Kualitas Pemimpin
dalam Jemaat mula-mula.
Kembali melihat keadaan jemaat mula-mula, maka kita
menemukan adanya kuasa yang luar biasa dari realitas Tuhan dalam jemaat.
Mengapa hal itu dapat terjadi? Dengan menelusuri Firman Tuhan, maka kita
mendapati bahwa tidak dapat disangkal pengurapan yang dijanjikan oleh Tuhan
Yesus (KPR 1:8) ketika menjadi kenyataan tergenapi di hari Pentakosta itu,
telah membuat perubahan yang dahsyat dalam kehidupan murid-murid (KPR 2).
Termasuk mereka yang menerima pemberitaan mereka kemudian bertekun dan dengan
sehati mereka bersekutu untuk belajar kebenaran Firman Tuhan.
“Bak (=seperti) urapan di kepala Harun, yang ke janggut dan
jubahnya turun”, demikian sepenggal kalimat dari lagu yang diambil dari Mazmur
133, merupakan kunci dari kegerakan yang terjadi pada jemaat mula-mula
tersebut. Pengurapan atau kepenuhan Roh Kudus yang melanda para murid, memberi pengalaman
sebuah kegenapan janji yang menjadikan mereka dengan berani memberi kesaksian
ditengah-tengah banyak orang yang ketika itu sedang berkumpul di Yerusalem
untuk merayakan Pentakosta.
Roh Kudus memberi perubahan yang luar biasa bagi Petrus
sehingga ia dengan penuh keberanian menjawab orang banyak yang sedang
tercengang, mempertanyakan bahkan mengejek atas apa yang sedang terjadi itu.
Tentu kita tahu bahwa sebelumnya Petrus telah menyangkal Yesus Kristus sebanyak
tiga kali. Kita melihat disini sebuah perubahan dahsyat dalam diri Petrus yang
sebelumnya adalah “si pengecut”, telah menjadi “si pembicara” yang berani
mengambil resiko. Hikmat dari Roh Kudus juga memampukan Petrus untuk
menjabarkan nubuatan nabi Yoel juga Mazmur Daud tentang Yesus Kristus bagi
mereka. Bahkan “menantang” mereka, sungguh perubahan yang luar biasa.
Tuhan seringkali memilih kandidat yang tidak layak menurut
ukuran manusia untuk menjadi seorang pemimpin bagi-NYA. Kita tahu bahwa Petrus
bukanlah seorang yang pernah belajar secara khusus tentang Firman Allah, dia
hanyalah seorang nelayan biasa belaka bukan orang terpelajar (Mat 4:18; KPR
4:13). Tujuan Tuhan ialah untuk mendemonstrasikan bahwa kemampuan atau kekuatan
yang ada dalam diri pemimpin-NYA tersebut bukanlah berasal dari dirinya sendiri
tetapi dari Tuhan. Ketika orang menyanjung karena perbuatan yang dikerjakannya,
seorang pemimpin yang benar tidaklah menerima dengan senang hati bagi dirinya,
tetapi menolak sanjungan dan pujian itu dan memberi pengertian tentang
kebenaran (KPR 3:12-26). Bahkan dengan senang hati menerima akibat kesalah
mengertian orang lain yang cemburu terhadap mereka dan tetap memakai kesempatan
untuk memberikan kesaksian tentang Yesus Kristus (KPR 4:1-23).
Berbeda dengan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi,
mereka adalah orang-orang yang menyelidiki Kitab-kitab Suci dan dimuridkan. Bahkan
diantara mereka menjadi pengajar dan sangat menjaga tradisi nenek moyang umat
Israel (Yoh 5:39; Mat 7:29, 23:3; Mar 7:5). Mereka suka menerima penghormatan
(Mar 12;38; Luk 20:46). Karena reputasi mereka dikenal sangat mengerti dan ahli
tentang Kitab-kitab Suci, maka Herodes memanggil mereka sehubungan dengan
kelahiran Yesus. Dan jawaban yang mereka diberikan sangatlah tepat (Mat 2:1-6).
Namun sekalipun mereka sangat kenal dengan Kitab-kitab Suci, mereka gagal
menangkap pengertian yang terkandung di dalamnya (Yoh 3:10, 5:39-47).
Tuhan memiliki cara
tersendiri dalam memilih mereka dari yang paling kecil, paling hina dan paling tidak
layak. Ketika Allah memanggil Gideon untuk memimpin bangsa Israel keluar dari perbudakan, ia berkata "Ah
Tuhanku, dengan apakah akan kuselamatkan orang Israel? Ketahuilah, kaumku
adalah yang paling kecil di antara suku Manasye dan aku pun seorang yang paling
muda di antara kaum keluargaku." (Hak 6:15). Demikian pula ketika Saul
dipilih sebagai raja oleh Tuhan, ia berkata kepada nabi Samuel "Bukankah
aku seorang suku Benyamin, suku yang terkecil di Israel? Dan bukankah kaumku
yang paling hina dari segala kaum suku Benyamin? Mengapa bapa berkata demikian
kepadaku?" Demikian pula ketika rasul Paulus menjelaskan keberadaan
dirinya sebagai yang paling hina dari semua rasul, bahkan tidak layak disebut
rasul, sebab dirinya telah menganiaya jemaat Allah (1 Kor 15:9). Semua mereka
yang berada pada posisi tidak layak, telah mendapat kelayakan dari Tuhan untuk
menjadi pemimpin. "Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah
yang terbesar." Demikian kata Tuhan Yesus Kristus (Luk 9:48). Sungguh
sebuah cara yang unik, karena DIApun menentukan tempat yang terkecil bagi
tempat kelahiran-NYA, Betlehem adalah terkecil diantara kaum-kaum Yehuda (Mik
5:2). Daud adalah anak terakhir (yang tidak masuk perhitungan) Isai, juga
Salomo menjadi raja ketika masih anak-anak, sesuatu yang kecil dan lemah telah
dipakai Tuhan bagi kemuliaan-NYA.
Rahasia kekuatan dari
para pemimpin jemaat mula-mula itu ialah:
1. Mereka
dipenuhi dan tetap tinggal dalam kuasa Roh Kudus. Sehingga keselamatan dari Roh
yang mereka terima memberikan kesaksian bahwa mereka adalah anak-anak Allah
(Rom 8:16). Sebagai orang percaya, kita hendaknya dipenuhi oleh Roh Kudus (Ef
5:18). Perintah yang ditulis dalam bentuk “present tense”, yang menunjukkan
sebuah tindakan terus menerus. Itulah sebabnya Tuhan menghendaki supaya kita
meminta-NYA kepada-NYA (Luk 11:13). Jika Roh Kudus tinggal dalam diri kita,
maka IA akan meliputi seluruh pikiran, kehendak dan perasaan kita, mengajar dan
menuntun kita kepada seluruh kebenaran-NYA (Yoh 16:13; 1 Yoh 2:27).
2. Para
murid yang menerima Roh Kudus tidak secara langsung kemudian mereka menjadi
pemimpin. Mereka harus hidup dalam ketaatan hingga Roh Kudus turun memenuhi dan
memimpin mereka untuk hidup dalam kuasa-NYA (Yoh 20:22 bandingkanlah dengan Luk
24:49; KPR 1:8). Itulah maksud “diperlengkapi” yang diterjemahkan dari kata
“endued” (Inggris) atau “enduo” (Yunani), yang berarti “clothe (with)”, berbaju
– sesuatu yang menutupi kekurangan, ketelanjangan atau ketidak mampuan untuk
di“tampil”kan Tuhan.
Roh Kudus
akan membawa kita untuk masuk kedalam pengujian sama seperti Yesus Kristus (Mat
4:1). Sama seperti seluruh pemimpin terdahulu dalam Perjanjian Lama, semuanya mengalami
pengujian. Pengujian meliputi berterima kasih pada Tuhan atas apa yang terjadi
(1 Tes 5:18), bersukacita di dalamnya (Fil 4:4), dan mentaati Firman-NYA sesuai
pimpinan Roh Kudus (Gal 5:16). Dengan berterima kasih dan bersukacita, hal itu
berarti menyadari dan menerima kedaulatan Tuhan atas kehidupan ini, tentulah
akan mengundang hadirat dan kuasa-NYA (Maz 22:4) sehingga kemenangan dalam
mentaati Firman-NYA dapat terjadi oleh dan melalui pimpinan Roh Kudus. Kita
dimampukan-NYA untuk menghasilkan buah Roh. Dengan tidak hidup untuk memuaskan
kebutuhan diri sendiri melalui hal-hal duniawi (Mat 4:3-4), tidak mencobai
Tuhan (Mat 4:7) dan tetap berbakti hanya kepada-NYA saja (Mat 4:10).
3.
Keberanian mereka untuk menderita, dihina,
ditolak, difitnah bahkan dianiaya oleh karena melakukan kebenaran dan mentaati
perintah Tuhan telah menjadi motivasi utama dalam pelayanan yang mereka lakukan
(KPR 4:19). Dalam suratnya, rasul Petrus menyatakan jika kita berbuat baik dan
karena itu kita harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah. Sebab
untuk itulah orang percaya (Kristen) dipanggil, karena Kristuspun telah
menderita untuk kita dan telah meninggalkan teladan bagi kita, supaya kita
mengikuti jejak-Nya. (1 Pet 2:19-22).
bersambung…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar