Berbahagia karena (meneliti)
kebenaran
Berbahagialah orang yang tidak
berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang
berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya
ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. (Mazmur
1:1-2).
Pemazmur menulis di awal kitabnya dengan “Berbahagialah”,
sungguh kata pembuka yang luar biasa. Dalam Alkitab terjemahan bahasa Inggris,
kata yang dipakai adalah “blessed” dalam bentuk past tense yang selayaknya diterjemahkan sebagai “diberkatilah”,
kata ini jauh lebih dalam artinya dibanding “berbahagia” sebab didalamnya
terkandung maksud adanya sumber yang menjadi pemberi berkat bagi orang yang
dimaksud. Apa yang diterima itulah yang menjadikannya berbahagia atau
bersukacita, dipandang sebagai keberuntungan juga kekayaan yang dapat membangkitkan
iri hati bagi orang lain melihatnya.
Seperti yang kita ketahui melalui Alkitab, manusia telah masuk
kedalam ketakutan, kesedihan, kesulitan, kesakitan bahkan kematian ketika jatuh
kedalam dosa, mereka diusir sehingga jauh dari Allah. Kehancuran keluarga
terjadi bahkan kenajisan manusia semakin menyedihkan hati Allah. Karena
kasih-Nya Allah telah berjanji untuk tidak memusnahkan segala yang hidup di
bumi dengan air bah lagi. Tetapi Ham, anak Nuh yang juga diluputkan dari air
bah ternyata masih mendatangkan kutuk. Manusia semakin bertambah banyak, mereka
kemudian membangun menara untuk mencari nama supaya tidak tercerai berai. Hal
ini dipandang jahat dimata Allah, mereka dikacaukan bahasanya dan terserak
keseluruh bumi. Inilah manusia, segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan
kejahatan semata-mata. Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. Tidak ada
seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang pun yang mencari Allah.
(Kejadian 3:10-24; 4:8; 6:4-6; 9:11, 24-25; 11:4; Roma 3:10-11)
Tetapi sekalipun demikian Allah tetap mengasihi manusia
dengan cara mengutus nabi-nabi-Nya agar manusia dapat mengenal kehendak-Nya,
namun manusia terus memberontak terhadap Allah. Kitab Ulangan pasal 28 merupakan
ketetapan Allah agar manusia mengalami hidup yang penuh dengan kebahagiaan,
keberuntungan dan kekayaan yang disediakan-Nya atau justru kehancuran. Ayat 1
dan 15 dalam pasal 28 tersebut merupakan kuncinya, karena ketidaktaatan akan
kehendak Allah maka manusia jatuh kedalam kesengsaraan hingga kematian. Allah tidak
berubah, Ia senantiasa berkeinginan untuk memberkati manusia sebagaimana telah
dirancang dan difirmankan-Nya (Kejadian 1:26-31). Persyaratannyapun tidak diubah,
yaitu supaya manusia menuruti kehendak-Nya. Kasih-Nya yang sangat besar
diwujudkan dengan cara “Firman yang menjadi manusia”, Yesus Kristus memberikan
teladan bahwa manusia mampu hidup dalam ketaatan sempurna pada kehendak Allah,
Bapa-Nya (Yohanes 1:14; Filipi 2:8; Ibrani 5:8).
“Belajarlah pada-Ku”, demikian kata Yesus. Kalimat
perkataan-Nya itu ditulis “learn of Me”,
demikian dalam bahasa Inggris (Matius 11:29, KJV). Perlu kita tahu bahwa
terjemahan versi King James ini diakui sebagai terjemahan yang paling
sesuai/dekat dengan bahasa aslinya (Yunani). Kata “of” dalam definisi Thayer
dapat diartikan sebagai “of origin of a
cause”, ini berarti kita harus belajar pada kehidupan Yesus sebagai sumber
asli dari pengajaran itu. Ini berarti melekat dan hidup bersama Firman Tuhan menjadi
keharusan terus menerus dalam kesukaan, perenungan dan tindakan kita (Mazmur
1:2). “Jadikanlah semua bangsa murid-Ku”, menjadi murid Yesus Kristus berarti mempelajari kehidupan dan hidup bersama-Nya
(firman-Nya), mendengar suara-Nya, dipimpin oleh Roh Kudus-Nya, hingga semakin memiliki
perasaan dan pikiran seperti yang ada dalam Kristus Yesus untuk melakukan
kehendak-Nya. Inilah yang menjadi tujuan kelima jawatan rohani dalam jemaat
agar bertumbuh kearah kedewasaan Kristus, hidup yang menghasilkan buah. (Matius
28:19; Yohanes 15:4-8; Roma 8:14; Efesus 4:23; Filipi 2:5; Yakobus 2:22; Efesus
4:11-15).
Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita
dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus. Ibrani 2:1
Karena “itu”,
menunjuk pada ayat sebelumnya, dimana tertulis tentang roh-roh yang melayani, yang diutus untuk melayani mereka yang harus
memperoleh keselamatan (Ibrani 1:14). Dalam terjemahan KJV ditulis sebagai “ministering spirits”, kata ministering tersebut berasal dari kata Yunani λειτουργικός – leitourgikos
(G3010), yang dimaksudkan disini terkait dengan “the performance of service” – liturgy atau biasa dikenal sebagai tata
ibadah dalam pelayanan jemaat. Kata “spirits”
ditulis dalam bentuk jamak, menunjuk pada jawatan roh atau karunia-karunia roh yang
dianugerahkan bagi jemaat dalam setiap bagian tubuh Kristus sesuai kehendak-Nya,
berlainan namun untuk saling melengkapi pekerjaan pelayanan seperti bernubuat,
melayani, mengajar, menasehati, memberi pimpinan dan berbagi hidup dalam
kemurahan (Roma 12:4-8).
Rasul
Yohanes dalam suratnya yang pertama mengingatkan kita agar tidak percaya akan
setiap roh, tetapi menguji setiap roh-roh itu, apakah mereka berasal dari
Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh
dunia (1 Yohanes 4:1). Inilah yang dimaksud oleh rasul Paulus sebagai “iblis
yang menyamar sebagai malaikat terang” (2 Korintus 11:14). Mereka melayani dan
mengajar dengan maksud untuk kepentingan diri maupun kelompok mereka sendiri,
pemazmur menyebutnya sebagai “the ungodly”.
Inilah orang-orang yang menyelewengkan atau memutarbalikkan kebenaran firman
Allah karena pada dasarnya mereka sendiri tidak memahaminya dan yang tidak
teguh imannya (2 Petrus 3:16). Mereka seolah penuh hikmat, sementara yang
diajarkannya adalah tata cara atau perintah manusia (Markus 7:7; Roma 1:22;
Kolose 2:22-23). Hati mereka telah dibutakan oleh keinginan daging sehingga
sekalipun memuliakan Tuhan dengan bibirnya, mereka berlaku fasik karena hatinya
jauh dari Tuhan (Matius 15:8).
Rasul Paulus mengingatkan Timotius bahwa akan datang
waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan
mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan
telinganya. Memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng, μῦθος – muthos (G3454) “myths and man-made
fictions” (2 Timotius 4:3-4, AB). Karena itu agar tidak terbawa arus, kita
harus memberi perhatian lebih dan berusaha untuk mengerti dengan jelas terhadap
apa yang dikehendaki oleh Tuhan (Efesus 5:17). “The ungodly” atau guru-guru palsu ini dapat dikenal dari buah
pelayanannya, karena Yesus dengan jelas memberi petunjuk bahwa “siapa yang
tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia
mencerai-beraikan”. Inilah orang-orang yang menimbulkan perpecahan jemaat (Matius
12:30; 1 Korintus 1:12-13; 3:3-4). Perhatikan dengan seksama “the performance of service” mereka,
apakah mereka semakin menjadi “pelayan”
seperti yang dikehendaki Tuhan (Yakobus 1:18), atau sebaliknya “mendirikan tahta mengatasi bintang-bintang
Allah” hendak menyamakan dirinya dengan Yang Mahatinggi (Yesaya 14:13-14)?