Sabtu, 31 Maret 2018

Antikristus


Antikristus

Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir. 1 Yohanes 2:18

Terkait dengan pengajaran tentang kedatangan Yesus Kristus, topik yang satu ini tentu sudah tidak asing lagi bagi kebanyakan telinga orang Kristen. Menjelang kedatangan-Nya “seorang” antikristus akan datang. Penulisan kata “seorang” dalam terjemahan Kitab Kudus Ende 1970 di atas tidak dicantumkan, demikian juga dalam terjemahan KJV. Tetapi dalam terjemahan NKJV ditambahkan “the”, sebuah kata sandang yang menunjuk pada sesuatu yang “tertentu”. Dalam hal ini bisa saja kita hubungkan sebagai “naga” antikristus yang dimaksudkan dalam kitab Wahyu yang akan memerangi mereka yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian Yesus (Wahyu 11:17).
Yohanes menuliskan bahwa “sekarang” telah bangkit banyak antikristus. Dari beberapa terjemahan, menuliskannya sebagai “already”, hal ini menunjukkan bahwa pada waktu penulisannya antikristus telah ada sejak waktu Yohanes hidup. Jika demikian maka kita perlu mengerti apa dan siapa yang dimaksud dengan “antikristus” itu?

Kata “anti” dapat diartikan sebagai musuh (terjemahan BIS, 1985 dan Today Malay Version, 1996), penentang (terjemahan Kitab Suci Injil, 2000), yang melawan (terjemahan FAYH). Sehingga dapat kita pastikan bahwa antikristus adalah sesuatu yang menjadi musuh yang menentang atau melawan Kristus. Musuh, penentang yang melawan Kristus ini tentu saja bukan hanya seorang, organisasi, sebuah negara atau penguasa dunia ini saja, tetapi juga mencakup konsep, pemikiran maupun segala sesuatu yang menentang ajaran pengenalan akan Allah di dalam Kristus (2 Korintus 10:4-5). Sebab di mata Yesus Kristus, segala yang di luar pemikiran Allah adalah musuh-Nya.

"Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." Matius 16:23

Penawaran awal dari iblis kepada manusia ialah bahwa dirinya akan menjadi sama dengan Allah jika memakan buah yang dilarang-Nya (Kejadian 3:4-5). Setelah melihat, Hawa mengingininya karena buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian (ayat 6). Suratan Yakobus menjelaskan bahwa keinginan hati manusia itulah yang menyeret dan memikat, sebuah jerat yang membawa manusia melakukan segala sesuatu yang diinginkannya (Yakobus 1:14). Keinginan untuk menjadi sama seperti Allah –  bebas melakukan apa saja yang diingini – itulah yang menyeret manusia untuk memakan buah pengetahuan itu. Manusia tidak lagi bersedia untuk diperintah oleh Allah, tetapi ingin menggantikan kedudukan Allah untuk berkuasa dan mengatur dirinya sendiri. Walaupun keinginannya untuk melakukan hukum-hukum Allah ada, tetapi tabiat dosa menyeret manusia untuk melakukan apa yang jahat di mata Tuhan (Roma 7:15-24).

The gospel of Satan is not a system of revolutionary principles, nor yet a program of anarchy. It does not promote strife and war, but aims at peace and unity. It seeks not to set the mother against her daughter nor the father against his son, but fosters the fraternal spirit whereby the human race is regarded as one great "brotherhood". It does not seek to drag down the natural man, but to improve and uplift him. It advocates education and cultivation and appeals to "the best that is within us". It aims to make this world such a congenial and comfortable habitat that Christos absence from it will not be felt and God will not be needed. It endeavors to occupy man so much with this world that he has no time or inclination to think of the world to come. It propagates the principles of self-sacrifice, charity and benevolence, and teaches us to live for the good of others, and to be kind to all. It appeals strongly to the carnal mind and is popular with the masses.... by Arthur W Pink, Appendix: Gospel of Satan http://www.gospel-of-satan.com/

Inilah yang dimaksud oleh rasul Paulus di Galatia 1:6-7 sebagai injil lain yang memutarbalikkan Injil Kristus. Injil setan ini bukanlah sistem prinsip-prinsip revolusioner, juga bukan program anarkis. Tidak mendorong perselisihan dan perang, tetapi bertujuan untuk perdamaian dan persatuan. Berusaha meningkatkan persaudaraan dan mengangkat derajat kemanusiaan, mendukung pendidikan dan menarik bagi “yang terbaik yang ada di dalam diri kita”. Mengajar kita untuk hidup demi kebaikan orang lain, berkorban dan berbaik hati pada semua orang. Membuat dunia yang sekarang ini menjadi tempat yang nyaman dan damai untuk dihuni sehingga orang tidak lagi membutuhkan Tuhan dan memikirkan dunia yang akan datang. Perbuatan-perbuatan baik yang akhirnya mengesampingkan kebutuhan dan keterlibatan Kristus. Rasul Yohanes menyatakan bahwa “mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita” (1 Yohanes 2:19).

Jika kita telusuri kisah menara Babel, maka akan kita dapatkan bahwa keadaan waktu itu seluruh bumi “satu bahasanya dan satu logatnya – satu bangsa” (Kejadian 11:1, 6). Mengapa Tuhan mengacaukan usaha mereka membangun menara? Dalam terjemahan KJV, “make us a name” – membuat sebuah nama, bukan “mencari nama”, nama yang akan dipakai untuk mempersatukan mereka, menggantikan HaShem השם (Ibrani) – Sang “Nama” yang seharusnya memiliki dan dimiliki oleh mereka – manusia. Manusia hendak mengesampingkan dan menggantikan Tuhan dalam mempersatukan mereka.

“Apalah arti sebuah nama?” demikian kata William Shakespeare. Nama memiliki kekuatan untuk menghimpun sekelompok orang yang memiliki kebanggaan oleh karena nama tersebut. Suratan rasul Paulus untuk jemaat di Korintus menunjukkan bahwa karena nama – yang memiliki kekuatan untuk menyatukan itu – justru menjadi alat pemecah belah yang sangat kuat (1 Korintus 1:11-12; 3:4). Bahkan dalam hal ini nama Kristus pun telah terpakai untuk memecah belah Tubuh Kristus, sungguh ironis.

Perlu disadari bahwa secara tersembunyi antikristus telah masuk ke dalam jemaat untuk mengacaukan bahkan menghancurkan. Keinginan untuk berhasil naik menjadi yang terbaik sebagai pemimpin jemaat – duduk mengatasi bintang-bintang Allah – menyeretnya untuk menyamai Yang Mahatinggi, lalu menggantikan posisi Pemimpin yang seharusnya (Yesaya 14:13-14). Kepentingan-kepentingan yang dibangun atas nama pelayanan memang mampu mempersatukan, tetapi jika dikerjakan terus menerus, kepentingan itu justru menjadi pemicu perpecahan jemaat – Tubuh Kristus.
 
“Mengapa engkau menganiaya Aku?”(KPR 9:1-5).