Sabtu, 05 Maret 2016

Menjadi Sempurna

Menjadi sempurna

“aku memang manusia biasa yang tak sempurna dan kadang salah ……” – Manusia Biasa, song by Yovi and Nuno

Lirik lagu di atas seringkali menjadi alasan bagi umat tebusan Tuhan, “kan kita ini manusia, bukan malaikat; tidak ada yang sempurna, selalu ada kekurangannya, malaikat saja bisa jatuh, mana mungkin kita bisa sempurna?”. Lalu apakah pernyataan Yesus Kristus ketika Ia berkotbah di bukit ini salah?

Karena itu, haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga sempurna. Matius 5:48

Sebagai Firman yang menjadi manusia, tentulah Dia tidak pernah salah, karena Firman selalu merupakan kebenaran yang keluar dari mulut Allah. Tidak mungkin Ia keliru atau salah ucap, Firman itu representasi dari Allah sendiri. (Yohanes 1:1).

Demi Aku sendiri Aku telah bersumpah, dari mulut-Ku telah keluar kebenaran, suatu firman yang tidak dapat ditarik kembali. Yesaya 45:23

Berfirmanlah TUHAN Allah: "Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat” Kejadian 3:22

Itulah sebabnya Yesus Kristus dengan pasti menyatakan bahwa sebagai manusia, kita dapat sempurna seperti Dia yang sempurna. Karena setiap orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya (adhere to, trust in, and rely on – Amplified Bible)dalam nama-Nya; orang-orang yang dilahirkan bukan dari darah atau dari keinginan jasmani, bukan pula oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah. (Yohanes 1:12-13). Yang hidupnya dipimpin oleh Roh Allah (Roma 8:14).

Untuk dipimpin, seseorang harus mengakui dan takluk dibawah otoritas sang pemimpin. Tidak lagi mengikuti keinginan diri sendiri, tetapi mengerjakan segala sesuatu seperti apa yang diinginkan oleh pemimpinnya. Penaklukan diri ini termasuk untuk hal-hal yang tidak menyenangkan dirinya, semuanya harus dilakukan sebagai tanda pengakuan otoritas pemimpinnya. Tanpa ada keraguan dan penolakan sedikitpun, sebuah penaklukan total untuk taat. Hal inilah perlu kita lakukan terhadap Tuhan – tuan di atas segala tuan – sebagai Penguasa/Pemimpin kehidupan seseorang.
Keinginan diri (daging – tubuh) merupakan sumber penolakan untuk takluk dan menerima sesuatu dari luar. Keadaan yang menjadikan diri nyaman, itulah pemikiran awal yang ditawarkan oleh iblis dalam menggoda manusia agar tidak takluk lagi pada perintah Allah.

Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?”… Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminya pun memakannya. Kejadian 3:1, 6
Lalu datanglah si penggoda dan berkata kepada-Nya, "Karena Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti." Tetapi Yesus menjawab, "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." Matius 4:3-4

Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi. Filipi 3:19
Tetapi aku menasihatkan kamu, Saudara-saudara, supaya kamu waspada terhadap mereka yang menimbulkan perpecahan dan batu sandungan, bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu terima. Hindarilah mereka! Sebab orang-orang demikian tidak melayani Kristus, Tuhan kita, tetapi melayani perut mereka sendiri. Dengan kata-kata yang muluk-muluk dan bahasa yang manis mereka menipu orang-orang yang tulus hatinya. Roma 16:17-18

Ketika manusia mendahulukan kepentingan dagingnya, maka terjadi penolakan akan kebenaran Allah. Hal ini diikuti aib, tidak ada lagi hubungan yang harmonis dengan Allah. Manusia menjadi bermusuhan satu sama lain untuk memenuhi tuntutan kesenangan dagingnya. Dan tidak segan menipu sesamanya demi keuntungan. Perselisihan dan perpecahan akhirnya terjadi sebagai akibat kepentingan diri sendiri ini.

Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat. Yakobus 3:16

Itulah sebabnya “penyangkalan diri” merupakan syarat awal untuk mengikut Yesus (Matius 16:24). Sebab dengan adanya keinginan untuk memenuhi keinginan diri sendiri itulah yang menyebabkan manusia tidak mengutamakan kebenaran Firman Allah. Tidak mengutamakan kebenaran berarti menolak atau memberontak dan tidak mengakui kedaulatan Allah. Dalam keadaan tersebut manusia tidak mungkin menyenangkan Allah dengan cara melakukan kehendak-Nya. Dan semakin menjauhi Allah.

Sebab Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita; tanpa kita, mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan. Ibrani 11:40

Kesempurnaan semua tokoh iman yang tercatat pada seluruh Ibrani pasal 11 itu hanya dapat dicapai jika kita sebagai orang percaya ikut ambil bagian didalamnya sebagai batu hidup bagi pembangunan rumah rohani di bumi ini. Mereka yang lebih dulu hidup dalam iman itu kini sebagai awan yang mengelilingi dan menyaksikan kita dalam pertandingan iman. Agar kita semua mengarahkan hidup pada Yesus (hidup oleh iman), dipimpin oleh iman untuk mencapai satu kesatuan iman  (Ibrani 12:1-2; Efesus 4:13). Melalui penyangkalan diri, memikul salib setiap hari dan mengikut Yesus untuk menjadi sebuah bangunan – Tubuh Kristus – rumah rohani, penampilan kerajaan Allah di bumi ini.
Kesepakatan (harmonize together, make a symphony togetherAmplified)merupakan kekuatan untuk menghadirkan dan menampilkan kuasa Tuhan di bumi ini (Matius 18:19). Karena itu kita harus mengenakan pikiran dan perasaan Kristus untuk mengejar kesempurnaan Tubuh-Nya dengan hidup sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan tanpa mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia (Filipi 2:2-3). Sebab kesempurnaan hanya dapat dicapai melalui pikiran yang sempurna, yang dihasilkan oleh kita yang sempurna – dewasa rohani, orang-orang yang senantiasa berusaha untuk menjadi sempurna, dan tidak pernah merasa seolah sudah sempurna (Filipi 3:10-15).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar