba-Mu keberanian untuk memberitakan firman-Mu. Ulurkanlah tangan-Mu untuk menyembuhkan orang, dan adakanlah tanda-tanda dan mujizat-mujizat oleh nama Yesus, Ham-ba-Mu yang kudus. Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkum­pul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani. (Kisah Rasul 4:29-31).
Dalam Tubuh Kristus, doa seperti system syaraf yang segera bereaksi ketika terjadi luka pada tubuh. Itulah sebabnya ketika salah satu bagian tubuh menderita, semua bagian yang lain ikut menderita. Rasul Paulus mendorong jemaat Efesus untuk berdoa, sebagaimana Tubuh Kristus yang terdiri dari banyak anggota, adalah baik bila kita mendoakan mereka.
Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permo­honan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus. juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil, yang kulayani sebagai utusan yang dipenjarakan. Berdoalah supaya dengan keberanian aku menyatakannya, sebagaimana seharusnya aku berbicara.(Efesus 6:18-20)
Penting ditegaskan disini perlunya doa dalam kasih dan kuasa karena itulah yang menyebabkan kemenangan. Paulus memberi nasihat kepada Timotius bahwa yang pertama perlu dilakukan adalah berdoa dan mengajar orang percaya untuk berdoa dengan benar, bukan untuk memberi kotbah yang bagus dan membuat kegiatan-kegiatan.         
I exhort therefore, that, first of all, supplications, prayers, intercessions, and giving of thanks (AV) Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan. Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebe­nar­an. (I Timotius 2:1-4))
Ada 4 bentuk doa; permohonan, doa, syafaat dan ucapan syukur (lihat terjemahan AV).
Ada 4 sasaran doa; penginjilan, pengajaran, keselamatan dan pengetahuan akan kebenaran.
Ada 4 problem doa; konflik rumah tangga, pemberontakan anak, masalah keuangan dan penyakit.
Ada 4 keinginan doa; hidup tenang, tenteram, kesalehan dan kehormatan.
Kunci berdoa dengan kuasa adalah kesatuan (one accord), berasal dari dua kata Gerika yang artinya ”pada tempat atau waktu yang sama” dan “passion-keinginan besar” . Kata ini secara khusus dipakai dalam kitab Kisah Rasul untuk menjelaskan doa orang percaya yang penuh kuasa. Sehingga jika salah satu dalam persekutuan dalam kondisi tidak selaras, kehadirannya mengganggu bahkan me­ngacaukan kekuatan potensi doa.
Doa adalah disiplin mengubah pikiran kita untuk memikirkan pikiran Tuhan
kemudian berbicara kepada sang Raja dalam bahasa-NYA
7.       Kuasa Roh Kudus atas Pelayanan
Sebagaimana doa yang tulus dihargai, demikian pula pelayanan yang sungguh-sungguh terha­dap kebutuhan masyarakat dihargai. Tidaklah mengejutkan bila setelah ditebus Tuhan dan setelah mendengar Kabar Baik, orang percaya bersemangat untuk berbuat baik sebagai perwujudan kasih Kristus.
“Kami tidak peduli apa yang anda tahu sampai kami tahu anda peduli kami” inilah ungkapan dunia. Terkadang orang percaya mengesampingkan perbuatan baik untuk bebicara kepada orang lain tentang iman, tetapi kehendak Tuhan justru sebaliknya. Pertama, biarlah orang lain melihat per­buatan baik kita, sehingga mereka siap untuk mendengar perkataan-perkataan baik kita.
“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbua­tanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga”. (Matius 5:16)
Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.(Efesus 2:10)
Secara alamiah kecenderungan kita adalah untuk mengusahakan kenyamanan pribadi, sebagian be­sar energi kita pakai untuk melayani diri sendiri. Memerlukan pemikiran yang kreatif dan keinginan yang konsisten untuk melawan kecenderungan ini serta mengarahkannya untuk berbuat baik. Hal ini merupakan panggilan dan tanggung jawab bagi setiap orang percaya.
Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. (Ibrani 10:24)
Perbuatan baik juga merupakan ekspresi dari hikmat dan demonstrasi iman
Siapakah di antara kamu yang bijak dan berbudi? Baiklah ia dengan cara hidup yang baik me­nyatakan perbuatannya oleh hikmat yang lahir dari kelemahlembutan.(Yakobus5:13).
Perbuatan baik merupakan inisiatif Roh Kudus untuk merespon orang-orang yang membutuhkannya. Suatu perbuatan baik tidak menarik perhatian atau pujian bagi seseorang yang melakukannya, tetapi terlebih suka menjadikan orang lain menerima hal itu. Ketika kita memberi, kita memberi secara tersembunyi. Tuhan berjanji jika kita melakukan hal ini, IA akan membalas perbuatan baik kita itu. (Matius 6:3-4). Dengan berbuat baik dan memberi hormat bagi orang lain, kita menggenapi perintah-NYA.
Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik. Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat. (Roma 12:9-10)
… hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.(Filipi 2:3b-4)
IA telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan me­rawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang ta­wanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara, untuk memberitakan ta­hun rahmat TUHAN dan hari pembalasan Allah kita, untuk menghibur semua orang berkabung, untuk mengaruniakan kepada mereka perhiasan kepala ganti abu, minyak untuk pesta ganti kain kabung, nyanyian puji-pujian ganti semangat yang pudar, supaya orang menyebutkan mereka "pohon tarbantin kebenaran", "tanaman TUHAN" untuk memperlihatkan keagungan-Nya. (Yesa­ya 61:1-3)
Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.(Yakobus 3:16)