Pondok Daud, potret
Kerajaan Allah di bumi
Kemudian Aku akan
kembali dan membangun kembali pondok Daud yang telah roboh, dan reruntuhannya
akan Kubangun kembali dan akan Kuteguhkan, supaya semua orang lain mencari
Tuhan bahkan segala bangsa yang atasnya nama-Ku disebut, demikianlah firman
Tuhan yang melakukan semuanya ini, yang telah diketahui sejak semula. KPR
15:16-18
Pada edisi sebelumnya, kita mendapatkan bahwa “ragi Farisi”
merupakan gambaran dari pengajaran atau mereka yang masih berpegang teguh
terhadap “hal-hal yang kelihatan”. Inilah yang menimbulkan perselisihan dalam
jemaat mula-mula. Masalah sunat, yang harus dikerjakan oleh setiap orang dari
luar Yahudi yang menjadi percaya oleh karena pemberitaan mereka. Perselisihan
yang timbul dari orang-orang Farisi yang menjadi percaya, terkait dengan adat
istiadat lahiriah yang diwariskan Musa ini, akhirnya terselesaikan dalam
persidangan di Yerusalem itu. Para rasul melihat bahwa ternyata Allah tidak
membeda-bedakan manusia, mujijat-mujijat dan karunia Roh-NYA memberikan
kesaksian tentang hal itu.
Pondok Daud, kemah suci yang disiapkan Daud bagi Tabut
Perjanjian sebagai tempat kehadiran Allah ditengah-tengah bangsa pilihan-NYA,
Israel (2 Sam 6:17; 1 Taw 16:1). Merupakan gambaran bagi jemaat Perjanjian Baru
sebagai bangunan rumah rohani tempat kediaman Allah. Para rasul senantiasa
melihat kembali ke Perjanjian Lama, karena darinya mereka melihat bagaimana
Kristus dinyatakan melalui nubuatan-nubuatan dan digenapi dalam jemaat-NYA,
secara khusus di dalam dan melalui kehidupan mereka. Para rasul terus menerus
membandingkan setiap kejadian dengan apa yang tertulis dalam kitab Hukum-hukum,
Mazmur juga kitab-kitab para Nabi terdahulu, semua tentang Kristus dan segala
sesuatu yang diperbuat oleh Roh Kudus di tengah-tengah mereka.
Setidaknya kita mendapatkan beberapa referensi ayat dari
Perjajian Lama yang dikutip dalam kitab para rasul:
1.
KPR 1:18-20 dari
Mazmur, Daud berkata tentang Yudas
2.
KPR 2:14-21 dari
kitab para nabi, Yoel menubuatkan tentang pencurahan Roh Kudus pada hari-hari
terakhir
3.
KPR 2:22-36 dari
Mazmur, Daud berkata tentang kebangkitan Mesias dan dimuliakan atas tahta Bapa
4.
KPR 3:19-22 dari
kitab Hukum-hukum, Musa sebagai seorang nabi bernubuat tentang kedatangan
Kristus
5.
KPR 3:23-25 dari
kitab para nabi, Samuel dan semua nabi sesudahnya bernubuat tentang jaman
sekarang ini
6.
KPR 4:23-30 Daud
berbicara tentang Mesias dalam Mazmur
7.
KPR 8:30-35 dari
ktab para nabi, Yesaya bernubuat bahwa Mesias akan menderita disalib
8.
KPR 13:15, 38-41 dari
kitab Hukum dan para nabi, Nabi Habakuk menjelaskan pekerjaan Allah melalui
Mesias
9.
KPR 10:34-43 dari
kitab para nabi, semua nabi bernubuat tentang penderitaan Kristus dan kemuliaan
bagi mereka yang mengikuti-NYA.
10.
KPR 17:2-3 dari
kitab para nabi dan perjanjian lama, rasul Paulus terbuka dan menyatakan bahwa
Yesus dari Nazareth adalah penggenapan dari Firman. (2 Kor 3:13-16).
11.
KPR 28:23-31 dari
kitab Hukum dan Nabi-nabi, Musa dan Yesaya berbicara tentang Kristus
12.
KPR 15:15-18 dari
kitab para nabi, Amos bernubuat tentang Kemah Daud dan masuknya orang-orang
asing (dari luar Yahudi) .
Hal
apa saja yang terkait dengan pembangunan kembali Pondok Daud?
Seringkali jika kita mendengar
pemulihan Pondok Daud, maka digambaran benak kita muncul bahwa hal tersebut
terkait dengan pengajaran tentang pemulihan pelayanan Pujian dan Penyembahan (dalam
gereja?), hal tersebut tidaklah salah, tetapi itu hanyalah merupakan bagian
dari pemulihan atau pembangunan kembali Pondok Daud secara keseluruhannya.
Pujian dan penyembahan dalam Pondok
Daud merupakan sesuatu yang sangat berbeda dengan pelayanan di Kemah Suci Musa,
Daud menunjuk beberapa keturunan Lewi untuk menjadi penyanyi. Pelayanan para
penyanyi bagi Tuhan merupakan pelayanan yang utama, para penyanyi dilatih untuk
hal itu, kelompok demi kelompok, setiap kelompok mendapat porsi pelayanan yang
sama, tua dan muda, guru dan murid, membuang undi mengenai tugasnya. Duabelas
orang setiap kelompok, ada duapuluh empat kelompok, seluruhnya dua ratus
delapan puluh delapan orang.
Selain penyanyi Daud juga memerintahkan
para pemain musik yang memainkan berbagai alat musik bersama-sama para penyanyi,
mereka memuji Tuhan tanpa henti secara bergantian. Jumlah para pemuji dengan
memainkan peralatan musik ini mencapai
empat ribu orang. Sungguh
merupakan pelayanan yang luar biasa meriah. Sementara tidak ada peralatan musik
yang pernah tercatat dimainkan dalam Tabernakel Musa. (1 Taw 15:16-27, 23:5;
25:1-7).
Kata “penyembahan” yang
diterjemahkan dari “worship”, berarti “memberi penghormatan, memuja-muja,
menyembah, berbakti, dan menghargai” seseorang, khususnya kepada Tuhan. Manusia
diciptakan untuk menjadi penyembah Tuhan. Dari dirinya sendiri, manusia tidak
mengerti bagaimana menyembah Tuhan itu, sementara dirinya ingin untuk
melakukannya (Rom 3:10-18; 7:19). Karena itulah muncul berbagai cara atau ritus
penyembahan manusia kepada Tuhan. Manusia tidak tahu cara penyembahan yang
Tuhan inginkan. Secara umum manusia melakukan bentuk penyembahan yang sesuai
dengan kecenderungan hati, selera dan mentalitasnya.
Dengan jelas Tuhan kita Yesus
Kristus memberitahukan kepada kita bahwa Bapa mencari penyembah-penyembah yang
menyembah-NYA “dalam roh dan dalam kebenaran” (Yoh 4:24). Dalam roh maksudnya
adalah memberi keleluasaan Roh Kudus dalam membebaskan roh penyembah untuk
mengasihi, menghargai, menghormati, memuja, menyembah dan berbakti kepada
Tuhan. Karena itulah setiap kita perlu dilahirkan kembali, menyatu dan dipimpin
oleh Roh Kudus-NYA (Yoh 3:1-5; Rom 8:9-16; 1 Kor 6:17).
Menyembah “dalam kebenaran”, berarti
menyembah sesuai Firman-NYA, karena Yesus berkata “Kuduskanlah mereka dalam
kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran.” (Yoh 17:17). Melalui Firman-NYA –
Alkitab, maka kita mengetahui ada banyak ekspresi penyembahan kepada Tuhan.
Jadi menyembah “dalam roh dan dalam kebenaran” merupakan penyembahan yang
dipimpin oleh Roh Kudus sesuai dengan Firman-NYA untuk memberi penghargaan dan
hormat hanya kepada Tuhan saja. Jika tanpa Roh Kudus, maka penyembahan menjadi
mati dan kosong, karena hanya terpaku dengan huruf-huruf yang mematikan.
Sementara jika Firman tidak hadir disana, maka penyembahan dapat menjadi
sentimentil, emosional bahkan dapat menjadi sebuah bentuk fanatisme.
bersambung…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar