Jumat, 14 Juni 2013

“Aku melihat sang Raja Kerajaan itu”

“Aku melihat sang Raja Kerajaan itu”

Yesus menjawab, kata-Nya: "Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah" (Luk 17:20), lalu bagaimanakah kemudian IA memerintahkan kepada kita untuk terlebih dahulu mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya (Mat 6:33)? Yesus Kristus berkata"Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, jika seseorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." (Yoh 3:3)

Menelusuri kembali hadirat Allah atas umat-NYA, maka kita mendapati kehadiran-NYA atas umat pilihan-NYA Israel dalam sepanjang perjalanannya menuju Tanah Perjanjian. Allah hadir setiap saat sebagai tiang awan di siang hari dan tiang api di malam hari. Selama empat puluh tahun Allah memimpin perjalanan mereka melintasi padang gurun (Ul 29:5). Suatu fenomena pemerintahan ilahi atas Israel melalui Kemah Suci, dimana hukum-hukum ilahi yang harus dilaksanakan oleh seluruh umat disampaikan secara langsung oleh Allah melalui Ruang Maha Kudus. Melalui ke lima kitab Musa yang mencatat semuanya itu, kita mendapatkan gambaran sempurna tentang Yesus Kristus (Luk 24:44; Yoh 5:39, 46).

Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. (Yoh 1:14).

“diam” diterjemahkan dari bahasa Yunani σκηνόω  (skay-no'-o), secara literal artinya “berkemah”. Itulah yang dimaksudkan oleh raja Daud, pemazmur yang diurapi Allah, tentang Yesus ia berkata “Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan dan korban sajian, tetapi Engkau telah membuka telingaku; korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau tuntut.” (Maz 40:7; Ibr 10:5). Tubuh manusia Yesus adalah tempat kediaman-NYA, itulah yang digambarkan Allah melalui hukum Taurat. Yesus Kristus adalah Kemah Suci – tempat kediaman Allah dalam Perjanjian Baru, dimana seluruh manifestasi kuasa Allah dinyatakan dalam berbagai macam mujizat bahkan pengampunan dosa (Mat 9:2; Luk 5:2; 7:48). Tubuh Yesus itu pula yang dipakai sebagai persembahan sempurna, sehingga tidak diperlukan lagi korban darah lembu jantan atau darah kambing jantan untuk menghapuskan dosa (Ibr 10:1-14).

Tidak dapat disangkal bahwa Yohanes sebagai murid langsung yang juga amat dekat dengan-NYA, telah melihat seluruh kemuliaan Allah di dalam dan melalui pribadi Tuhan kita Yesus Kristus. Demikian pula seluruh murid yang pernah berjalan bersama-sama dengan-NYA, mereka menerima pengajaran tentang Kerajaan Allah secara langsung dari Yesus sebelum IA terangkat ke surga (KPR 1:1-3). Itulah sebabnya mereka perlu menunggu penggenapan janji atas “kuasa” yang akan diberikan-NYA sebagai jawaban atas pertanyaan mereka tentang pemulihan kerajaan umat pilihan-NYA – Israel pada mulanya, juga umat pilihan – Israel rohani, umat Perjanjian Baru. Mereka yang taat menunggu penggenapan janji Bapa di Yerusalem itu mengalami pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta, Roh itulah yang memberi kesaksian baik bagi diri mereka (para murid) juga kepada seluruh orang yang sedang berkumpul di Yerusalem saat itu (Ibr 10:15; KPR 2:1-11).

Roh Kudus yang telah memenuhi kehidupan para murid itu memberi hikmat pada rasul Petrus untuk membentangkan kebenaran yang ada dalam kitab nabi-nabi juga Mazmur tentang Yesus Kristus. Serta menegaskan kepada seluruh kaum Israel, mereka harus tahu dengan pasti bahwa Allah telah membuat Yesus, yang disalibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus. Tuhan adalah Tuan diatas segala tuan, adalah Raja yang diurapi-NYA (Kristus), sang Penguasa yang Terpilih (Mat 28:18), dipilih atas kehendak-NYA sendiri (Ibr 10:10). Ketika Petrus dan Yohanes naik ke Bait Allah dan bertemu dengan orang lumpuh yang mengemis di pintu gerbang, kuasa Roh Kudus membuat mujizat melalui mereka. Berdasarkan mujizat itu, Petrus menjelaskan tentang Yesus Kristus kepada seluruh orang banyak yang terheran-heran akan kejadian tersebut. Bahkan dengan berani mereka bersaksi di depan mahkamah agama (KPR 3:11, 4:1-22).

Kerajaan Allah tidak terkait dengan makan dan minum tetapi kebenaran, damai sejahtera dan sukacita dalam Roh Kudus (Rom 14:17). Kebenaran dari Allah yang hidup dalam diri seseorang menjadikannya dirinya berdamai dengan Allah, diri sendiri dan orang lain. Itulah damai sejati. Damai sejahtera dihasilkan oleh kehadiran Yesus di bumi (Luk 2:14), keadaan yang dijanjikan bagi murid-murid-NYA tatkala IA hendak memberi diri-NYA di atas kayu salib (Yoh 14:15-27). Tidak gelisah dan gentar terhadap segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan merupakan damai sejahtera bersumber dari kuasa Roh Kudus. Penyertaan-NYA senantiasa menjadikan semua murid-NYA dapat bersukacita dalam segala hal. Tentulah keberadaan Roh Kudus yang nyata sedemikian rupa dalam diri rasul-rasul telah menjadikan mereka sebagai pemimpin jemaat yang berani, bahkan menantang maut (KPR 4:31; 1 Kor 15:55). Jemaat, warga Kerajaan Allah merasakan kehadiran Rajanya, yang tidak tampak oleh mata namun nyata kuasa-NYA (KPR 5:1-11). Juga peristiwa Ananias dan Safira tentu membuat setiap orang menjadi takut dan sangat menghormati sang Raja, Yesus Kristus – Tuan diatas segala tuan – Tuhan (Fil 2:9-11). 

Roh Kudus telah dicurahkan atas semua orang percaya, baik besar maupun kecil, tua atau muda sesuai dengan nubuatan nabi Yoel (Yo 2:28; KPR 2:17). Jemaat mula-mula adalah potret kegenapan janji Tuhan itu. Keberadaan mereka yang bersatu sejak menantikan janji di Yerusalem di hari Pentakosta pertama, demikian pula dengan mereka yang menerima pemberitaan para rasul Yesus itu, telah menjadi “satu tubuh”, dimana Kepala mengkoordinasi, mengontrol dan mengerjakan setiap bagian-bagiannya. Tubuh Kristus dalam kesatuan inilah yang membuat kuasa Tuhan melalui Roh-NYA termanifestasi dengan nyata dalam dunia. Itulah sebabnya rasul Paulus menasehatkan supaya jemaat bersatu, pengajaran utama seperti yang diharapkan oleh Tuhan Yesus melalui doa-NYA kepada Bapa (Fil 2:1-8; Yoh 17). Sebuah rahasia besar yang penuh kuasa (Mat 18:19), sebab mengenai kesatuan, Allah menyatakan kepada umat manusia yang memberontak terhadap-NYA ketika membangun menara Babel, “mulai dari sekarang apa pun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana” (Kej 11:6), semuanya dimulai dari kesatuan. Melalui kesatuan Tubuh-NYA maka “dunia tahu” dan “dunia percaya” akan Yesus Kristus (Yoh 17:23, 21).

Manifestasi Roh Kudus dalam jemaat melalui seluruh karunia-karunia Roh yang ada merupakan kenyataan kehadiran Allah.  Tentunya hal ini dapat terjadi jika dalam pertemuan jemaat, pertemuan dari orang-orang yang beribadah kepada Tuhan, sekalipun terdiri dari dua atau tiga orang saja, bukan dalam arti “ibadah” yang kita kenal hari-hari ini, memberikan ruang gerak yang bebas bagi Roh Kudus untuk berkarya melalui setiap pribadi. Roh Kudus pastilah akan menyatakan diri-NYA melalui Tubuh-NYA, menjadi jawaban yang tepat bagi mereka yang membutuhkan-NYA, sehingga semua anggota menjadi dibangun, dikuatkan dan bertumbuh dengan benar kearah Kristus (1 Kor 14:24-40; Ef 4:11-16). Orang yang belum percaya, jika ia berada dalam perhimpunan orang percaya, maka ia akan melihat kehadiran Allah dalam jemaat, dan berkata “Sungguh Allah ada ditengah-tengah kamu”, ia melihat sang Raja dalam Kerajaan-NYA.
bersambung…

Senin, 03 Juni 2013

Kualitas Pemimpin dalam Jemaat mula-mula.

Kualitas Pemimpin dalam Jemaat mula-mula.

Kembali melihat keadaan jemaat mula-mula, maka kita menemukan adanya kuasa yang luar biasa dari realitas Tuhan dalam jemaat. Mengapa hal itu dapat terjadi? Dengan menelusuri Firman Tuhan, maka kita mendapati bahwa tidak dapat disangkal pengurapan yang dijanjikan oleh Tuhan Yesus (KPR 1:8) ketika menjadi kenyataan tergenapi di hari Pentakosta itu, telah membuat perubahan yang dahsyat dalam kehidupan murid-murid (KPR 2). Termasuk mereka yang menerima pemberitaan mereka kemudian bertekun dan dengan sehati mereka bersekutu untuk belajar kebenaran Firman Tuhan.

“Bak (=seperti) urapan di kepala Harun, yang ke janggut dan jubahnya turun”, demikian sepenggal kalimat dari lagu yang diambil dari Mazmur 133, merupakan kunci dari kegerakan yang terjadi pada jemaat mula-mula tersebut. Pengurapan atau kepenuhan Roh Kudus yang melanda para murid, memberi pengalaman sebuah kegenapan janji yang menjadikan mereka dengan berani memberi kesaksian ditengah-tengah banyak orang yang ketika itu sedang berkumpul di Yerusalem untuk merayakan Pentakosta.

Roh Kudus memberi perubahan yang luar biasa bagi Petrus sehingga ia dengan penuh keberanian menjawab orang banyak yang sedang tercengang, mempertanyakan bahkan mengejek atas apa yang sedang terjadi itu. Tentu kita tahu bahwa sebelumnya Petrus telah menyangkal Yesus Kristus sebanyak tiga kali. Kita melihat disini sebuah perubahan dahsyat dalam diri Petrus yang sebelumnya adalah “si pengecut”, telah menjadi “si pembicara” yang berani mengambil resiko. Hikmat dari Roh Kudus juga memampukan Petrus untuk menjabarkan nubuatan nabi Yoel juga Mazmur Daud tentang Yesus Kristus bagi mereka. Bahkan “menantang” mereka, sungguh perubahan yang luar biasa.

Tuhan seringkali memilih kandidat yang tidak layak menurut ukuran manusia untuk menjadi seorang pemimpin bagi-NYA. Kita tahu bahwa Petrus bukanlah seorang yang pernah belajar secara khusus tentang Firman Allah, dia hanyalah seorang nelayan biasa belaka bukan orang terpelajar (Mat 4:18; KPR 4:13). Tujuan Tuhan ialah untuk mendemonstrasikan bahwa kemampuan atau kekuatan yang ada dalam diri pemimpin-NYA tersebut bukanlah berasal dari dirinya sendiri tetapi dari Tuhan. Ketika orang menyanjung karena perbuatan yang dikerjakannya, seorang pemimpin yang benar tidaklah menerima dengan senang hati bagi dirinya, tetapi menolak sanjungan dan pujian itu dan memberi pengertian tentang kebenaran (KPR 3:12-26). Bahkan dengan senang hati menerima akibat kesalah mengertian orang lain yang cemburu terhadap mereka dan tetap memakai kesempatan untuk memberikan kesaksian tentang Yesus Kristus (KPR 4:1-23).

Berbeda dengan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, mereka adalah orang-orang yang menyelidiki Kitab-kitab Suci dan dimuridkan. Bahkan diantara mereka menjadi pengajar dan sangat menjaga tradisi nenek moyang umat Israel (Yoh 5:39; Mat 7:29, 23:3; Mar 7:5). Mereka suka menerima penghormatan (Mar 12;38; Luk 20:46). Karena reputasi mereka dikenal sangat mengerti dan ahli tentang Kitab-kitab Suci, maka Herodes memanggil mereka sehubungan dengan kelahiran Yesus. Dan jawaban yang mereka diberikan sangatlah tepat (Mat 2:1-6). Namun sekalipun mereka sangat kenal dengan Kitab-kitab Suci, mereka gagal menangkap pengertian yang terkandung di dalamnya (Yoh 3:10, 5:39-47).

Tuhan memiliki cara tersendiri dalam memilih mereka dari yang paling kecil, paling hina dan paling tidak layak. Ketika Allah memanggil Gideon untuk memimpin bangsa Israel  keluar dari perbudakan, ia berkata "Ah Tuhanku, dengan apakah akan kuselamatkan orang Israel? Ketahuilah, kaumku adalah yang paling kecil di antara suku Manasye dan aku pun seorang yang paling muda di antara kaum keluargaku." (Hak 6:15). Demikian pula ketika Saul dipilih sebagai raja oleh Tuhan, ia berkata kepada nabi Samuel "Bukankah aku seorang suku Benyamin, suku yang terkecil di Israel? Dan bukankah kaumku yang paling hina dari segala kaum suku Benyamin? Mengapa bapa berkata demikian kepadaku?" Demikian pula ketika rasul Paulus menjelaskan keberadaan dirinya sebagai yang paling hina dari semua rasul, bahkan tidak layak disebut rasul, sebab dirinya telah menganiaya jemaat Allah (1 Kor 15:9). Semua mereka yang berada pada posisi tidak layak, telah mendapat kelayakan dari Tuhan untuk menjadi pemimpin. "Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar." Demikian kata Tuhan Yesus Kristus (Luk 9:48). Sungguh sebuah cara yang unik, karena DIApun menentukan tempat yang terkecil bagi tempat kelahiran-NYA, Betlehem adalah terkecil diantara kaum-kaum Yehuda (Mik 5:2). Daud adalah anak terakhir (yang tidak masuk perhitungan) Isai, juga Salomo menjadi raja ketika masih anak-anak, sesuatu yang kecil dan lemah telah dipakai Tuhan bagi kemuliaan-NYA.

Rahasia kekuatan dari para pemimpin jemaat mula-mula itu ialah:

1.       Mereka dipenuhi dan tetap tinggal dalam kuasa Roh Kudus. Sehingga keselamatan dari Roh yang mereka terima memberikan kesaksian bahwa mereka adalah anak-anak Allah (Rom 8:16). Sebagai orang percaya, kita hendaknya dipenuhi oleh Roh Kudus (Ef 5:18). Perintah yang ditulis dalam bentuk “present tense”, yang menunjukkan sebuah tindakan terus menerus. Itulah sebabnya Tuhan menghendaki supaya kita meminta-NYA kepada-NYA (Luk 11:13). Jika Roh Kudus tinggal dalam diri kita, maka IA akan meliputi seluruh pikiran, kehendak dan perasaan kita, mengajar dan menuntun kita kepada seluruh kebenaran-NYA (Yoh 16:13; 1 Yoh 2:27).
2.       Para murid yang menerima Roh Kudus tidak secara langsung kemudian mereka menjadi pemimpin. Mereka harus hidup dalam ketaatan hingga Roh Kudus turun memenuhi dan memimpin mereka untuk hidup dalam kuasa-NYA (Yoh 20:22 bandingkanlah dengan Luk 24:49; KPR 1:8). Itulah maksud “diperlengkapi” yang diterjemahkan dari kata “endued” (Inggris) atau “enduo” (Yunani), yang berarti “clothe (with)”, berbaju – sesuatu yang menutupi kekurangan, ketelanjangan atau ketidak mampuan untuk di“tampil”kan Tuhan.
Roh Kudus akan membawa kita untuk masuk kedalam pengujian sama seperti Yesus Kristus (Mat 4:1). Sama seperti seluruh pemimpin terdahulu dalam Perjanjian Lama, semuanya mengalami pengujian. Pengujian meliputi berterima kasih pada Tuhan atas apa yang terjadi (1 Tes 5:18), bersukacita di dalamnya (Fil 4:4), dan mentaati Firman-NYA sesuai pimpinan Roh Kudus (Gal 5:16). Dengan berterima kasih dan bersukacita, hal itu berarti menyadari dan menerima kedaulatan Tuhan atas kehidupan ini, tentulah akan mengundang hadirat dan kuasa-NYA (Maz 22:4) sehingga kemenangan dalam mentaati Firman-NYA dapat terjadi oleh dan melalui pimpinan Roh Kudus. Kita dimampukan-NYA untuk menghasilkan buah Roh. Dengan tidak hidup untuk memuaskan kebutuhan diri sendiri melalui hal-hal duniawi (Mat 4:3-4), tidak mencobai Tuhan (Mat 4:7) dan tetap berbakti hanya kepada-NYA saja (Mat 4:10).
3.       Keberanian mereka untuk menderita, dihina, ditolak, difitnah bahkan dianiaya oleh karena melakukan kebenaran dan mentaati perintah Tuhan telah menjadi motivasi utama dalam pelayanan yang mereka lakukan (KPR 4:19). Dalam suratnya, rasul Petrus menyatakan jika kita berbuat baik dan karena itu kita harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah. Sebab untuk itulah orang percaya (Kristen) dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kita dan telah meninggalkan teladan bagi kita, supaya kita mengikuti jejak-Nya. (1 Pet 2:19-22).

bersambung…

Pondok Daud, potret Kerajaan Allah di bumi

Pondok Daud, potret Kerajaan Allah di bumi

Kemudian Aku akan kembali dan membangun kembali pondok Daud yang telah roboh, dan reruntuhannya akan Kubangun kembali dan akan Kuteguhkan, supaya semua orang lain mencari Tuhan bahkan segala bangsa yang atasnya nama-Ku disebut, demikianlah firman Tuhan yang melakukan semuanya ini, yang telah diketahui sejak semula. KPR 15:16-18

Pada edisi sebelumnya, kita mendapatkan bahwa “ragi Farisi” merupakan gambaran dari pengajaran atau mereka yang masih berpegang teguh terhadap “hal-hal yang kelihatan”. Inilah yang menimbulkan perselisihan dalam jemaat mula-mula. Masalah sunat, yang harus dikerjakan oleh setiap orang dari luar Yahudi yang menjadi percaya oleh karena pemberitaan mereka. Perselisihan yang timbul dari orang-orang Farisi yang menjadi percaya, terkait dengan adat istiadat lahiriah yang diwariskan Musa ini, akhirnya terselesaikan dalam persidangan di Yerusalem itu. Para rasul melihat bahwa ternyata Allah tidak membeda-bedakan manusia, mujijat-mujijat dan karunia Roh-NYA memberikan kesaksian tentang hal itu.

Pondok Daud, kemah suci yang disiapkan Daud bagi Tabut Perjanjian sebagai tempat kehadiran Allah ditengah-tengah bangsa pilihan-NYA, Israel (2 Sam 6:17; 1 Taw 16:1). Merupakan gambaran bagi jemaat Perjanjian Baru sebagai bangunan rumah rohani tempat kediaman Allah. Para rasul senantiasa melihat kembali ke Perjanjian Lama, karena darinya mereka melihat bagaimana Kristus dinyatakan melalui nubuatan-nubuatan dan digenapi dalam jemaat-NYA, secara khusus di dalam dan melalui kehidupan mereka. Para rasul terus menerus membandingkan setiap kejadian dengan apa yang tertulis dalam kitab Hukum-hukum, Mazmur juga kitab-kitab para Nabi terdahulu, semua tentang Kristus dan segala sesuatu yang diperbuat oleh Roh Kudus di tengah-tengah mereka.

Setidaknya kita mendapatkan beberapa referensi ayat dari Perjajian Lama yang dikutip dalam kitab para rasul:

1.       KPR 1:18-20                dari Mazmur, Daud berkata tentang Yudas
2.       KPR 2:14-21                dari kitab para nabi, Yoel menubuatkan tentang pencurahan Roh Kudus pada hari-hari terakhir
3.       KPR 2:22-36                dari Mazmur, Daud berkata tentang kebangkitan Mesias dan dimuliakan atas tahta Bapa
4.       KPR 3:19-22                dari kitab Hukum-hukum, Musa sebagai seorang nabi bernubuat tentang kedatangan Kristus
5.       KPR 3:23-25                dari kitab para nabi, Samuel dan semua nabi sesudahnya bernubuat tentang jaman sekarang ini
6.       KPR 4:23-30                Daud berbicara tentang Mesias dalam Mazmur
7.       KPR 8:30-35                dari ktab para nabi, Yesaya bernubuat bahwa Mesias akan menderita disalib
8.       KPR 13:15, 38-41       dari kitab Hukum dan para nabi, Nabi Habakuk menjelaskan pekerjaan Allah melalui Mesias
9.       KPR 10:34-43              dari kitab para nabi, semua nabi bernubuat tentang penderitaan Kristus dan kemuliaan bagi mereka yang mengikuti-NYA.
10.   KPR 17:2-3                   dari kitab para nabi dan perjanjian lama, rasul Paulus terbuka dan menyatakan bahwa Yesus dari Nazareth adalah penggenapan dari Firman. (2 Kor 3:13-16).
11.   KPR 28:23-31              dari kitab Hukum dan Nabi-nabi, Musa dan Yesaya berbicara tentang Kristus
12.   KPR 15:15-18              dari kitab para nabi, Amos bernubuat tentang Kemah Daud dan masuknya orang-orang asing (dari luar Yahudi) .

Hal apa saja yang terkait dengan pembangunan kembali Pondok Daud?

Seringkali jika kita mendengar pemulihan Pondok Daud, maka digambaran benak kita muncul bahwa hal tersebut terkait dengan pengajaran tentang pemulihan pelayanan Pujian dan Penyembahan (dalam gereja?), hal tersebut tidaklah salah, tetapi itu hanyalah merupakan bagian dari pemulihan atau pembangunan kembali Pondok Daud secara keseluruhannya.

Pujian dan penyembahan dalam Pondok Daud merupakan sesuatu yang sangat berbeda dengan pelayanan di Kemah Suci Musa, Daud menunjuk beberapa keturunan Lewi untuk menjadi penyanyi. Pelayanan para penyanyi bagi Tuhan merupakan pelayanan yang utama, para penyanyi dilatih untuk hal itu, kelompok demi kelompok, setiap kelompok mendapat porsi pelayanan yang sama, tua dan muda, guru dan murid, membuang undi mengenai tugasnya. Duabelas orang setiap kelompok, ada duapuluh empat kelompok, seluruhnya dua ratus delapan puluh delapan orang.
Selain penyanyi Daud juga memerintahkan para pemain musik yang memainkan berbagai alat musik bersama-sama para penyanyi, mereka memuji Tuhan tanpa henti secara bergantian. Jumlah para pemuji dengan memainkan peralatan musik ini mencapai  empat ribu orang.  Sungguh merupakan pelayanan yang luar biasa meriah. Sementara tidak ada peralatan musik yang pernah tercatat dimainkan dalam Tabernakel Musa. (1 Taw 15:16-27, 23:5; 25:1-7).

Kata “penyembahan” yang diterjemahkan dari “worship”, berarti “memberi penghormatan, memuja-muja, menyembah, berbakti, dan menghargai” seseorang, khususnya kepada Tuhan. Manusia diciptakan untuk menjadi penyembah Tuhan. Dari dirinya sendiri, manusia tidak mengerti bagaimana menyembah Tuhan itu, sementara dirinya ingin untuk melakukannya (Rom 3:10-18; 7:19). Karena itulah muncul berbagai cara atau ritus penyembahan manusia kepada Tuhan. Manusia tidak tahu cara penyembahan yang Tuhan inginkan. Secara umum manusia melakukan bentuk penyembahan yang sesuai dengan kecenderungan hati, selera dan mentalitasnya.

Dengan jelas Tuhan kita Yesus Kristus memberitahukan kepada kita bahwa Bapa mencari penyembah-penyembah yang menyembah-NYA “dalam roh dan dalam kebenaran” (Yoh 4:24). Dalam roh maksudnya adalah memberi keleluasaan Roh Kudus dalam membebaskan roh penyembah untuk mengasihi, menghargai, menghormati, memuja, menyembah dan berbakti kepada Tuhan. Karena itulah setiap kita perlu dilahirkan kembali, menyatu dan dipimpin oleh Roh Kudus-NYA (Yoh 3:1-5; Rom 8:9-16; 1 Kor 6:17).

Menyembah “dalam kebenaran”, berarti menyembah sesuai Firman-NYA, karena Yesus berkata “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran.” (Yoh 17:17). Melalui Firman-NYA – Alkitab, maka kita mengetahui ada banyak ekspresi penyembahan kepada Tuhan. Jadi menyembah “dalam roh dan dalam kebenaran” merupakan penyembahan yang dipimpin oleh Roh Kudus sesuai dengan Firman-NYA untuk memberi penghargaan dan hormat hanya kepada Tuhan saja. Jika tanpa Roh Kudus, maka penyembahan menjadi mati dan kosong, karena hanya terpaku dengan huruf-huruf yang mematikan. Sementara jika Firman tidak hadir disana, maka penyembahan dapat menjadi sentimentil, emosional bahkan dapat menjadi sebuah bentuk fanatisme.
bersambung…