Rabu, 31 Agustus 2016

Berbahagia karena (meneliti) kebenaran

Berbahagia karena (meneliti) kebenaran

Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. (Mazmur 1:1-2).  

Pemazmur menulis di awal kitabnya dengan “Berbahagialah”, sungguh kata pembuka yang luar biasa. Dalam Alkitab terjemahan bahasa Inggris, kata yang dipakai adalah “blessed” dalam bentuk past tense yang selayaknya diterjemahkan sebagai “diberkatilah”, kata ini jauh lebih dalam artinya dibanding “berbahagia” sebab didalamnya terkandung maksud adanya sumber yang menjadi pemberi berkat bagi orang yang dimaksud. Apa yang diterima itulah yang menjadikannya berbahagia atau bersukacita, dipandang sebagai keberuntungan juga kekayaan yang dapat membangkitkan iri hati bagi orang lain melihatnya.

Seperti yang kita ketahui melalui Alkitab, manusia telah masuk kedalam ketakutan, kesedihan, kesulitan, kesakitan bahkan kematian ketika jatuh kedalam dosa, mereka diusir sehingga jauh dari Allah. Kehancuran keluarga terjadi bahkan kenajisan manusia semakin menyedihkan hati Allah. Karena kasih-Nya Allah telah berjanji untuk tidak memusnahkan segala yang hidup di bumi dengan air bah lagi. Tetapi Ham, anak Nuh yang juga diluputkan dari air bah ternyata masih mendatangkan kutuk. Manusia semakin bertambah banyak, mereka kemudian membangun menara untuk mencari nama supaya tidak tercerai berai. Hal ini dipandang jahat dimata Allah, mereka dikacaukan bahasanya dan terserak keseluruh bumi. Inilah manusia, segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata. Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang pun yang mencari Allah. (Kejadian 3:10-24; 4:8; 6:4-6; 9:11, 24-25; 11:4; Roma 3:10-11)

Tetapi sekalipun demikian Allah tetap mengasihi manusia dengan cara mengutus nabi-nabi-Nya agar manusia dapat mengenal kehendak-Nya, namun manusia terus memberontak terhadap Allah. Kitab Ulangan pasal 28 merupakan ketetapan Allah agar manusia mengalami hidup yang penuh dengan kebahagiaan, keberuntungan dan kekayaan yang disediakan-Nya atau justru kehancuran. Ayat 1 dan 15 dalam pasal 28 tersebut merupakan kuncinya, karena ketidaktaatan akan kehendak Allah maka manusia jatuh kedalam kesengsaraan hingga kematian. Allah tidak berubah, Ia senantiasa berkeinginan untuk memberkati manusia sebagaimana telah dirancang dan difirmankan-Nya (Kejadian 1:26-31). Persyaratannyapun tidak diubah, yaitu supaya manusia menuruti kehendak-Nya. Kasih-Nya yang sangat besar diwujudkan dengan cara “Firman yang menjadi manusia”, Yesus Kristus memberikan teladan bahwa manusia mampu hidup dalam ketaatan sempurna pada kehendak Allah, Bapa-Nya (Yohanes 1:14; Filipi 2:8; Ibrani 5:8).

“Belajarlah pada-Ku”, demikian kata Yesus. Kalimat perkataan-Nya itu ditulis “learn of Me”, demikian dalam bahasa Inggris (Matius 11:29, KJV). Perlu kita tahu bahwa terjemahan versi King James ini diakui sebagai terjemahan yang paling sesuai/dekat dengan bahasa aslinya (Yunani). Kata “of” dalam definisi Thayer dapat diartikan sebagai “of origin of a cause”, ini berarti kita harus belajar pada kehidupan Yesus sebagai sumber asli dari pengajaran itu. Ini berarti melekat dan hidup bersama Firman Tuhan menjadi keharusan terus menerus dalam kesukaan, perenungan dan tindakan kita (Mazmur 1:2). “Jadikanlah semua bangsa murid-Ku”, menjadi murid Yesus Kristus berarti mempelajari kehidupan dan hidup bersama-Nya (firman-Nya), mendengar suara-Nya, dipimpin oleh Roh Kudus-Nya, hingga semakin memiliki perasaan dan pikiran seperti yang ada dalam Kristus Yesus untuk melakukan kehendak-Nya. Inilah yang menjadi tujuan kelima jawatan rohani dalam jemaat agar bertumbuh kearah kedewasaan Kristus, hidup yang menghasilkan buah. (Matius 28:19; Yohanes 15:4-8; Roma 8:14; Efesus 4:23; Filipi 2:5; Yakobus 2:22; Efesus 4:11-15).

Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus. Ibrani 2:1

Karena “itu”, menunjuk pada ayat sebelumnya, dimana tertulis tentang roh-roh yang melayani, yang diutus untuk melayani mereka yang harus memperoleh keselamatan (Ibrani 1:14). Dalam terjemahan KJV ditulis sebagai “ministering spirits”, kata ministering  tersebut berasal dari kata Yunani λειτουργικόςleitourgikos (G3010), yang dimaksudkan disini terkait dengan “the performance of service” – liturgy atau biasa dikenal sebagai tata ibadah dalam pelayanan jemaat. Kata “spirits” ditulis dalam bentuk jamak, menunjuk pada jawatan roh atau karunia-karunia roh yang dianugerahkan bagi jemaat dalam setiap bagian tubuh Kristus sesuai kehendak-Nya, berlainan namun untuk saling melengkapi pekerjaan pelayanan seperti bernubuat, melayani, mengajar, menasehati, memberi pimpinan dan berbagi hidup dalam kemurahan (Roma 12:4-8).

Rasul Yohanes dalam suratnya yang pertama mengingatkan kita agar tidak percaya akan setiap roh, tetapi menguji setiap roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia (1 Yohanes 4:1). Inilah yang dimaksud oleh rasul Paulus sebagai “iblis yang menyamar sebagai malaikat terang” (2 Korintus 11:14). Mereka melayani dan mengajar dengan maksud untuk kepentingan diri maupun kelompok mereka sendiri, pemazmur menyebutnya sebagai “the ungodly”. Inilah orang-orang yang menyelewengkan atau memutarbalikkan kebenaran firman Allah karena pada dasarnya mereka sendiri tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya (2 Petrus 3:16). Mereka seolah penuh hikmat, sementara yang diajarkannya adalah tata cara atau perintah manusia (Markus 7:7; Roma 1:22; Kolose 2:22-23). Hati mereka telah dibutakan oleh keinginan daging sehingga sekalipun memuliakan Tuhan dengan bibirnya, mereka berlaku fasik karena hatinya jauh dari Tuhan (Matius 15:8).

Rasul Paulus mengingatkan Timotius bahwa akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng, μῦθος – muthos (G3454) “myths and man-made fictions” (2 Timotius 4:3-4, AB). Karena itu agar tidak terbawa arus, kita harus memberi perhatian lebih dan berusaha untuk mengerti dengan jelas terhadap apa yang dikehendaki oleh Tuhan (Efesus 5:17). “The ungodly” atau guru-guru palsu ini dapat dikenal dari buah pelayanannya, karena Yesus dengan jelas memberi petunjuk bahwa “siapa yang tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan”. Inilah orang-orang yang menimbulkan perpecahan jemaat (Matius 12:30; 1 Korintus 1:12-13; 3:3-4). Perhatikan dengan seksama “the performance of service” mereka, apakah mereka semakin menjadi “pelayan” seperti yang dikehendaki Tuhan (Yakobus 1:18), atau sebaliknya “mendirikan tahta mengatasi bintang-bintang Allah” hendak menyamakan dirinya dengan Yang Mahatinggi (Yesaya 14:13-14)?