Jumat, 14 Juni 2013

“Aku melihat sang Raja Kerajaan itu”

“Aku melihat sang Raja Kerajaan itu”

Yesus menjawab, kata-Nya: "Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah" (Luk 17:20), lalu bagaimanakah kemudian IA memerintahkan kepada kita untuk terlebih dahulu mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya (Mat 6:33)? Yesus Kristus berkata"Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, jika seseorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." (Yoh 3:3)

Menelusuri kembali hadirat Allah atas umat-NYA, maka kita mendapati kehadiran-NYA atas umat pilihan-NYA Israel dalam sepanjang perjalanannya menuju Tanah Perjanjian. Allah hadir setiap saat sebagai tiang awan di siang hari dan tiang api di malam hari. Selama empat puluh tahun Allah memimpin perjalanan mereka melintasi padang gurun (Ul 29:5). Suatu fenomena pemerintahan ilahi atas Israel melalui Kemah Suci, dimana hukum-hukum ilahi yang harus dilaksanakan oleh seluruh umat disampaikan secara langsung oleh Allah melalui Ruang Maha Kudus. Melalui ke lima kitab Musa yang mencatat semuanya itu, kita mendapatkan gambaran sempurna tentang Yesus Kristus (Luk 24:44; Yoh 5:39, 46).

Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. (Yoh 1:14).

“diam” diterjemahkan dari bahasa Yunani σκηνόω  (skay-no'-o), secara literal artinya “berkemah”. Itulah yang dimaksudkan oleh raja Daud, pemazmur yang diurapi Allah, tentang Yesus ia berkata “Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan dan korban sajian, tetapi Engkau telah membuka telingaku; korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau tuntut.” (Maz 40:7; Ibr 10:5). Tubuh manusia Yesus adalah tempat kediaman-NYA, itulah yang digambarkan Allah melalui hukum Taurat. Yesus Kristus adalah Kemah Suci – tempat kediaman Allah dalam Perjanjian Baru, dimana seluruh manifestasi kuasa Allah dinyatakan dalam berbagai macam mujizat bahkan pengampunan dosa (Mat 9:2; Luk 5:2; 7:48). Tubuh Yesus itu pula yang dipakai sebagai persembahan sempurna, sehingga tidak diperlukan lagi korban darah lembu jantan atau darah kambing jantan untuk menghapuskan dosa (Ibr 10:1-14).

Tidak dapat disangkal bahwa Yohanes sebagai murid langsung yang juga amat dekat dengan-NYA, telah melihat seluruh kemuliaan Allah di dalam dan melalui pribadi Tuhan kita Yesus Kristus. Demikian pula seluruh murid yang pernah berjalan bersama-sama dengan-NYA, mereka menerima pengajaran tentang Kerajaan Allah secara langsung dari Yesus sebelum IA terangkat ke surga (KPR 1:1-3). Itulah sebabnya mereka perlu menunggu penggenapan janji atas “kuasa” yang akan diberikan-NYA sebagai jawaban atas pertanyaan mereka tentang pemulihan kerajaan umat pilihan-NYA – Israel pada mulanya, juga umat pilihan – Israel rohani, umat Perjanjian Baru. Mereka yang taat menunggu penggenapan janji Bapa di Yerusalem itu mengalami pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta, Roh itulah yang memberi kesaksian baik bagi diri mereka (para murid) juga kepada seluruh orang yang sedang berkumpul di Yerusalem saat itu (Ibr 10:15; KPR 2:1-11).

Roh Kudus yang telah memenuhi kehidupan para murid itu memberi hikmat pada rasul Petrus untuk membentangkan kebenaran yang ada dalam kitab nabi-nabi juga Mazmur tentang Yesus Kristus. Serta menegaskan kepada seluruh kaum Israel, mereka harus tahu dengan pasti bahwa Allah telah membuat Yesus, yang disalibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus. Tuhan adalah Tuan diatas segala tuan, adalah Raja yang diurapi-NYA (Kristus), sang Penguasa yang Terpilih (Mat 28:18), dipilih atas kehendak-NYA sendiri (Ibr 10:10). Ketika Petrus dan Yohanes naik ke Bait Allah dan bertemu dengan orang lumpuh yang mengemis di pintu gerbang, kuasa Roh Kudus membuat mujizat melalui mereka. Berdasarkan mujizat itu, Petrus menjelaskan tentang Yesus Kristus kepada seluruh orang banyak yang terheran-heran akan kejadian tersebut. Bahkan dengan berani mereka bersaksi di depan mahkamah agama (KPR 3:11, 4:1-22).

Kerajaan Allah tidak terkait dengan makan dan minum tetapi kebenaran, damai sejahtera dan sukacita dalam Roh Kudus (Rom 14:17). Kebenaran dari Allah yang hidup dalam diri seseorang menjadikannya dirinya berdamai dengan Allah, diri sendiri dan orang lain. Itulah damai sejati. Damai sejahtera dihasilkan oleh kehadiran Yesus di bumi (Luk 2:14), keadaan yang dijanjikan bagi murid-murid-NYA tatkala IA hendak memberi diri-NYA di atas kayu salib (Yoh 14:15-27). Tidak gelisah dan gentar terhadap segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan merupakan damai sejahtera bersumber dari kuasa Roh Kudus. Penyertaan-NYA senantiasa menjadikan semua murid-NYA dapat bersukacita dalam segala hal. Tentulah keberadaan Roh Kudus yang nyata sedemikian rupa dalam diri rasul-rasul telah menjadikan mereka sebagai pemimpin jemaat yang berani, bahkan menantang maut (KPR 4:31; 1 Kor 15:55). Jemaat, warga Kerajaan Allah merasakan kehadiran Rajanya, yang tidak tampak oleh mata namun nyata kuasa-NYA (KPR 5:1-11). Juga peristiwa Ananias dan Safira tentu membuat setiap orang menjadi takut dan sangat menghormati sang Raja, Yesus Kristus – Tuan diatas segala tuan – Tuhan (Fil 2:9-11). 

Roh Kudus telah dicurahkan atas semua orang percaya, baik besar maupun kecil, tua atau muda sesuai dengan nubuatan nabi Yoel (Yo 2:28; KPR 2:17). Jemaat mula-mula adalah potret kegenapan janji Tuhan itu. Keberadaan mereka yang bersatu sejak menantikan janji di Yerusalem di hari Pentakosta pertama, demikian pula dengan mereka yang menerima pemberitaan para rasul Yesus itu, telah menjadi “satu tubuh”, dimana Kepala mengkoordinasi, mengontrol dan mengerjakan setiap bagian-bagiannya. Tubuh Kristus dalam kesatuan inilah yang membuat kuasa Tuhan melalui Roh-NYA termanifestasi dengan nyata dalam dunia. Itulah sebabnya rasul Paulus menasehatkan supaya jemaat bersatu, pengajaran utama seperti yang diharapkan oleh Tuhan Yesus melalui doa-NYA kepada Bapa (Fil 2:1-8; Yoh 17). Sebuah rahasia besar yang penuh kuasa (Mat 18:19), sebab mengenai kesatuan, Allah menyatakan kepada umat manusia yang memberontak terhadap-NYA ketika membangun menara Babel, “mulai dari sekarang apa pun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana” (Kej 11:6), semuanya dimulai dari kesatuan. Melalui kesatuan Tubuh-NYA maka “dunia tahu” dan “dunia percaya” akan Yesus Kristus (Yoh 17:23, 21).

Manifestasi Roh Kudus dalam jemaat melalui seluruh karunia-karunia Roh yang ada merupakan kenyataan kehadiran Allah.  Tentunya hal ini dapat terjadi jika dalam pertemuan jemaat, pertemuan dari orang-orang yang beribadah kepada Tuhan, sekalipun terdiri dari dua atau tiga orang saja, bukan dalam arti “ibadah” yang kita kenal hari-hari ini, memberikan ruang gerak yang bebas bagi Roh Kudus untuk berkarya melalui setiap pribadi. Roh Kudus pastilah akan menyatakan diri-NYA melalui Tubuh-NYA, menjadi jawaban yang tepat bagi mereka yang membutuhkan-NYA, sehingga semua anggota menjadi dibangun, dikuatkan dan bertumbuh dengan benar kearah Kristus (1 Kor 14:24-40; Ef 4:11-16). Orang yang belum percaya, jika ia berada dalam perhimpunan orang percaya, maka ia akan melihat kehadiran Allah dalam jemaat, dan berkata “Sungguh Allah ada ditengah-tengah kamu”, ia melihat sang Raja dalam Kerajaan-NYA.
bersambung…

Senin, 03 Juni 2013

Kualitas Pemimpin dalam Jemaat mula-mula.

Kualitas Pemimpin dalam Jemaat mula-mula.

Kembali melihat keadaan jemaat mula-mula, maka kita menemukan adanya kuasa yang luar biasa dari realitas Tuhan dalam jemaat. Mengapa hal itu dapat terjadi? Dengan menelusuri Firman Tuhan, maka kita mendapati bahwa tidak dapat disangkal pengurapan yang dijanjikan oleh Tuhan Yesus (KPR 1:8) ketika menjadi kenyataan tergenapi di hari Pentakosta itu, telah membuat perubahan yang dahsyat dalam kehidupan murid-murid (KPR 2). Termasuk mereka yang menerima pemberitaan mereka kemudian bertekun dan dengan sehati mereka bersekutu untuk belajar kebenaran Firman Tuhan.

“Bak (=seperti) urapan di kepala Harun, yang ke janggut dan jubahnya turun”, demikian sepenggal kalimat dari lagu yang diambil dari Mazmur 133, merupakan kunci dari kegerakan yang terjadi pada jemaat mula-mula tersebut. Pengurapan atau kepenuhan Roh Kudus yang melanda para murid, memberi pengalaman sebuah kegenapan janji yang menjadikan mereka dengan berani memberi kesaksian ditengah-tengah banyak orang yang ketika itu sedang berkumpul di Yerusalem untuk merayakan Pentakosta.

Roh Kudus memberi perubahan yang luar biasa bagi Petrus sehingga ia dengan penuh keberanian menjawab orang banyak yang sedang tercengang, mempertanyakan bahkan mengejek atas apa yang sedang terjadi itu. Tentu kita tahu bahwa sebelumnya Petrus telah menyangkal Yesus Kristus sebanyak tiga kali. Kita melihat disini sebuah perubahan dahsyat dalam diri Petrus yang sebelumnya adalah “si pengecut”, telah menjadi “si pembicara” yang berani mengambil resiko. Hikmat dari Roh Kudus juga memampukan Petrus untuk menjabarkan nubuatan nabi Yoel juga Mazmur Daud tentang Yesus Kristus bagi mereka. Bahkan “menantang” mereka, sungguh perubahan yang luar biasa.

Tuhan seringkali memilih kandidat yang tidak layak menurut ukuran manusia untuk menjadi seorang pemimpin bagi-NYA. Kita tahu bahwa Petrus bukanlah seorang yang pernah belajar secara khusus tentang Firman Allah, dia hanyalah seorang nelayan biasa belaka bukan orang terpelajar (Mat 4:18; KPR 4:13). Tujuan Tuhan ialah untuk mendemonstrasikan bahwa kemampuan atau kekuatan yang ada dalam diri pemimpin-NYA tersebut bukanlah berasal dari dirinya sendiri tetapi dari Tuhan. Ketika orang menyanjung karena perbuatan yang dikerjakannya, seorang pemimpin yang benar tidaklah menerima dengan senang hati bagi dirinya, tetapi menolak sanjungan dan pujian itu dan memberi pengertian tentang kebenaran (KPR 3:12-26). Bahkan dengan senang hati menerima akibat kesalah mengertian orang lain yang cemburu terhadap mereka dan tetap memakai kesempatan untuk memberikan kesaksian tentang Yesus Kristus (KPR 4:1-23).

Berbeda dengan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, mereka adalah orang-orang yang menyelidiki Kitab-kitab Suci dan dimuridkan. Bahkan diantara mereka menjadi pengajar dan sangat menjaga tradisi nenek moyang umat Israel (Yoh 5:39; Mat 7:29, 23:3; Mar 7:5). Mereka suka menerima penghormatan (Mar 12;38; Luk 20:46). Karena reputasi mereka dikenal sangat mengerti dan ahli tentang Kitab-kitab Suci, maka Herodes memanggil mereka sehubungan dengan kelahiran Yesus. Dan jawaban yang mereka diberikan sangatlah tepat (Mat 2:1-6). Namun sekalipun mereka sangat kenal dengan Kitab-kitab Suci, mereka gagal menangkap pengertian yang terkandung di dalamnya (Yoh 3:10, 5:39-47).

Tuhan memiliki cara tersendiri dalam memilih mereka dari yang paling kecil, paling hina dan paling tidak layak. Ketika Allah memanggil Gideon untuk memimpin bangsa Israel  keluar dari perbudakan, ia berkata "Ah Tuhanku, dengan apakah akan kuselamatkan orang Israel? Ketahuilah, kaumku adalah yang paling kecil di antara suku Manasye dan aku pun seorang yang paling muda di antara kaum keluargaku." (Hak 6:15). Demikian pula ketika Saul dipilih sebagai raja oleh Tuhan, ia berkata kepada nabi Samuel "Bukankah aku seorang suku Benyamin, suku yang terkecil di Israel? Dan bukankah kaumku yang paling hina dari segala kaum suku Benyamin? Mengapa bapa berkata demikian kepadaku?" Demikian pula ketika rasul Paulus menjelaskan keberadaan dirinya sebagai yang paling hina dari semua rasul, bahkan tidak layak disebut rasul, sebab dirinya telah menganiaya jemaat Allah (1 Kor 15:9). Semua mereka yang berada pada posisi tidak layak, telah mendapat kelayakan dari Tuhan untuk menjadi pemimpin. "Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar." Demikian kata Tuhan Yesus Kristus (Luk 9:48). Sungguh sebuah cara yang unik, karena DIApun menentukan tempat yang terkecil bagi tempat kelahiran-NYA, Betlehem adalah terkecil diantara kaum-kaum Yehuda (Mik 5:2). Daud adalah anak terakhir (yang tidak masuk perhitungan) Isai, juga Salomo menjadi raja ketika masih anak-anak, sesuatu yang kecil dan lemah telah dipakai Tuhan bagi kemuliaan-NYA.

Rahasia kekuatan dari para pemimpin jemaat mula-mula itu ialah:

1.       Mereka dipenuhi dan tetap tinggal dalam kuasa Roh Kudus. Sehingga keselamatan dari Roh yang mereka terima memberikan kesaksian bahwa mereka adalah anak-anak Allah (Rom 8:16). Sebagai orang percaya, kita hendaknya dipenuhi oleh Roh Kudus (Ef 5:18). Perintah yang ditulis dalam bentuk “present tense”, yang menunjukkan sebuah tindakan terus menerus. Itulah sebabnya Tuhan menghendaki supaya kita meminta-NYA kepada-NYA (Luk 11:13). Jika Roh Kudus tinggal dalam diri kita, maka IA akan meliputi seluruh pikiran, kehendak dan perasaan kita, mengajar dan menuntun kita kepada seluruh kebenaran-NYA (Yoh 16:13; 1 Yoh 2:27).
2.       Para murid yang menerima Roh Kudus tidak secara langsung kemudian mereka menjadi pemimpin. Mereka harus hidup dalam ketaatan hingga Roh Kudus turun memenuhi dan memimpin mereka untuk hidup dalam kuasa-NYA (Yoh 20:22 bandingkanlah dengan Luk 24:49; KPR 1:8). Itulah maksud “diperlengkapi” yang diterjemahkan dari kata “endued” (Inggris) atau “enduo” (Yunani), yang berarti “clothe (with)”, berbaju – sesuatu yang menutupi kekurangan, ketelanjangan atau ketidak mampuan untuk di“tampil”kan Tuhan.
Roh Kudus akan membawa kita untuk masuk kedalam pengujian sama seperti Yesus Kristus (Mat 4:1). Sama seperti seluruh pemimpin terdahulu dalam Perjanjian Lama, semuanya mengalami pengujian. Pengujian meliputi berterima kasih pada Tuhan atas apa yang terjadi (1 Tes 5:18), bersukacita di dalamnya (Fil 4:4), dan mentaati Firman-NYA sesuai pimpinan Roh Kudus (Gal 5:16). Dengan berterima kasih dan bersukacita, hal itu berarti menyadari dan menerima kedaulatan Tuhan atas kehidupan ini, tentulah akan mengundang hadirat dan kuasa-NYA (Maz 22:4) sehingga kemenangan dalam mentaati Firman-NYA dapat terjadi oleh dan melalui pimpinan Roh Kudus. Kita dimampukan-NYA untuk menghasilkan buah Roh. Dengan tidak hidup untuk memuaskan kebutuhan diri sendiri melalui hal-hal duniawi (Mat 4:3-4), tidak mencobai Tuhan (Mat 4:7) dan tetap berbakti hanya kepada-NYA saja (Mat 4:10).
3.       Keberanian mereka untuk menderita, dihina, ditolak, difitnah bahkan dianiaya oleh karena melakukan kebenaran dan mentaati perintah Tuhan telah menjadi motivasi utama dalam pelayanan yang mereka lakukan (KPR 4:19). Dalam suratnya, rasul Petrus menyatakan jika kita berbuat baik dan karena itu kita harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah. Sebab untuk itulah orang percaya (Kristen) dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kita dan telah meninggalkan teladan bagi kita, supaya kita mengikuti jejak-Nya. (1 Pet 2:19-22).

bersambung…

Pondok Daud, potret Kerajaan Allah di bumi

Pondok Daud, potret Kerajaan Allah di bumi

Kemudian Aku akan kembali dan membangun kembali pondok Daud yang telah roboh, dan reruntuhannya akan Kubangun kembali dan akan Kuteguhkan, supaya semua orang lain mencari Tuhan bahkan segala bangsa yang atasnya nama-Ku disebut, demikianlah firman Tuhan yang melakukan semuanya ini, yang telah diketahui sejak semula. KPR 15:16-18

Pada edisi sebelumnya, kita mendapatkan bahwa “ragi Farisi” merupakan gambaran dari pengajaran atau mereka yang masih berpegang teguh terhadap “hal-hal yang kelihatan”. Inilah yang menimbulkan perselisihan dalam jemaat mula-mula. Masalah sunat, yang harus dikerjakan oleh setiap orang dari luar Yahudi yang menjadi percaya oleh karena pemberitaan mereka. Perselisihan yang timbul dari orang-orang Farisi yang menjadi percaya, terkait dengan adat istiadat lahiriah yang diwariskan Musa ini, akhirnya terselesaikan dalam persidangan di Yerusalem itu. Para rasul melihat bahwa ternyata Allah tidak membeda-bedakan manusia, mujijat-mujijat dan karunia Roh-NYA memberikan kesaksian tentang hal itu.

Pondok Daud, kemah suci yang disiapkan Daud bagi Tabut Perjanjian sebagai tempat kehadiran Allah ditengah-tengah bangsa pilihan-NYA, Israel (2 Sam 6:17; 1 Taw 16:1). Merupakan gambaran bagi jemaat Perjanjian Baru sebagai bangunan rumah rohani tempat kediaman Allah. Para rasul senantiasa melihat kembali ke Perjanjian Lama, karena darinya mereka melihat bagaimana Kristus dinyatakan melalui nubuatan-nubuatan dan digenapi dalam jemaat-NYA, secara khusus di dalam dan melalui kehidupan mereka. Para rasul terus menerus membandingkan setiap kejadian dengan apa yang tertulis dalam kitab Hukum-hukum, Mazmur juga kitab-kitab para Nabi terdahulu, semua tentang Kristus dan segala sesuatu yang diperbuat oleh Roh Kudus di tengah-tengah mereka.

Setidaknya kita mendapatkan beberapa referensi ayat dari Perjajian Lama yang dikutip dalam kitab para rasul:

1.       KPR 1:18-20                dari Mazmur, Daud berkata tentang Yudas
2.       KPR 2:14-21                dari kitab para nabi, Yoel menubuatkan tentang pencurahan Roh Kudus pada hari-hari terakhir
3.       KPR 2:22-36                dari Mazmur, Daud berkata tentang kebangkitan Mesias dan dimuliakan atas tahta Bapa
4.       KPR 3:19-22                dari kitab Hukum-hukum, Musa sebagai seorang nabi bernubuat tentang kedatangan Kristus
5.       KPR 3:23-25                dari kitab para nabi, Samuel dan semua nabi sesudahnya bernubuat tentang jaman sekarang ini
6.       KPR 4:23-30                Daud berbicara tentang Mesias dalam Mazmur
7.       KPR 8:30-35                dari ktab para nabi, Yesaya bernubuat bahwa Mesias akan menderita disalib
8.       KPR 13:15, 38-41       dari kitab Hukum dan para nabi, Nabi Habakuk menjelaskan pekerjaan Allah melalui Mesias
9.       KPR 10:34-43              dari kitab para nabi, semua nabi bernubuat tentang penderitaan Kristus dan kemuliaan bagi mereka yang mengikuti-NYA.
10.   KPR 17:2-3                   dari kitab para nabi dan perjanjian lama, rasul Paulus terbuka dan menyatakan bahwa Yesus dari Nazareth adalah penggenapan dari Firman. (2 Kor 3:13-16).
11.   KPR 28:23-31              dari kitab Hukum dan Nabi-nabi, Musa dan Yesaya berbicara tentang Kristus
12.   KPR 15:15-18              dari kitab para nabi, Amos bernubuat tentang Kemah Daud dan masuknya orang-orang asing (dari luar Yahudi) .

Hal apa saja yang terkait dengan pembangunan kembali Pondok Daud?

Seringkali jika kita mendengar pemulihan Pondok Daud, maka digambaran benak kita muncul bahwa hal tersebut terkait dengan pengajaran tentang pemulihan pelayanan Pujian dan Penyembahan (dalam gereja?), hal tersebut tidaklah salah, tetapi itu hanyalah merupakan bagian dari pemulihan atau pembangunan kembali Pondok Daud secara keseluruhannya.

Pujian dan penyembahan dalam Pondok Daud merupakan sesuatu yang sangat berbeda dengan pelayanan di Kemah Suci Musa, Daud menunjuk beberapa keturunan Lewi untuk menjadi penyanyi. Pelayanan para penyanyi bagi Tuhan merupakan pelayanan yang utama, para penyanyi dilatih untuk hal itu, kelompok demi kelompok, setiap kelompok mendapat porsi pelayanan yang sama, tua dan muda, guru dan murid, membuang undi mengenai tugasnya. Duabelas orang setiap kelompok, ada duapuluh empat kelompok, seluruhnya dua ratus delapan puluh delapan orang.
Selain penyanyi Daud juga memerintahkan para pemain musik yang memainkan berbagai alat musik bersama-sama para penyanyi, mereka memuji Tuhan tanpa henti secara bergantian. Jumlah para pemuji dengan memainkan peralatan musik ini mencapai  empat ribu orang.  Sungguh merupakan pelayanan yang luar biasa meriah. Sementara tidak ada peralatan musik yang pernah tercatat dimainkan dalam Tabernakel Musa. (1 Taw 15:16-27, 23:5; 25:1-7).

Kata “penyembahan” yang diterjemahkan dari “worship”, berarti “memberi penghormatan, memuja-muja, menyembah, berbakti, dan menghargai” seseorang, khususnya kepada Tuhan. Manusia diciptakan untuk menjadi penyembah Tuhan. Dari dirinya sendiri, manusia tidak mengerti bagaimana menyembah Tuhan itu, sementara dirinya ingin untuk melakukannya (Rom 3:10-18; 7:19). Karena itulah muncul berbagai cara atau ritus penyembahan manusia kepada Tuhan. Manusia tidak tahu cara penyembahan yang Tuhan inginkan. Secara umum manusia melakukan bentuk penyembahan yang sesuai dengan kecenderungan hati, selera dan mentalitasnya.

Dengan jelas Tuhan kita Yesus Kristus memberitahukan kepada kita bahwa Bapa mencari penyembah-penyembah yang menyembah-NYA “dalam roh dan dalam kebenaran” (Yoh 4:24). Dalam roh maksudnya adalah memberi keleluasaan Roh Kudus dalam membebaskan roh penyembah untuk mengasihi, menghargai, menghormati, memuja, menyembah dan berbakti kepada Tuhan. Karena itulah setiap kita perlu dilahirkan kembali, menyatu dan dipimpin oleh Roh Kudus-NYA (Yoh 3:1-5; Rom 8:9-16; 1 Kor 6:17).

Menyembah “dalam kebenaran”, berarti menyembah sesuai Firman-NYA, karena Yesus berkata “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran.” (Yoh 17:17). Melalui Firman-NYA – Alkitab, maka kita mengetahui ada banyak ekspresi penyembahan kepada Tuhan. Jadi menyembah “dalam roh dan dalam kebenaran” merupakan penyembahan yang dipimpin oleh Roh Kudus sesuai dengan Firman-NYA untuk memberi penghargaan dan hormat hanya kepada Tuhan saja. Jika tanpa Roh Kudus, maka penyembahan menjadi mati dan kosong, karena hanya terpaku dengan huruf-huruf yang mematikan. Sementara jika Firman tidak hadir disana, maka penyembahan dapat menjadi sentimentil, emosional bahkan dapat menjadi sebuah bentuk fanatisme.
bersambung…  


Selasa, 21 Mei 2013

Kerajaan Allah dan kebenarannya, sorga yang turun ke bumi.


Kerajaan Allah dan kebenarannya, sorga yang turun ke bumi.

Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya. Matius 6:33a

Yesus Kristus menghendaki agar kita mencari atau mengupayakan (Alkitab bahasa Jawa) keberadaan Kerajaan Allah dan kebenarannya di dalam kehidupan kita. Kata yang dipakai dalam Injil Matius pasal 6 ayat ke 33 untuk kata “carilah” tersebut adalah ζητετε – zēteite, diterjemahkan kedalam bahasa Inggris “seek ye” (V-PMA-2P, verb – present imperative active – 2nd person plural), sebuah kata kerja perintah aktif sekarang yang ditujukan bagi pribadi kedua jamak. Perintah yang sifatnya penting sekali, sebagai sesuatu yang harus dikerjakan, tidak boleh tidak. Maksudnya semua orang yang mendengarkan kotbah Yesus Kristus di bukit itu, diperintahkan untuk mengupayakan kehadiran atau keberadaan Kerajaan Allah dan kebenarannya sebagai hal yang harus didahulukan dalam kehidupan mereka.

Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah (Luk 7:12), tetapi berwujud rohaniah (Rom 14:17), merupakan sebuah pemerintahan surgawi yang kemuliaannya termanifestasi di bumi. Hal inilah yang  Yesus Kristus ajarkan kepada murid-murid-NYA melalui doa Bapa Kami, “datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga” (Mat 6:10). Dengan adanya kata “kehendak-Mu” yang menyertai kalimat doa tersebut, maka kita mendapat pengertian yang lebih dalam lagi terkait dengan “pertobatan”, karena dalam Injil Yohanes tercatat jika seseorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah itu (Yoh 3:3). Pertobatan diambil dari kata Yunani “metanoia” – perubahan pola pikir; kemauan atau kesediaan moral intelektual seseorang untuk tunduk sepenuhnya terhadap kehendak Allah, tindakan yang merupakan langkah awal untuk memasuki Kerajaan Allah itu. Juga merupakan tindakan yang menunjukkan dirinya percaya bahwa Allah itu ada (Ibr 11:6). Perubahan pola pikir ini kemudian dilanjutkan dengan baptisan air sebagai tanda pengakuan dosa dan pertobatan (Mat 3:6, 11; KPR 2:38). Karena itu baptisan selayaknya dilakukan setelah seseorang mampu membuktikan bahwa dirinya telah mengambil keputusan yang kuat untuk tidak hidup dalam dosa lagi melalui perbuatannya yang nyata (Mat 3:8, Luk 3:8, The Living Bible)

Oleh karena Kerajaan Allah merupakan manifestasi Kerajaan Sorga di muka bumi ini memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan “perubahan pola pikir”, maka Yesus Kristus mengajar kita melalui perumpamaan tentang ragi, agar kita sebagaimana murid-murid-NYA memperhatikan dan mewaspadai pengajaran yang mungkin telah khamir karena ragi orang Farisi, Saduki, orang-orang Herodian dan lain-lainnya (Mat 13:33; 16:6-12; Mar 8:15; Luk 12:1).  Tentu saja penyimpangan pengajaran yang seolah benar, atau menyimpang sedikit dari kebenaran yang diajarkan menjadikan jemaat tidak lagi hidup dalam Kerajaan Allah. Hanya melalui Roh Kudus-NYA yang memenuhi, menguasai, memimpin dan mengajar kita melalui pengurapan-NYA yang dapat memimpin kita kepada seluruh kebenaran (KPR 1:8; Rom 8:14; 1 Yoh 2:27). Hal ini berarti setiap orang yang bertobat, selain dibaptis air haruslah hidupnya senantiasa ditenggelamkan dalam kuasa Roh Kudus-NYA. Karena hanya mereka yang telah dilahirkan oleh air dan Roh, yang dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah (Yoh 3:5-7). Orang-orang yang dimampukan oleh Roh Kudus-NYA untuk mengenakan pikiran dan perasaan Kristus dalam mengemban tugas pelayanan yang dipercayakan atas mereka, sehingga sekalipun mereka adalah pemimpin, mereka mampu memposisikan dirinya sebagai hamba, memberi keteladanan hidup bukan memerintah, melayani bukan dilayani.

Kembali kepada kata ζητετε – zēteite, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris “seek ye” (V-PMA-2P, verb – present imperative active – 2nd person plural), sebagai perintah yang tidak ditujukan untuk perorangan saja, tetapi secara korporat kita diperintahkan Tuhan untuk mengusahakan kehadiran Kerajaan Allah dan kebenarannya itu. Tidak tunggu waktu atau besok untuk mengerjakannya tetapi sekarang juga selama masih ada ‘hari ini’ (Ibr 3:7-19). Kerajaan memang seharusnya memiliki rakyat yang banyak, karena tentu saja sebagai raja dalam sebuah kerajaan tidak mungkin hanya memiliki satu orang warga saja. Gambaran lainnya adalah bangunan rumah rohani yang terdiri dari batu-batu hidup sebagai tempat kediaman Allah (1 Pet 2:5), imamat rajani yang kudus.

Ia menceritakan perumpamaan ini juga kepada mereka, "Hal Kerajaan Surga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu sebanyak empat puluh liter sampai mengembang seluruhnya." (Mat 13:33)

Ragi, sesuatu yang tidak boleh ada dalam makanan juga perkemahan bangsa Israel dalam persiapan mereka keluar dari Mesir, bahkan mereka harus dilenyapkan jika memakannya (Kel 12:15-20). Demikian pula dalam persembahan korban sajian yang diberikan pada Tuhan, tidak boleh beragi (Im 2:11). Para imam Lewi juga dilarang untuk makan makanan beragi (Im 6:15-17). Dalam Perjanjian Lama seringkali ragi menunjuk kepada hal yang negatif. Mudah untuk dimengerti jika kita memperhatikan proses pembuatan tape atau tempe. Ragi menunjuk kepada bahan yang mampu mengubah bentuk secara kualitas. Ragi berbicara tentang pengaruh yang ditimbulkan. Itulah sebabnya Yesus Kristus mengingatkan para murid untuk mewaspadai pengajaran orang Farisi, Saduki dan Herodian.

Dalam Perjanjian Baru, ragi secara simbolis dipakai dalam bentuk kontras dari pengertian negatif pengajaran sesat dari “keburukan dan kejahatan” dengan pengertian positif pengajaran benar yang berisi “kemurnian dan kebenaran” (1 Kor 5:6-8). Hal ini berarti, sama seperti Kristus sebagai Batu Penjuru merupakan batu ukuran dalam pembangunan rumah rohani (jemaat Tuhan), maka setiap batu-batu hidup yang dipakai untuk bangunan tersebut haruslah sesuai dengan ukuran-NYA. Pengajaran tentang kebenaran Allah yang keluar dari hati nurani yang murni, yang telah dimurnikan oleh Allah, merupakan kebutuhan pokok dalam mengupayakan/pembangunan Kerajaan Allah di bumi ini.

Ragi Farisi menunjuk pada pengajaran-pengajaran yang mengutamakan penampilan luar (Mat 23:14, 16, 23-28), ragi Saduki menunjuk pada kebenaran skeptis terhadap penafsiran hal-hal rohani juga terhadap Kitab Suci (Mat 22:23-29), dan ragi Herodian menunjuk pada keduniawian kelompok/partai politik pengikut Herodes diantara bangsa Yahudi (Mat 22:16-21; Mar 3:6).

Kerajaan Allah dan kebenarannya adalah kerajaan yang:
1.       Tidak berpenampilan luar dalam kemegahan dan mencari hormat/penghargaan manusia.
2.       Pengajarannya bergantung sepenuhnya pada pengurapan kuasa Roh Kudus, bukan karena ilmu pengetahuan dan kecakapan berbicara.
3.       Tidak membentuk kelompok terorganisir, sehingga terpecah-pecah seperti partai politik yang menjadi besar karena jumlah keanggotaannya, tetapi hidup dalam kesatuan.

bersambung…

Jumat, 10 Mei 2013

Yesus Kristus, Sang Pemberita Injil Kerajaan


Yesus Kristus, Sang Pemberita Injil Kerajaan

Belakangan ini kita diguncangkan dengan aliran pengajaran tentang injil kemakmuran, yang pada ujungnya berakhir dengan penyelewengan keuangan dan perkara pidana dari para pengajarnya. Dengan melihat buah yang dihasilkannya, tentu saja kita tidak perlu mengupas pengajaran injil kemakmuran ini lebih jauh. Sebab Alkitab kita mencatat bahwa menjelang akhir jaman, injil yang harus diberitakan adalah Injil Kerajaan (Mat 24:14). Berita baik tentang Kerajaan inilah yang dibawa mula-mula oleh Yesus Kristus.

Yesus pun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Surga serta menyembuhkan orang-orang di antara bangsa itu dari segala penyakit dan kelemahan mereka (Mat 4:23).

Jika kita baca Injil Matius pasal keempat, kita mendapati Yesus Kristus dibawa oleh Roh Kudus untuk dicobai, tentu saja hal ini sangat menarik jika dibicarakan, bagaimana Yesus yang adalah Firman Allah yang telah mewujud jadi manusia itu masih perlu dicobai kemanusiaan-NYA oleh iblis. Setelah kemanusiaan Yesus teruji atau lulus dari cobaan iblis itu, maka malaikat-malaikat melayani DIA, barulah Yesus tampil dan mulai mengajar serta berkeliling untuk memberitakan kabar sukacita bahwa “Kerajaan Sorga sudah dekat”.
Kembali kepada artikel tentang pemulihan segala sesuatu yang menjadi tanda akhir jaman, maka pola kerja Bapa surgawi kita dalam mempersiapkan hamba-hamba-NYA guna melakukan dan menggenapi rencana agung-NYA, pastilah akan kembali kepada pola yang dialami oleh Yesus Kristus. Jika pendeta ataupun mereka yang melayani jemaat belum atau tidak melalui atau bahkan mengabaikan pola proses seperti yang Yesus Kristus alami sebelum pelayanan-NYA, maka tentulah mereka akan mengalami kegagalan dalam memberitakan Injil Kerajaan Tuhan. Kecenderungan yang muncul dari para “hamba tuhan” ini adalah membangun kerajaan mereka sendiri.

Seperti semula, Allah menghendaki supaya umat pilihan-NYA menjadi sebuah kerajaan, kerajaan imam (Kel 19:6) dimana Allah menjadi Rajanya, bukan hanya sebagai pusat penyembahan tetapi juga sebagai pusat pemerintahan. Inilah yang dimaksudkan oleh rasul Petrus bahwa semua orang pilihan, yang dipanggil untuk meninggalkan keduniawiannya lalu hidup sesuai dengan kehendak-NYA, disebut sebagai imamat rajani, dalam terjemahan bahasa Inggris sebagai “ a royal priesthood”, sebuah kerajaan imam (1 Pet 2:9). Sungguh menyedihkan jika beberapa pengajar kemudian mengartikan imamat rajani ini sebagai kumpulan imam-imam dan raja-raja. Tuhanlah yang seharusnya menjadi raja dan seluruh umat pilihan-NYA menjadi imam-imam-NYA. Kehancuran Israel berawal ketika mereka minta seorang raja kepada nabi Samuel, menolak Allah sebagai raja (1 Sam 8:7).  Suara Tuhan yang seharusnya menjadi kontrol pemerintahan, yang bersumber dari kemah Suci, kemudian hanya menjadi pendamping pemerintahan raja. Yang terjadi akhirnya Saul sebagai raja mengambil alih apa yang seharusnya bukan menjadi bagiannya, dengan tidak lagi mengindahkan perkataan nabi Samuel, ia mempersembahkan korban bakaran dan sembelihan (1 Sam 15:1-23). Penolakan Tuhan atas Saul sebagai raja, berkelanjutan dengan kebenciannya atas orang pilihan-NYA Daud. Permusuhan terhadap orang pilihan Tuhan ini kerap kali terjadi atas kehidupan para “hamba tuhan”, hal ini terjadi karena dirinya mengesampingkan posisi Tuhan sebagai Raja, dan menjadikan dirinya sendiri sebagai raja.

Injil Kerajaan menyangkut bagaimana manifestasi kerajaan Allah di muka bumi ini, sebagaimana doa yang diajarkan Yesus Kristus pada murid-murid-NYA, menghendaki agar kerajaan-NYA datang di bumi seperti di sorga (Mat 6:10). Jika kita mencermati persiapan sang pemberita Injil Kerajaan mula-mula, Yesus Kristus, maka kita mendapatkan prosesinya sebagai berikut:

Lalu Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis. (Mat 4:1)

dibawa oleh Roh, kalimat ini menunjukkan bahwa bukan atas kehendak-NYA sendiri IA kemudian pergi ke padang gurun, tetapi ada seperti dorongan yang memaksakan diri-NYA untuk pergi kesana.

ke padang gurun, sebuah tempat yang tidak nyaman, karena biasanya padang gurun kering dan tidak berpenghuni. Tradisi menjelaskan bahwa lokasi pencobaan Kristus berada di bagian padang gurun Yudea yang terletak antara Yerusalem dan Laut Mati, dan di gunung yang disebut Quarantania, di tempat ini IA berpuasa empat puluh hari.

untuk dicobai, sebab tentu saja seseorang yang hendak menaklukkan musuh yang besar – kerajaan kegelapan, akan mengalami serangan dan perlawanan yang besar pula pada setiap kesempatan yang ada. Ibrani 4:15 tertulis Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita. Sebaliknya sama seperti kita, Ia telah dicobai, hanya saja Ia tidak berbuat dosa. Kemenangan-NYA atas dosa adalah teladan yang diberikan, agar kitapun tidak berbuat dosa ketika pencobaan datang. Sebab setiap manusia juga akan terus menghadapi pencobaan yang sama seperti Yesus Kristus ini (1 Yoh 2:16; Kej 3:6).

oleh Iblis, keberadaan dan kepribadian iblis atau setan dalam bahasa kita memiliki pengertian yang kerapkali berbeda. Yang pertama iblis menunjuk kepada “seseorang” (Ef 2: 2, 6: 12; Ibr 2: 14; Yudas 6), kemudian juga sebagai “Seorang malaikat yang jatuh” (Yoh 8: 44; 2Pet 2: 4, Yudas 6). Kata “iblis” berarti penuduh palsu. Yesus Kristus sendiri menyatakan karakter iblis itu ketika menegur Petrus (Mat 16:23). Lalu Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus, "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."
Hal ini sejalan dengan tulisan Yakobus, bahwa manusia dicobai oleh keinginannya sendiri (Yak 1:14). Kecenderungan berbuat dosa karena menginginkan kedudukan yang sama dengan Allah (Kej 3:5; Yes 14:12-14), itulah tawaran iblis.

Ketika seorang “hamba Tuhan” kemudian menempatkan dirinya mengatasi atau lebih tinggi dari bintang-bintang Allah - sementara bintang-bintang tersebut adalah gambaran dari keturunan Abraham, yaitu jemaat atau himpunan orang beriman/percaya kepada Yesus Kristus (Kej 15:5, 26:4; Kel 32:13) - serta menjadikan dirinya sebagai ‘puncak’ di bukit pertemuan (pertemuan ibadah) itu, maka pastilah orang tersebut gagal memberitakan Injil Kerajaan. Mengapa? Karena dirinya telah gagal menempatkan Yesus Kristus sebagai Raja dan Kepala jemaat. Selayaknya kita berkata seperti Petrus, sekalipun melaluinya terjadi mujijat atas pengemis lumpuh di gerbang Indah Bait Allah. "Hai orang Israel, mengapa kamu heran tentang kejadian itu dan mengapa kamu menatap kami seolah-olah kami membuat orang ini berjalan karena kuasa atau kesalehan kami sendiri?" (KPR 3:12)
bersambung…

Jumat, 03 Mei 2013

Tanda Akhir Jaman


Bagian dari tanda-tanda Akhir Jaman

Kristus itu harus tinggal di sorga sampai waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabi-Nya yang kudus di zaman dahulu. KPR 3:21

Seperti yang tertulis dalam surat rasul Paulus bagi jemaat Tesalonika tentang akhir jaman ( 1 Tes 5:1-5). Perdamaian Israel-Palestina memang menjadi salah satu bagian yang harus terjadi sebagai tanda akhir jaman. Tetapi sekalipun berita-berita terkait dengan perundingan perdamaian Israel-Palestina terus mengalami kemajuan, karena didorong oleh berbagai pihak, tetapi realitas dari perdamaian itu hingga hari ini masih belum menjadi realitas. Bahkan seperti mengalami kemacetan. Konflik Israel-Palestina justru semakin meningkat.
Jika kita baca ucapan Petrus yag tercatat dalam ayat diatas (KPR 3:21), maka bagian lain seiring dengan perdamaian Israel-Palestina itu, haruslah terjadi sebuah gelombang kebangunan rohani besar, dimana terjadi pemulihan gereja Tuhan. Gereja Tuhan akan dibawa kembali pada bentuk, tata ibadah dan hakekatnya yang semula, seperti yang pernah terjadi dan tercatat dalam kitab para rasul tersebut.

Untuk hal ini marilah kita meneliti apa yang dimaksudkan melalui kalimat atau ayat tersebut.
  
"Waktu dari pemulihan segala sesuatu"  – pemulihan berasal dari kata "pulih" atau restitusi ποκαταστάσεως apokatastaseōs, ini tidak tertulis di kitab-kitab lain dalam Perjanjian Baru. Kata kerja yang berasal dari kata benda ini tercatat ada delapan kali. Kata ini berarti "mengembalikan sesuatu pada keadaan semula," sebagai contoh memulihkan keadaan anggota tubuh dalam kondisi "keseleo" atau "dislokasi" kepada kondisi semulanya yang sehat. Kisah Rasul 1:6, "Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?" demikian pertanyaan murid-murid kepada Yesus, disini kata apokatastasis dipakai untuk maksud restorasi pemerintahan teokrasi yang benar, pada keadaan sempurna sebelum kejatuhan. Kata ini juga digunakan untuk menunjukkan pemulihan, atau untuk kesembuhan, sebagai contoh dalam Perjanjian Baru, tercatat pada Matius 12: 13: Lalu kata Yesus kepada orang itu: "Ulurkanlah tanganmu!" Dan ia mengulurkannya, maka pulihlah tangannya itu, dan menjadi sehat seperti tangannya yang lain. " (Markus 3: 5; Lukas 6: 10). apokathistēmi, kata yang dipakai oleh Yesus ketika menjawab murid-murid-NYA sehubungan dengan kedatangan Yohanes Pembaptis yang digambarkan dalam karakter Elia (Matius 17: 11; Markus 9: 12). Demikian pula, dalam/oleh Josephus, kata ini digunakan untuk menunjukkan kembalinya bangsa Yahudi dari pembuangan Babel, dan pemulihan mereka untuk mendapatkan kembali negara dan hak-hak istimewa mereka. Kata ini juga mengandung gagasan "penyempurnaan, penyelesaian, atau mengisi." Oleh karena itu, kata ini juga digunakan dalam Philo, Hesychius, Phavorinus, juga Yunani Klasik (Lihat Lightfoot dan Kuinoel). Digunakan dalam Syriac dengan maksud: "Sampai melengkapi atau menggenapi zaman", terkait dengan digenapinya semua peristiwa yang telah diramalkan oleh para nabi, dan lain lain. Sementara dalam bahasa Arab berarti: "Sampai waktu kegenapan secara sempurna atau penyelesaian dari semua prediksi/ramalan/nubuat para nabi." Melalui ayat ini,kita dapat mengetahui bahwa Tuhan Yesus harus menanti sorga sampai semua nubuatan yang diucapkan oleh para nabi dalam kaitan dengan pekerjaan-NYA, penyebaran atau pekabaran Injil, kemenangan umat-NYA, pemerintahan-NYA, serta yang lain lainnya terpenuhi atau tergenapi. Pemulihan ini berarti juga meliputi gagasan pemulihan dunia dari dominasi kuasa dosa, restorasi moral, pemulihan perdamaian dan ketertiban; semua merupakan kelanjutan dari karya Mesias, memang hal itu telah dimulai, tetapi belum keseluruhannya, mungkin lambat dalam pergerakannya, tetapi dalam hal-hal tertentu telah mengalami kemajuan dan semakin dekat dengan penggenapannya seperti yang dimaksudkan oleh nubuatan para nabi.

Segala sesuatu – Menyangkut semua hal yang telah dinubuatkan atau diramalkan oleh para nabi. Ekspresi ini dibatasi oleh pengertian dimana tentu saja segala sesuatu yang dimaksudkan tidak berarti bahwa semua orang akan terselamatkan, atau semua kejahatan dosa terdahulu dapat diperbaiki. Ini tidak pernah bisa, karena untuk pelanggaran yang telah dilakukan tentu tidak bisa dibatalkan, dan segala sesuatu yang terkait dengan nubuatan para nabi harus menerima penggenapan dan pemenuhannya.

Seperti yang difirmankan Allah – semua yang telah terungkap dan tercatat dalam Perjanjian Lama.

Dengan perantaraan nabi-nabi-Nya yang kudus - Ini tidak berarti bahwa semua nabi telah berbicara menyangkut hal-hal ini, tapi semua yang telah diucapkan menyangkut Yesus Kristus – Mesias pastilah akan terpenuhi.

Di zaman dulu, sejak awal dunia - Adalah ekspresi yang menunjukkan sama seperti dari awal, yang berarti menegaskan dengan penekanan bahwa semua nubuat akan atau harus terpenuhi. Para rasul berhasrat untuk menunjukkan bahwa mereka, serta seperti orang-orang Yahudi pada umumnya, bergantung sepenuhnya kepada para nabi, dan tidak mengajarkan doktrin yang tidak diajarkan sebelum mereka.

Kamulah yang mewarisi nubuat-nubuat itu dan mendapat bagian dalam perjanjian yang telah diadakan Allah dengan nenek moyang kita, ketika Ia berfirman kepada Abraham: Oleh keturunanmu semua bangsa di muka bumi akan diberkati. KPR 3:25

Jika kita membaca ayat diatas, yang merupakan kelanjutan dari ayat 21, maka kita mendapatkan penegasan tentang Yesus Kristus, sebagai penggenapan nubuat tentang keturunan yang dimaksudkan. Tetapi terkait dengan ayat yang sama, menunjuk pada kita yang mewarisi iman Abraham juga.
Menurut catatan silsilah Tuhan Yesus Kristus dalam injil Matius, kita mendapatkan penjelasan bahwa kita merupakan generasi ke-42 yang dimaksudkan dalam silsilah itu. Bill Britton, salah seorang pengajar dari kegerakan karismatik menjelaskan tentang hal itu dalam bukunya “Generasi ke-42”. Ini berarti kita yang hidup dimasa sekarang ini adalah bagian yang tidak terpisahkan dengan Kristus, yaitu sebagai “Tubuh-NYA” (Ef 1:23, 5:30; Kol 1:24).
Tubuh Kristus – Jemaat, juga disebut sebagai bangunan rumah rohani yang terdiri dari batu-batu hidup, tentunya tidak akan layak dihuni jika kondisinya hancur. Agar Yesus sebagai Kepala dapat turun kembali ke dunia ini, tubuh-NYA haruslah siap. Manifestasi Kerajaan-NYA dalam jemaat-NYA di muka bumi haruslah siap. Karena itu Injil Kerajaan haruslah diberitakan, baru setelah itu tiba kesudahannya (Mat 24:14). Bagaimanakah Injil Kerajaan itu? Banyak pengajar mungkin telah mengklaim bahwa dirinya telah dan sedang mengajarkan hal itu, tentu saja hal ini sangat menyenangkan, sebab memang kitalah yang mempercepat hari Tuhan itu (2 Pet 3:12).

Senin, 22 April 2013

Dasar-dasar Kekristenan - 12


Penumpangan Tangan

Merupakan salah satu pengajaran dasar kekristenan yang tercatat di Ibrani 6:1-2.
Kata “penumpangan” dalam Perjanjian Baru diterjemahkan dari bahasa Yunani epitiyhmi epitithemi ( kata kerja ), epiyesiv epithesis ( kata benda ) yang artinya meletakkan … diatas atau menumpangkan … atas.
Penumpangan tangan atas hewan korban bagi Tuhan merupakan perintah yang harus senatiasa dilaksanakan oleh para imam sebelum dipersembahkan bagi Tuhan di Kemah Pertemuan ( Kel 29:10,15, 19; Im 1:1-4, dan masih banyak ayat lagi yang mencatat mengenai penumpangan tangan ini ).

1.   Mengapa penumpangan tangan perlu dipelajari? ( 1 Tim 5:22 )

2.   Maksud penumpangan tangan adalah:
a.     Mendoakan ( Mat 19:13; Kis 6:6 )
b.     Menyalurkan berkat ( Kej 48:17; Mar 10:16 )
c.     Impartasi kuasa ( Im 4:13-15, 16:21 )
d.     Impartasi kesembuhan ( Mar 16:18; Luk 4:40; Kis 28:8 )
e.     Impartasi Roh Kudus ( Kis 8:17, 19:6 )
f.     Impartasi karunia (  1 Tim 4:14 )
g.     Peneguhan panggilan pelayanan ( Bil 8:10-11, 27:23; Kis 13:1-3 )
h.     Menjadi saksi ( Im 24:14 )
                                                                             
3.   Penumpangan tangan dilakukan pada:
a.     Kepala ( Kej 48:17; Im 1:1-4 )
b.     Bagian tubuh yang sakit ( Mar 8:25 )

4.   Etika penumpangan tangan pada orang yang dilayani:
a.     Tidak menumpangkan tangan di kepala orang yang lebih tua ( pertimbangan kesopanan )
b.     Tidak menekan atau memberi ekspresi lain pada kepala ( pertimbangan kesopanan )
c.     Tidak menyentuhkan tangan secara langsung ( pertimbangan kesopanan )
d.     Sebaiknya dilakukan kepada sesama jenis kelamin ( agar tidak membuka celah)
e.     Dengan mengarahkan tangan dari jauh ( Im 9:22; Luk 24:50 )

Catatan :

Dasar-dasar Kekristenan - 11


Bertekun

Bertekun merupakan sebuah kata kerja yang menunjuk pada suatu sifat kerja yang sedang dilakukan. Kata “tekun” mengandung rajin, setia, senantiasa, selalu, tetap, tak henti-henti, terus menerus, tak jemu-jemu mengerjakan pekerjaan yang dipercayakan hingga terselesaikan.
Dalam hal rohani menunjuk pada ketaatan yang dilakukan dengan tetap, tak henti-henti, terus menerus, tak jemu-jemu … seperti tersebut diatas.

1.   Mengapa kita perlu bertekun? ( Why 2:26 )

2.   Alkitab mencatat agar kita bertekun dalam:
a.     Pengajaran ( Maz 119:33-45; KIis 2:42; 1 Tim 4:13 )
b.     Persekutuan ( Mat 18:19-20; Kis 2:1, 42, 4:24, 32; Ibr 10:25 )
c.     Memecah roti ( Kis 2:42; 1 Kor 11:23-26 )
d.     Doa ( Mar 14:38; Luk 18:1; Kis 2:42; Rom 12:12; 1 Tes 5:17 )
e.     Sukacita ( Maz 107:1-3; Kis 2:46-47; 1 Tes 5:16, 18 )
f.     Iman ( Kis 14:22; Ef 6:16; Kol 1:23; 2 Tim 4:7 )
g.     Pengharapan ( Rom 8:25; Ibr 10:23; Wah 3:10 )
h.     Berbuat baik ( Rom 2:6-7; Gal 6:9; Ef 5:8-9; 1 Tes 5:15; Ibr 10:24 )
i.      Kesalehan ( Ayb 2:3, 9-10; Fil 4:5; 1 Pet 1:6-7 )
j.      Pemberitaan Injil ( 1 Kor 9:16; Gal 4:18; Ef 6:15, 2 Tim 4:2; 1 Pet 2;9 )
k.     Penderitaan ( Fil 1:29 bandingkan 2 Kor 6:4-10; Yak 5:10-11 )

3.   Sasaran yang dicapai melalui ketekunan adalah:
a.     Tahan uji ( Rom 5:4 bandingkan Ibr 12:1—4 )
b.     Kedewasaan ( Mat 25:21; Luk 19:17; Yak 1:18 )
c.     Kemuliaan ( Rom 2:10, 8:18; 2 Kor 4:17; 1 Pet 1:7 )
d.     Keselamatan ( Mat 24:13 bandingkan 1 Pet 1:8-9; Why 2:10b )
e.     Buah ( Maz 1;3; Yes 32:15; Yer 17:8; Mat 12:33; Yoh 15:16 )

4.   Ketekunan diperoleh melalui:
a.     Rendah hati ( Maz 25:9; Ams 3:34 )
b.     Percaya ( Ams 3:5-6 bandingkan Ibr 11:17-19 )
c.     Tidak puas ( Fil 3:12-16 bandingkan 1 Kor 10:12 )
d.     Kesengsaraan ( Rom 5:3; 2 Kor 12:9-10 )

Catatan: