Senin, 03 Juni 2013

Kualitas Pemimpin dalam Jemaat mula-mula.

Kualitas Pemimpin dalam Jemaat mula-mula.

Kembali melihat keadaan jemaat mula-mula, maka kita menemukan adanya kuasa yang luar biasa dari realitas Tuhan dalam jemaat. Mengapa hal itu dapat terjadi? Dengan menelusuri Firman Tuhan, maka kita mendapati bahwa tidak dapat disangkal pengurapan yang dijanjikan oleh Tuhan Yesus (KPR 1:8) ketika menjadi kenyataan tergenapi di hari Pentakosta itu, telah membuat perubahan yang dahsyat dalam kehidupan murid-murid (KPR 2). Termasuk mereka yang menerima pemberitaan mereka kemudian bertekun dan dengan sehati mereka bersekutu untuk belajar kebenaran Firman Tuhan.

“Bak (=seperti) urapan di kepala Harun, yang ke janggut dan jubahnya turun”, demikian sepenggal kalimat dari lagu yang diambil dari Mazmur 133, merupakan kunci dari kegerakan yang terjadi pada jemaat mula-mula tersebut. Pengurapan atau kepenuhan Roh Kudus yang melanda para murid, memberi pengalaman sebuah kegenapan janji yang menjadikan mereka dengan berani memberi kesaksian ditengah-tengah banyak orang yang ketika itu sedang berkumpul di Yerusalem untuk merayakan Pentakosta.

Roh Kudus memberi perubahan yang luar biasa bagi Petrus sehingga ia dengan penuh keberanian menjawab orang banyak yang sedang tercengang, mempertanyakan bahkan mengejek atas apa yang sedang terjadi itu. Tentu kita tahu bahwa sebelumnya Petrus telah menyangkal Yesus Kristus sebanyak tiga kali. Kita melihat disini sebuah perubahan dahsyat dalam diri Petrus yang sebelumnya adalah “si pengecut”, telah menjadi “si pembicara” yang berani mengambil resiko. Hikmat dari Roh Kudus juga memampukan Petrus untuk menjabarkan nubuatan nabi Yoel juga Mazmur Daud tentang Yesus Kristus bagi mereka. Bahkan “menantang” mereka, sungguh perubahan yang luar biasa.

Tuhan seringkali memilih kandidat yang tidak layak menurut ukuran manusia untuk menjadi seorang pemimpin bagi-NYA. Kita tahu bahwa Petrus bukanlah seorang yang pernah belajar secara khusus tentang Firman Allah, dia hanyalah seorang nelayan biasa belaka bukan orang terpelajar (Mat 4:18; KPR 4:13). Tujuan Tuhan ialah untuk mendemonstrasikan bahwa kemampuan atau kekuatan yang ada dalam diri pemimpin-NYA tersebut bukanlah berasal dari dirinya sendiri tetapi dari Tuhan. Ketika orang menyanjung karena perbuatan yang dikerjakannya, seorang pemimpin yang benar tidaklah menerima dengan senang hati bagi dirinya, tetapi menolak sanjungan dan pujian itu dan memberi pengertian tentang kebenaran (KPR 3:12-26). Bahkan dengan senang hati menerima akibat kesalah mengertian orang lain yang cemburu terhadap mereka dan tetap memakai kesempatan untuk memberikan kesaksian tentang Yesus Kristus (KPR 4:1-23).

Berbeda dengan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, mereka adalah orang-orang yang menyelidiki Kitab-kitab Suci dan dimuridkan. Bahkan diantara mereka menjadi pengajar dan sangat menjaga tradisi nenek moyang umat Israel (Yoh 5:39; Mat 7:29, 23:3; Mar 7:5). Mereka suka menerima penghormatan (Mar 12;38; Luk 20:46). Karena reputasi mereka dikenal sangat mengerti dan ahli tentang Kitab-kitab Suci, maka Herodes memanggil mereka sehubungan dengan kelahiran Yesus. Dan jawaban yang mereka diberikan sangatlah tepat (Mat 2:1-6). Namun sekalipun mereka sangat kenal dengan Kitab-kitab Suci, mereka gagal menangkap pengertian yang terkandung di dalamnya (Yoh 3:10, 5:39-47).

Tuhan memiliki cara tersendiri dalam memilih mereka dari yang paling kecil, paling hina dan paling tidak layak. Ketika Allah memanggil Gideon untuk memimpin bangsa Israel  keluar dari perbudakan, ia berkata "Ah Tuhanku, dengan apakah akan kuselamatkan orang Israel? Ketahuilah, kaumku adalah yang paling kecil di antara suku Manasye dan aku pun seorang yang paling muda di antara kaum keluargaku." (Hak 6:15). Demikian pula ketika Saul dipilih sebagai raja oleh Tuhan, ia berkata kepada nabi Samuel "Bukankah aku seorang suku Benyamin, suku yang terkecil di Israel? Dan bukankah kaumku yang paling hina dari segala kaum suku Benyamin? Mengapa bapa berkata demikian kepadaku?" Demikian pula ketika rasul Paulus menjelaskan keberadaan dirinya sebagai yang paling hina dari semua rasul, bahkan tidak layak disebut rasul, sebab dirinya telah menganiaya jemaat Allah (1 Kor 15:9). Semua mereka yang berada pada posisi tidak layak, telah mendapat kelayakan dari Tuhan untuk menjadi pemimpin. "Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar." Demikian kata Tuhan Yesus Kristus (Luk 9:48). Sungguh sebuah cara yang unik, karena DIApun menentukan tempat yang terkecil bagi tempat kelahiran-NYA, Betlehem adalah terkecil diantara kaum-kaum Yehuda (Mik 5:2). Daud adalah anak terakhir (yang tidak masuk perhitungan) Isai, juga Salomo menjadi raja ketika masih anak-anak, sesuatu yang kecil dan lemah telah dipakai Tuhan bagi kemuliaan-NYA.

Rahasia kekuatan dari para pemimpin jemaat mula-mula itu ialah:

1.       Mereka dipenuhi dan tetap tinggal dalam kuasa Roh Kudus. Sehingga keselamatan dari Roh yang mereka terima memberikan kesaksian bahwa mereka adalah anak-anak Allah (Rom 8:16). Sebagai orang percaya, kita hendaknya dipenuhi oleh Roh Kudus (Ef 5:18). Perintah yang ditulis dalam bentuk “present tense”, yang menunjukkan sebuah tindakan terus menerus. Itulah sebabnya Tuhan menghendaki supaya kita meminta-NYA kepada-NYA (Luk 11:13). Jika Roh Kudus tinggal dalam diri kita, maka IA akan meliputi seluruh pikiran, kehendak dan perasaan kita, mengajar dan menuntun kita kepada seluruh kebenaran-NYA (Yoh 16:13; 1 Yoh 2:27).
2.       Para murid yang menerima Roh Kudus tidak secara langsung kemudian mereka menjadi pemimpin. Mereka harus hidup dalam ketaatan hingga Roh Kudus turun memenuhi dan memimpin mereka untuk hidup dalam kuasa-NYA (Yoh 20:22 bandingkanlah dengan Luk 24:49; KPR 1:8). Itulah maksud “diperlengkapi” yang diterjemahkan dari kata “endued” (Inggris) atau “enduo” (Yunani), yang berarti “clothe (with)”, berbaju – sesuatu yang menutupi kekurangan, ketelanjangan atau ketidak mampuan untuk di“tampil”kan Tuhan.
Roh Kudus akan membawa kita untuk masuk kedalam pengujian sama seperti Yesus Kristus (Mat 4:1). Sama seperti seluruh pemimpin terdahulu dalam Perjanjian Lama, semuanya mengalami pengujian. Pengujian meliputi berterima kasih pada Tuhan atas apa yang terjadi (1 Tes 5:18), bersukacita di dalamnya (Fil 4:4), dan mentaati Firman-NYA sesuai pimpinan Roh Kudus (Gal 5:16). Dengan berterima kasih dan bersukacita, hal itu berarti menyadari dan menerima kedaulatan Tuhan atas kehidupan ini, tentulah akan mengundang hadirat dan kuasa-NYA (Maz 22:4) sehingga kemenangan dalam mentaati Firman-NYA dapat terjadi oleh dan melalui pimpinan Roh Kudus. Kita dimampukan-NYA untuk menghasilkan buah Roh. Dengan tidak hidup untuk memuaskan kebutuhan diri sendiri melalui hal-hal duniawi (Mat 4:3-4), tidak mencobai Tuhan (Mat 4:7) dan tetap berbakti hanya kepada-NYA saja (Mat 4:10).
3.       Keberanian mereka untuk menderita, dihina, ditolak, difitnah bahkan dianiaya oleh karena melakukan kebenaran dan mentaati perintah Tuhan telah menjadi motivasi utama dalam pelayanan yang mereka lakukan (KPR 4:19). Dalam suratnya, rasul Petrus menyatakan jika kita berbuat baik dan karena itu kita harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah. Sebab untuk itulah orang percaya (Kristen) dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kita dan telah meninggalkan teladan bagi kita, supaya kita mengikuti jejak-Nya. (1 Pet 2:19-22).

bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar