Sabtu, 10 September 2016

Berbahagia melalui perbuatan

Berbahagia melalui perbuatan

Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya (Yakobus 1:25). 

Meneliti berasal dari kata “teliti” yang berarti melakukan dengan hati-hati, tidak sembarangan atau ala kadarnya. Ini berarti bahwa orang  yang melakukannya harus dengan tekun menyelidiki, mendalami, mempelajari dengan seksama hingga ia menyelami apa yang ditelitinya. Orang yang meneliti bukan sekedar tahu atau ingat, tetapi ia paham dengan seksama terhadap apa yang diketahuinya.

Sungguh membahagiakan bahwa Allah sangat mengasihi manusia, Ia yang memiliki inisiatif untuk berbicara pada manusia, memberitahu apa yang dikehendaki-Nya (Kejadian 2:16-17; 3:9). Allah bahkan menulis dengan tangan-Nya sendiri agar bangsa pilihan-Nya dapat mengetahui dan mengerti tentang ketetapan yang dikehendaki-Nya (Keluaran 31:18). Allah juga berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara dengan perantaraan nabi-nabi-Nya (Ibrani 1:1). Sungguh, Tuhan ALLAH tidak berbuat sesuatu tanpa menyatakan keputusan-Nya kepada hamba-hamba-Nya, para nabi (Amos 3:7). Karena Ia tidak menghendaki kebinasaan manusia (2 Petrus 3:9).

Yesus Kristus adalah wujud nyata Firman-Nya yang hidup (Yohanes 1:14; Ibrani 4:12), Ia lah yang menjadi pokok atau sumber pengetahuan tentang kehendak Allah. Tidak ada kebenaran diluar Yesus, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya (Ibrani 5:9). Yesus Kristus telah ditetapkan menjadi pokok ketaatan manusia terhadap kehendak Allah (Filipi 2:9-11). Itulah sebabnya rasul Paulus dalam suratnya mengatakan:

Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati. Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus. (Filipi 3:10-12).

“Kenalilah yang asli, maka anda akan mengetahui yang palsu”, demikian ungkapan dari dinas keuangan pemerintah Amerika terhadap banyaknya peredaran uang palsu di negara itu. Tentu saja untuk mengetahui uang tersebut asli atau palsu diperlukan ketelitian, mengingat teknologi yang semakin berkembang menjadikan uang palsu seolah asli. Itulah sebabnya Alkitab juga memberi peringatan bagi kita agar meneliti kembali apa yang telah kita dengar. Hal ini berarti kita sebagai pendengar dapat hanyut atau dibelokkan oleh pengajaran yang disampaikan melalui kotbah (Ibrani 2:1). Sebab iman timbul dari pendengaran (Roma 10:17). Iman kepada Kristus timbul dari firman Kristus, tetapi pengajaran yang menyimpang juga menghasilkan iman yang menyimpang dari kebenaran itu. Karena itulah pemazmur menuliskan bahwa kita tidak cukup menyukai hukum-hukum Tuhan itu, tetapi juga merenungkannya siang dan malam (Mazmur 1:2). Didalamnya tentu saja termasuk meneliti kembali tentang apa yang kita telah dengar.

Dalam hal mengajar, Timotius diminta oleh rasul Paulus agar ia mengawasi dirinya sendiri dan mengawasi pengajaran yang disampaikannya bagi jemaat. Ia harus bertekun dalam semua pengajaran itu, karena dengan berbuat demikian dirinya akan menyelamatkan diri sendiri dan semua orang yang mendengar pengajarannya itu (1 Timotius 4:16). Kata “mengawasi” yang dimaksudkan disini adalah memberi perhatian dengan sungguh. Rasul Paulus meminta agar Timotius memberi perhatian terhadap pertumbuhan kepribadiannya dengan sungguh-sungguh apakah dirinya telah memberikan keteladanan hidup bagi jemaat. Hal ini berarti ia tidak cukup mengajarkan kebenaran itu, tetapi juga harus tekun menghidupi atau menerapkan ajaran kebenaran itu terhadap dirinya sendiri (1 Timotius 4:12).

Keteladanan, itulah yang harus diberikan oleh seorang pengajar. Hal ini tentulah terkait dengan seluruh aspek hidup yang terdapat pada Kristus Yesus (Filipi 2:5), yang harus ditampilkan dalam kehidupan seorang pengajar “dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu”, demikian kata rasul Paulus terhadap Timotius (1 Timotius 4:12). Yesus Kristus telah memberi teladan itu, “Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu” (Yohanes 13:15). Hal ini pula yang dikatakan oleh rasul Paulus kepada jemaat Korintus “Ikutilah teladanku, sama seperti aku juga mengikuti teladan Kristus” (1 Korintus 11:1). Sebagai orang percaya harus bertekun dalam perlombaan yang telah diwajibkan bagi kita untuk hidup sesuai dengan keteladanan Yesus Kristus (Ibrani 12:1-2; 1 Yohanes 2:6).

Mendapatkan kebenaran merupakan sebuah kebahagiaan yang tiada terukur, karena kebenaran itu memerdekakan dan membawa kita pada kekudusan (Yohanes 8:31-32; 17:17). Melalui kekudusan maka kita dilayakkan untuk hal-hal mulia (2 Timotius 2:21). Iman mengalami pertumbuhan melalui pekerjaan-pekerjaan itu karena penyertaan Tuhan melalui firman-Nya menjadi kenyataan yang mengikuti apa yang dikerjakan (Matius 13:12, 25:29; Lukas 8:18, 19:26). Tidak cukup hanya menerima atau mendengar kebenaran  dengan sukacita, tetapi kita perlu mengerjakan atau menghidupi firman kebenaran Tuhan. Dengan mengerjakannya maka pengalaman hidup bersama-Nya menjadi nyata

Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna. Matius 5:48

Banyak orang salah mengerti dengan ayat tersebut dengan mengatakan “mana mungkin kita dapat sempurna?”, “kita ini manusia biasa”, dan banyak alas an lainnya. Melakukan kebenaran-Nya seperti apa yang Yesus Kristus pernah lakukan di muka bumi ini bukanlah sebuah keniscayaan, karena Ia memberi Roh Kudus-Nya untuk menyertai, memimpin, menguatkan dan memampukan kita. Bahkan jika kekurangan hikmat, kita tinggal meminta kepada-Nya. Roh Kudus-Nya lah yang akan mengingatkan kita, menyingkapkan rahasia dan menjelaskannya seluruh kebenaran yang ada pada diri Allah. Kita akan berbahagia dan bersukacita melakukan kebenaran itu, karena sebenarnya Roh Kudus-Nya sendirilah yang akan menolong kita untuk mengerjakan kebenaran-Nya. Bahkan Ia membantu kita untuk berdoa (Yohanes 14:16, 26; 15:5; 16:13; Roma 8:26; 15:13; 1 Korintus 2:10; Yakobus 1:5). Orang yang melekat, meyakini dan mempercayakan diri pada-Nya adalah orang yang berbahagia. Semua ini dapat dialami dan menjadi kenyataan, jika kita bersedia memulainya dengan setia melakukan perkara yang kecil. Baca, renungkan dan telitilah kebenaran firman-Nya, sekecil apapun yang dimengerti lakukanlah dengan setia, maka Ia akan menambahkan pengertian dan menyingkapkan rahasia-Nya (Matius 25:21, 23, 29).  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar