Berbahagia karena bertekun
Banyak kegagalan terjadi justru ketika keberhasilan tinggal
beberapa langkah lagi. Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Kegagalan tersebut
terjadi karena perasaan yang keliru dimana seolah Tuhan tidak lagi peduli
dengan permasalahan yang terjadi, begitu juga terhadap apa yang sedang kita
kerjakan, seolah permasalahan tak kunjung selesai bahkan semakin bertambah
rumit. Pekerjaan yang kita kerjakan hasilnya juga tidak sesuai dengan harapan.
Tuhan tentu saja berkeinginan untuk melihat kegirangan
anak-anak-Nya dalam keberhasilan yang mereka kerjakan. Tuhan dalam rencana-Nya
yang tidak pernah gagal atas umat-Nya itu ikut senang dan bersukacita melihat
kegirangan anak-anak-Nya. Mengapa demkian? Karena Ia turut bekerja dalam segala
hal untuk kebaikan kita, dan Ia bersukacita atas segala yang dilakukan-Nya
(Ayub 42:2; Roma 8:28; Mazmur 104:31). Yesus menangis ketika datang di Betania
ketika Lazarus mati itu bukan karena kematian yang terjadi atau belas kasihan
kepada Maria dan Marta. Yesus menangis karena mereka yang sangat dekat
dengan-Nya justru gagal mengenal-Nya bahkan seolah lebih tahu akan kehendak
Allah tentang kematian, dan tidak
mempercayai-Nya lagi (Yohanes 11:1-45). Orang-orang yang hadir dalam peristiwa
itu menilai tangisan Yesus adalah wujud kasih-Nya pada Lazarus. Peristiwa itu
sengaja dilakukan-Nya supaya semua murid-murid-Nya "belajar percaya"
(ayat 6 dan 15). Seharusnya orang yang
dekat dan mengenal, tahu persis tentang keberadaan, pemikiran, bahkan bahasa
tubuh dari orang yang dekat dan dikenalnya. Murid-murid, Marta dan Maria
seharusnya mengenal dan mengerti maksud perkataan Yesus terhadap kematian
Lazarus. Namun sungguh menyedihkan, mereka gagal mengerti akan perkataan-Nya.
Pengenalan yang benar pastilah menghasilkan pengertian
terhadap apa maupun siapa yang dikenalnya. Pergaulan yang intens juga pekerjaan
yang terus menerus dikerjakan pasti akan menghasilkan pengenalan yang mendalam,
dan menjadikan seseorang tahu dengan tepat terhadap kualitas barang bahkan
pemikiran seseorang tanpa harus mendengarkan penjelasan darinya. Nalurinya
telah terlatih dengan baik terhadap apa atau siapa yang dikenalnya. Tentu saja
pengenalan yang mendalam butuh waktu cukup panjang. Itulah sebabnya pemazmur
menuliskan sepanjang "siang dan malam" kita perlu merenungkan Taurat
- firman Tuhan. Berdoa dengan "tidak putus" untuk mengerti
kehendak-Nya (Mazmur 1:3; Efesus 6:18). Jika seseorang telah bergaul karib
dengan Tuhan, maka secara otomatis dirinya mengenal kehendak-Nya, dan mampu
hidup berkenan dihadapan-Nya. Terlebih lagi jika ia setia dalam melakukan
kehendak-Nya, maka ia akan mengalami "akibat langsung" dari janji
Tuhan terkait dengan apa yang dilakukannya.
Tentu saja hal ini akan menjadikan dirinya semakin mengenal dan yakin
akan Tuhan. Bahkan akan "ketagihan" untuk melakukan dan mengalaminya
lebih dan lebih lagi. Imannya akan semakin besar seperti bola salju yang
menggelinding.
Ketekunan berarti mengerjakan sesuatu hingga selesai,
didalam kata ini terkandung maksud "setia" dan "disiplin".
Setia yang dimaksudkan disini adalah hubungan yang tidak terputus, sementara
disiplin menunjuk pada tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam hubungan
timbal balik antara pekerja dan pekerjaannya.
Dalam ketekunan ada usaha yang dikerjakan dengan keinginan yang kuat
agar apa yang dikerjakan dapat terselesaikan. Ukuran yang dipakai bukanlah
kecepatan menyelesaikannya, tetapi pada hasil akhir yang sesuai dengan rencana.
Ketekunan memandang kesalahan dan kegagalan proses sebagai alat untuk
memperbaiki dan menghasilkan. Thomas A Edison adalah penemu dan pemilik ribuan
hak paten, karyanya yang menakjubkan adalah lampu pijar. Dalam berproses hingga
berhasil, ia telah berkali-kali mengalami kegagalan, tetapi ia berkata:
I have not
failed. I've just found 10,000 ways that won't work.
Opportunity is
missed by most people because it is dressed in overalls and looks like work.
Genius is one
percent inspiration and ninety-nine percent perspiration.
Ia tidak melihat kegagalan pekerjaannya, tetapi melihat cara
mengerjakannya, sehingga ia terus memperbaikinya hingga berhasil. Juga ia tidak
melihat ide cemerlangnya, tetapi kerja keras untuk mewujudkannya.
Seseorang dapat saja merasa mendapatkan sesuatu ketika
membaca alkitab atau mendengar kotbah pengajaran, ia sangat antusias dan
gembira menerima kebenaran, tetapi hal itu terkadang tidak berlangsung lama. Pengertian
dan sukacitanya hilang begitu saja seperti uap tertiup angina. Mengapa hal
tersebut terjadi? Hal tersebut terjadi karena ia kurang bertekun untuk
mengerjakan kebenaran yang diterimanya. Ketika tekanan duniawi membuatnya gagal
untuk melakukannya, dianggapnya bahwa kebenaran yang diterimanya itu merupakan
hal yang sulit untuk dilakukan, bukan bagian yang menjadi "kasih
karunia" untuknya dan banyak alasan rohani lainnya. Ironis, sebab seluruh
kebenaran Alkitab ditujukan bagi setiap orang percaya. Hanya saja kadar atau
bobot pekerjaan yang harus dilakukannya berbeda satu sama lain. Penginjilan,
pemuridan dan berbagai bentuk pelayanan dalam pembangunan Tubuh Kristus adalah
hidup dari tiap-tiap bagiannya (Efesus 4:18). Dengan demikian pertumbuhannya
menjadi tanggung jawab secara bersama dalam ikatan kasih yang mempersatukan
(Hosea 11:4; Kolose 3:14). Jika Kristus telah menarik kita dengan kasih-Nya
yang tak berkesudahan, maka kitapun wajib menarik orang lain dengan kasih untuk
mengenal-Nya.
Sebagai orang yang melayani, terkadang timbul kejengkelan, kebosanan
bahkan keputusasaan dalam membimbing seseorang. Karena orang yang kita layani
tersebut tak kunjung mengalami perubahan, sangat lambat dalam meresponi
kebenaran. Bahkan mungkin orang tersebut jatuh bangun dalam dosa yang sama,
sementara kebenaran firman Tuhan sudah sering kita sampaikan kepadanya. Jika
kita melayani dengan benar, maka orientasi pelayanan kita tidak lagi tergantung
dengan “hasil” perubahan yang terjadi dalam diri “pasien” yang kita layani. Kita harus
memandang bahwa ia sedang dipakai oleh Tuhan untuk membentuk karakter kita
sebagai pelayan, untuk mencapai kualitas seperti yang dikehendaki Tuhan, yaitu
membawa pertumbuhan karakter Kristus dalam kehidupan kita. Itulah sebabnya kita
perlu bertekun dalam melayani, seperti Yesus Kristus yang terus melayani kita (Ibrani
7:25; 12:2; 1 Yohanes 2:6). Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat (Matius 24:13). Kata
“bertahan” disini berasal dari kata Yunani ὑπομένω – hupomeno
(G5278) “endures”, kata yang sama dipakai dalam
Ibrani 12:2, diterjemahkan sebagai “tekun”. Ketekunan menghasilkan kedewasaan karakter, dimana iman dan
integritas seseorang menjadi teruji melalui segala kesulitan yang dialami (Roma
5:4, Amplified). Karena itu kita perlu bertekun dalam “kesengsaraan” pelayanan
yang dipercayakan Tuhan, sebab ada tertulis “Berbahagialah
hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang” (Matius 24:46; Lukas 12:43).