Salib milik-ku (Ku)
Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap
karunia surgawi dan pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, dan yang mengecap
firman yang baik dari Allah dan kuasa-kuasa dunia yang akan datang, namun
murtad lagi, tidak mungkin dibarui sekali lagi supaya bertobat, sebab mereka
menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di depan umum.
Ibrani 6:4-6
Jawab Yesus "Aku hendak kembali ke Roma untuk disalibkan
kembali" (Eo Romam iterum
crucifigi).
Membaca kitab Ibrani, maka kita mendapatkan bahwa
sang penulis kitab ini tidak memakai salam pembuka, atau memperkenalkan dirinya
seperti penulis kitab lainnya. Tetapi penulis kitab ini langsung menulis
pokok-pokok permasalahan yang penting, khususnya untuk menunjukkan keutamaan
Kristus yang mutlak lebih tinggi dari para nabi yang terdahulu. Membaca tulisannya, kita mendapati sang
penulis membandingkan bagaimana Allah berbicara pada manusia di masa lalu
melalui para nabi dengan berbagai cara,
melalui api di semak belukar ketika berbicara pada Musa, melalui mimpi ketika
berbicara pada Yusuf dan Daniel, melalui angin sepoi-sepoi ketika berbicara
pada Elia dan masih banyak lagi cara Allah yang dapat kita temui dalam
Perjanjian Lama. Allah menyampaikan kehendak-Nya pada suatu waktu sesuai dengan
kebutuhan penyelamatan umat-Nya. Dalam kitab Ibrani ini sang penulis dengan
jelas tegas menyatakan bahwa Yesus Kristus mutlak lebih utama, karena Ia adalah
cahaya kemuliaan Allah dan gambar keberadaan Allah yang sesungguhnya. Jauh lebih
tinggi daripada malaikat-malaikat, nama yang dikaruniakan kepada-Nya jauh lebih
istimewa daripada nama mereka. (Ibrani 1:1-14).
Kitab Ibrani ini menyikapi keragu-raguan, penyimpangan dan
kemurtadan yang terjadi sehubungan
dengan permasalahan iman, menegaskan bahwa karya penebusan oleh darah
Yesus Kristus adalah penebusan final dan satu-satunya yang berkenan kepada
Allah. Bahkan penulis mengutip perkataan nabi Yesaya yang oleh Roh Kudus
menyatakan tentang perjanjian Allah terhadap umat-Nya (Ibrani 10:1-18; Yeremia
31:33-34). Hal ini dimaksudkan supaya jemaat menjadi teliti terhadap setiap
pengajaran yang ada sehingga tidak mudah hanyut dibawa arus (Ibrani 2:1). Tentu
saja rasul Petrus langsung mengerti tentang perkataan Yesus Kristus terkait “penyaliban kembali”, perkataan itu
pastilah mengingatkannya akan penyangkalan dirinya di halaman mahkamah agama sebelum
penyaliban Yesus (Matius 26:69-75). Rasul Petrus akhirnya disalib dengan kepala
di bawah (hurdisalib), karena Ia merasa tidak layak untuk mati dan disalib
seperti Tuhan Yesus. Itulah salib bagi rasul Petrus, lalu bagaimana dengan bagian
kita?
Kata-Nya kepada mereka semua, "Setiap orang yang mau mengikut
(will come after – KJV) Aku harus
menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut (follow) Aku. Lukas 9:23
Memikul salib adalah tanggung jawab yang harus kita lakukan
dalam hal mengerjakan kehendak Bapa, itulah yang telah Yesus Kristus lakukan
sebagai kesempurnaan seluruh pelayanan-Nya. Yesus dalam keadaan-Nya sebagai manusia telah
dicobai sama seperti kita, menderita karena pencobaan itu (2:18), tetapi Ia
tidak berbuat dosa (4:15). Sebagai Imam Besar yang tak berdosa telah
mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai kurban keselamatan (7:26-27; 9:12-15),
satu kurban yang sempurna (10:14).
Sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar taat dari apa yang telah
diderita-Nya. Ibrani 5:8
Raja Daud, sebagai pemazmur yang diurapi Tuhan, ia telah
menulis hal senada dalam mazmurnya yang menjadi pasal terpanjang dalam Alkitab sebagai
berikut:
Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar
ketetapan-ketetapan-Mu. Mazmur 119:71
Untuk dapat memikul salib, maka “menyangkal diri” merupakan
tahapan yang harus kita kerjakan lebih dahulu. Tanpa penyangkalan diri maka
kita tidak dapat memiliki kemampuan untuk memikul tanggung jawab itu. Salib merupakan
gambaran dari penderitaan dan penindasan yang kita alami setiap hari, adalah
bagian terpenting dalam pembelajaran kita. Melaluinya ketaatan kita teruji
dalam mengikut Yesus Kristus untuk melakukan ketetapan-ketetapan Allah.
Mengikut Yesus berarti mengerjakan segala sesuatu seperti yang Ia lakukan,
dalam hal ini adalah kasih, sebagaimana Yesus telah mengasihi kita demikian
pula kita wajib mengasihi sesama manusia. Inilah perintah baru yang harus kita
kerjakan,
yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi
kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.Yohanes 13:34; 15:12
Dengan inilah kita mengenal kasih itu: Kristus telah menyerahkan
hidup-Nya untuk kita. Kita pun wajib menyerahkan hidup kita untuk
saudara-saudara kita. 1 Yohanes 3:16 (PB 2004 WBTC)
Siapa saja yang melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku
berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Siapa saja yang melayani Aku, ia
akan dihormati Bapa. Yohanes 12:26
Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, semuanya berasal
dari Satu; itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara, kata-Nya,
"Aku akan memberitakan nama-Mu kepada saudara-saudara-Ku, dan memuji-muji
Engkau di tengah-tengah jemaat," Ibrani 2:11-12
Jika Yesus Kristus menyebut kita sebagai
saudara-saudara-Nya, maka kita yang telah mengenal kasih Kristus karena
menerima-Nya dan mendapatkan kehidupan yang baru bersama-Nya, haruslah memikul
tanggung jawab kita untuk melayani dan membawa saudara-saudara (sesama manusia)
kepada hidup. Allah menghendaki semua orang berbalik dan bertobat (2 Petrus
3:9). Karena kasih-Nya akan dunia ini (Yohanes 3:16), Allah telah menyerahkan
Yesus sebagai tebusan bagi semua manusia (1 Timotius 2:5-6), untuk inilah Injil
Kerajaan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa (Matius
24:14).
Inilah yang diusahakan rasul Paulus dalam pelayanannya,
Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat
mungkin menyelamatkan beberapa orang dari antara mereka. KPR 9:19-22
Tetapi justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai
orang yang paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya.
Dengan demikian, aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada-Nya
dan mendapat hidup yang kekal. 1 Timotius 1:16
Kesadaran
akan kasih Kristus dan komitmen kepada setiap ketetapan Allah yang dihasilkan
oleh kasih melalui kurban Yesus Kristus dalam kehidupan baru itulah yang
memampukan rasul Paulus sebagai pelayan atau hamba memikul salibnya setiap
hari. Jika kasih Kristus tinggal menyertai kehidupan kita, tentu kita juga dimampukan
untuk mengasihi mereka yang masih hidup dalam dosa dan jauh dari kemuliaan
Allah. Kehidupan dalam kasih Kristus itulah yang akan mendorong kita untuk
tidak mencari kenyamanan, kehormatan dan kepentingan diri sendiri. Melalui
kasih Kristus, kita semua diberi keteladanan dalam menyangkal diri juga untuk
dapat menjadi teladan bagi orang lain.
Kristus sendiri sama seperti Allah dalam segala hal. Kristus adalah
sama dengan Allah. Namun Kristus tidak memikirkan untuk mempertahankan
kesamaan-Nya dengan Allah. Filipi 2:6 (PB 2004 WBTC).
Jika Yesus Kristus Tuhan kita telah menyangkal diri
sedemikian rupa sekalipun Ia sendiri adalah sama dengan Allah. Maka sudah
sewajarnya jika kita ingin mengikuti-Nya, untuk berjalan seiring sejalan
dengan-Nya kemanapun Ia pergi dalam mengerjakan kehendak Bapa-Nya, haruslah
kita menanggalkan segala kesombongan diri. Senantiasa bersyukur, memuji dan
memberi hormat kepada-Nya untuk salib yang dipercayakan bagi kita, yaitu
jiwa-jiwa yang membutuhkan kehidupan – berita Injil, bagi kemuliaan-Nya.
Haleluya.
Sesungguhnya kami adalah orang-orang
berhutang,
Namun Tuan telah membayarnya lunas,
Tuan mempercayai dan mengutus kami,
Sudah seharusnya kami pergi,
Mengerjakan segala yang Tuan kehendaki. Kesiman Rejosari Jatirejo Mojokerto, 26 Agustus 2000