Berbahagia melalui perbuatan
Tetapi barangsiapa meneliti hukum
yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di
dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh
melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya (Yakobus 1:25).
Meneliti berasal dari kata “teliti” yang berarti melakukan
dengan hati-hati, tidak sembarangan atau ala kadarnya. Ini berarti bahwa
orang yang melakukannya harus dengan tekun
menyelidiki, mendalami, mempelajari dengan seksama hingga ia menyelami apa yang
ditelitinya. Orang yang meneliti bukan sekedar tahu atau ingat, tetapi ia paham
dengan seksama terhadap apa yang diketahuinya.
Sungguh membahagiakan bahwa Allah sangat mengasihi
manusia, Ia yang memiliki inisiatif untuk berbicara pada manusia, memberitahu
apa yang dikehendaki-Nya (Kejadian 2:16-17; 3:9). Allah bahkan menulis dengan
tangan-Nya sendiri agar bangsa pilihan-Nya dapat mengetahui dan mengerti
tentang ketetapan yang dikehendaki-Nya (Keluaran 31:18). Allah juga berulang
kali dan dalam pelbagai cara berbicara dengan perantaraan nabi-nabi-Nya (Ibrani
1:1). Sungguh, Tuhan ALLAH tidak berbuat sesuatu tanpa menyatakan keputusan-Nya
kepada hamba-hamba-Nya, para nabi (Amos 3:7). Karena Ia tidak menghendaki
kebinasaan manusia (2 Petrus 3:9).
Yesus Kristus adalah wujud nyata Firman-Nya yang
hidup (Yohanes 1:14; Ibrani 4:12), Ia lah yang menjadi pokok atau sumber
pengetahuan tentang kehendak Allah. Tidak ada kebenaran diluar Yesus, Ia
menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya
(Ibrani 5:9). Yesus Kristus telah ditetapkan menjadi pokok ketaatan manusia
terhadap kehendak Allah (Filipi 2:9-11). Itulah sebabnya rasul Paulus dalam
suratnya mengatakan:
Yang kukehendaki ialah mengenal
Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana
aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh
kebangkitan dari antara orang mati. Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal
ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga
menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus. (Filipi
3:10-12).
“Kenalilah
yang asli, maka anda akan mengetahui yang palsu”, demikian ungkapan dari dinas
keuangan pemerintah Amerika terhadap banyaknya peredaran uang palsu di negara
itu. Tentu saja untuk mengetahui uang tersebut asli atau palsu diperlukan
ketelitian, mengingat teknologi yang semakin berkembang menjadikan uang palsu seolah
asli. Itulah sebabnya Alkitab juga memberi peringatan bagi kita agar meneliti
kembali apa yang telah kita dengar. Hal ini berarti kita sebagai pendengar
dapat hanyut atau dibelokkan oleh pengajaran yang disampaikan melalui kotbah
(Ibrani 2:1). Sebab iman timbul dari pendengaran (Roma 10:17). Iman kepada
Kristus timbul dari firman Kristus, tetapi pengajaran yang menyimpang juga
menghasilkan iman yang menyimpang dari kebenaran itu. Karena itulah pemazmur
menuliskan bahwa kita tidak cukup menyukai hukum-hukum Tuhan itu, tetapi juga
merenungkannya siang dan malam (Mazmur 1:2). Didalamnya tentu saja termasuk
meneliti kembali tentang apa yang kita telah dengar.
Dalam hal mengajar, Timotius diminta oleh rasul Paulus agar
ia mengawasi dirinya sendiri dan mengawasi pengajaran yang disampaikannya bagi
jemaat. Ia harus bertekun dalam semua pengajaran itu, karena dengan berbuat
demikian dirinya akan menyelamatkan diri sendiri dan semua orang yang mendengar
pengajarannya itu (1 Timotius 4:16). Kata “mengawasi” yang dimaksudkan disini
adalah memberi perhatian dengan sungguh. Rasul Paulus meminta agar Timotius memberi
perhatian terhadap pertumbuhan kepribadiannya dengan sungguh-sungguh apakah
dirinya telah memberikan keteladanan hidup bagi jemaat. Hal ini berarti ia
tidak cukup mengajarkan kebenaran itu, tetapi juga harus tekun menghidupi atau
menerapkan ajaran kebenaran itu terhadap dirinya sendiri (1 Timotius 4:12).
Keteladanan, itulah yang harus diberikan oleh seorang
pengajar. Hal ini tentulah terkait dengan seluruh aspek hidup yang terdapat
pada Kristus Yesus (Filipi 2:5), yang harus ditampilkan dalam kehidupan seorang
pengajar “dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam
kesetiaanmu dan dalam kesucianmu”, demikian kata rasul Paulus terhadap Timotius
(1 Timotius 4:12). Yesus Kristus telah memberi teladan itu, “Aku telah
memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti
yang telah Kuperbuat kepadamu” (Yohanes 13:15). Hal ini pula yang dikatakan
oleh rasul Paulus kepada jemaat Korintus “Ikutilah teladanku, sama seperti aku
juga mengikuti teladan Kristus” (1 Korintus 11:1). Sebagai orang percaya harus
bertekun dalam perlombaan yang telah diwajibkan bagi kita untuk hidup sesuai
dengan keteladanan Yesus Kristus (Ibrani 12:1-2; 1 Yohanes 2:6).
Mendapatkan kebenaran merupakan sebuah kebahagiaan yang
tiada terukur, karena kebenaran itu memerdekakan dan membawa kita pada
kekudusan (Yohanes 8:31-32; 17:17). Melalui kekudusan maka kita dilayakkan
untuk hal-hal mulia (2 Timotius 2:21). Iman mengalami pertumbuhan melalui
pekerjaan-pekerjaan itu karena penyertaan Tuhan melalui firman-Nya menjadi
kenyataan yang mengikuti apa yang dikerjakan (Matius 13:12, 25:29; Lukas 8:18,
19:26). Tidak cukup hanya menerima atau mendengar kebenaran dengan sukacita, tetapi kita perlu
mengerjakan atau menghidupi firman kebenaran Tuhan. Dengan mengerjakannya maka
pengalaman hidup bersama-Nya menjadi nyata
Karena itu haruslah kamu sempurna,
sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna. Matius 5:48
Banyak orang salah mengerti dengan ayat tersebut dengan
mengatakan “mana mungkin kita dapat sempurna?”, “kita ini manusia biasa”, dan
banyak alas an lainnya. Melakukan kebenaran-Nya seperti apa yang Yesus Kristus
pernah lakukan di muka bumi ini bukanlah sebuah keniscayaan, karena Ia memberi
Roh Kudus-Nya untuk menyertai, memimpin, menguatkan dan memampukan kita. Bahkan
jika kekurangan hikmat, kita tinggal meminta kepada-Nya. Roh Kudus-Nya lah yang
akan mengingatkan kita, menyingkapkan rahasia dan menjelaskannya seluruh
kebenaran yang ada pada diri Allah. Kita akan berbahagia dan bersukacita
melakukan kebenaran itu, karena sebenarnya Roh Kudus-Nya sendirilah yang akan
menolong kita untuk mengerjakan kebenaran-Nya. Bahkan Ia membantu kita untuk
berdoa (Yohanes 14:16, 26; 15:5; 16:13; Roma 8:26; 15:13; 1 Korintus 2:10;
Yakobus 1:5). Orang yang melekat, meyakini dan mempercayakan diri pada-Nya
adalah orang yang berbahagia. Semua ini dapat dialami dan menjadi kenyataan,
jika kita bersedia memulainya dengan setia melakukan perkara yang kecil. Baca,
renungkan dan telitilah kebenaran firman-Nya, sekecil apapun yang dimengerti
lakukanlah dengan setia, maka Ia akan menambahkan pengertian dan menyingkapkan
rahasia-Nya (Matius 25:21, 23, 29).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar