Antikristus
Anak-anakku, waktu ini adalah waktu
yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan
datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya,
bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir. 1 Yohanes 2:18
Terkait dengan pengajaran tentang kedatangan Yesus Kristus,
topik yang satu ini tentu sudah tidak asing lagi bagi kebanyakan telinga orang
Kristen. Menjelang kedatangan-Nya “seorang” antikristus akan datang. Penulisan
kata “seorang” dalam terjemahan Kitab Kudus Ende 1970 di atas tidak
dicantumkan, demikian juga dalam terjemahan KJV. Tetapi dalam terjemahan NKJV
ditambahkan “the”, sebuah kata sandang yang menunjuk pada sesuatu yang
“tertentu”. Dalam hal ini bisa saja kita hubungkan sebagai “naga” antikristus
yang dimaksudkan dalam kitab Wahyu yang akan memerangi mereka yang menuruti hukum-hukum
Allah dan memiliki kesaksian Yesus (Wahyu 11:17).
Yohanes menuliskan bahwa “sekarang” telah bangkit banyak
antikristus. Dari beberapa terjemahan, menuliskannya sebagai “already”, hal ini
menunjukkan bahwa pada waktu penulisannya antikristus telah ada sejak waktu
Yohanes hidup. Jika demikian maka kita perlu mengerti apa dan siapa yang
dimaksud dengan “antikristus” itu?
Kata “anti” dapat diartikan sebagai musuh (terjemahan BIS,
1985 dan Today Malay Version, 1996), penentang (terjemahan Kitab Suci Injil,
2000), yang melawan (terjemahan FAYH). Sehingga dapat kita pastikan bahwa
antikristus adalah sesuatu yang menjadi musuh yang menentang atau melawan
Kristus. Musuh, penentang yang melawan Kristus ini tentu saja bukan hanya seorang,
organisasi, sebuah negara atau penguasa dunia ini saja, tetapi juga mencakup
konsep, pemikiran maupun segala sesuatu yang menentang ajaran pengenalan akan
Allah di dalam Kristus (2 Korintus 10:4-5). Sebab di mata Yesus Kristus, segala
yang di luar pemikiran Allah adalah musuh-Nya.
"Enyahlah Iblis. Engkau suatu
batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan
Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." Matius 16:23
Penawaran awal dari iblis kepada manusia ialah bahwa dirinya
akan menjadi sama dengan Allah jika memakan buah yang dilarang-Nya (Kejadian
3:4-5). Setelah melihat, Hawa mengingininya karena buah pohon itu baik untuk
dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi
pengertian (ayat 6). Suratan Yakobus menjelaskan bahwa keinginan hati manusia
itulah yang menyeret dan memikat, sebuah jerat yang membawa manusia melakukan
segala sesuatu yang diinginkannya (Yakobus 1:14). Keinginan untuk menjadi sama
seperti Allah – bebas melakukan apa
saja yang diingini – itulah yang menyeret manusia untuk memakan buah
pengetahuan itu. Manusia tidak lagi bersedia untuk diperintah oleh Allah, tetapi
ingin menggantikan kedudukan Allah untuk berkuasa dan mengatur dirinya sendiri. Walaupun
keinginannya untuk melakukan hukum-hukum Allah ada, tetapi tabiat dosa menyeret
manusia untuk melakukan apa yang jahat di mata Tuhan (Roma 7:15-24).
The
gospel of Satan is not a system of revolutionary principles, nor yet a program
of anarchy. It does not promote strife and war, but aims at peace and unity. It
seeks not to set the mother against her daughter nor the father against his
son, but fosters the fraternal spirit whereby the human race is regarded as one
great "brotherhood". It does not seek to drag down the natural man,
but to improve and uplift him. It advocates education and cultivation and
appeals to "the best that is within us". It aims to make this world
such a congenial and comfortable habitat that Christos absence from it will not
be felt and God will not be needed. It endeavors to occupy man so much with
this world that he has no time or inclination to think of the world to come. It
propagates the principles of self-sacrifice, charity and benevolence, and
teaches us to live for the good of others, and to be kind to all. It appeals
strongly to the carnal mind and is popular with the masses.... by Arthur W Pink, Appendix: Gospel of Satan
http://www.gospel-of-satan.com/
Inilah yang dimaksud oleh rasul Paulus di Galatia 1:6-7 sebagai
injil lain yang memutarbalikkan Injil Kristus. Injil setan ini bukanlah sistem
prinsip-prinsip revolusioner, juga bukan program anarkis. Tidak mendorong
perselisihan dan perang, tetapi bertujuan untuk perdamaian dan persatuan. Berusaha
meningkatkan persaudaraan dan mengangkat derajat kemanusiaan, mendukung
pendidikan dan menarik bagi “yang terbaik yang ada di dalam diri kita”. Mengajar
kita untuk hidup demi kebaikan orang lain, berkorban dan berbaik hati pada
semua orang. Membuat dunia yang sekarang ini menjadi tempat yang nyaman dan
damai untuk dihuni sehingga orang tidak lagi membutuhkan Tuhan dan memikirkan
dunia yang akan datang. Perbuatan-perbuatan baik yang akhirnya mengesampingkan
kebutuhan dan keterlibatan Kristus. Rasul Yohanes menyatakan bahwa “mereka
berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada
kita” (1 Yohanes 2:19).
Jika kita telusuri kisah menara Babel, maka akan kita dapatkan
bahwa keadaan waktu itu seluruh bumi “satu bahasanya dan satu logatnya – satu
bangsa” (Kejadian 11:1, 6). Mengapa Tuhan mengacaukan usaha mereka membangun
menara? Dalam terjemahan KJV, “make us a
name” – membuat sebuah nama, bukan “mencari nama”, nama yang akan dipakai
untuk mempersatukan mereka, menggantikan HaShem השם (Ibrani) – Sang “Nama” yang seharusnya memiliki
dan dimiliki oleh mereka – manusia. Manusia hendak mengesampingkan dan
menggantikan Tuhan dalam mempersatukan mereka.
“Apalah arti sebuah nama?” demikian kata William
Shakespeare. Nama memiliki kekuatan untuk menghimpun sekelompok orang yang
memiliki kebanggaan oleh karena nama tersebut. Suratan rasul Paulus untuk
jemaat di Korintus menunjukkan bahwa karena nama – yang memiliki kekuatan untuk
menyatukan itu – justru menjadi alat pemecah belah yang sangat kuat (1 Korintus
1:11-12; 3:4). Bahkan dalam hal ini nama Kristus pun telah terpakai untuk
memecah belah Tubuh Kristus, sungguh ironis.
Perlu disadari bahwa secara tersembunyi antikristus telah
masuk ke dalam jemaat untuk mengacaukan bahkan menghancurkan. Keinginan untuk berhasil
naik menjadi yang terbaik sebagai pemimpin jemaat – duduk mengatasi
bintang-bintang Allah – menyeretnya untuk menyamai Yang Mahatinggi, lalu menggantikan
posisi Pemimpin yang seharusnya (Yesaya 14:13-14). Kepentingan-kepentingan yang
dibangun atas nama pelayanan memang mampu mempersatukan, tetapi jika dikerjakan
terus menerus, kepentingan itu justru menjadi pemicu perpecahan jemaat – Tubuh
Kristus.
“Mengapa engkau
menganiaya Aku?”(KPR 9:1-5).