Menjadi sempurna
“aku memang manusia biasa yang tak sempurna dan kadang salah ……” –
Manusia Biasa, song by Yovi and Nuno
Lirik lagu di atas seringkali menjadi alasan bagi umat
tebusan Tuhan, “kan kita ini manusia, bukan malaikat; tidak ada yang sempurna,
selalu ada kekurangannya, malaikat saja bisa jatuh, mana mungkin kita bisa
sempurna?”. Lalu apakah pernyataan Yesus Kristus ketika Ia berkotbah di bukit
ini salah?
Karena itu, haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga
sempurna. Matius 5:48
Sebagai Firman yang menjadi manusia, tentulah Dia tidak
pernah salah, karena Firman selalu merupakan kebenaran yang keluar dari mulut
Allah. Tidak mungkin Ia keliru atau salah ucap, Firman itu representasi dari
Allah sendiri. (Yohanes 1:1).
Demi Aku sendiri Aku telah bersumpah, dari mulut-Ku telah keluar
kebenaran, suatu firman yang tidak dapat ditarik kembali. Yesaya 45:23
Berfirmanlah TUHAN Allah: "Sesungguhnya manusia itu telah menjadi
seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat” Kejadian
3:22
Itulah sebabnya Yesus Kristus dengan pasti menyatakan bahwa
sebagai manusia, kita dapat sempurna seperti Dia yang sempurna. Karena setiap
orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu
mereka yang percaya (adhere to, trust in,
and rely on – Amplified Bible)dalam nama-Nya; orang-orang yang dilahirkan
bukan dari darah atau dari keinginan jasmani, bukan pula oleh keinginan seorang
laki-laki, melainkan dari Allah. (Yohanes 1:12-13). Yang hidupnya dipimpin oleh
Roh Allah (Roma 8:14).
Untuk
dipimpin, seseorang harus mengakui dan takluk dibawah otoritas sang pemimpin.
Tidak lagi mengikuti keinginan diri sendiri, tetapi mengerjakan segala sesuatu
seperti apa yang diinginkan oleh pemimpinnya. Penaklukan diri ini termasuk
untuk hal-hal yang tidak menyenangkan dirinya, semuanya harus dilakukan sebagai
tanda pengakuan otoritas pemimpinnya. Tanpa ada keraguan dan penolakan sedikitpun,
sebuah penaklukan total untuk taat. Hal inilah perlu kita lakukan terhadap
Tuhan – tuan di atas segala tuan – sebagai Penguasa/Pemimpin kehidupan
seseorang.
Keinginan
diri (daging – tubuh) merupakan sumber penolakan untuk takluk dan menerima
sesuatu dari luar. Keadaan yang menjadikan diri nyaman, itulah pemikiran awal yang
ditawarkan oleh iblis dalam menggoda manusia agar tidak takluk lagi pada
perintah Allah.
Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah berfirman:
Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?”… Perempuan itu
melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya,
lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil
dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang
bersama-sama dengan dia, dan suaminya pun memakannya. Kejadian 3:1, 6
Lalu datanglah si penggoda dan berkata kepada-Nya, "Karena Engkau
Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti." Tetapi
Yesus menjawab, "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi
dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." Matius 4:3-4
Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka,
kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada
perkara duniawi. Filipi 3:19
Tetapi aku menasihatkan kamu, Saudara-saudara, supaya kamu waspada
terhadap mereka yang menimbulkan perpecahan dan batu sandungan, bertentangan
dengan pengajaran yang telah kamu terima. Hindarilah mereka! Sebab orang-orang
demikian tidak melayani Kristus, Tuhan kita, tetapi melayani perut mereka
sendiri. Dengan kata-kata yang muluk-muluk dan bahasa yang manis mereka menipu
orang-orang yang tulus hatinya. Roma 16:17-18
Ketika manusia mendahulukan kepentingan dagingnya, maka
terjadi penolakan akan kebenaran Allah. Hal ini diikuti aib, tidak ada lagi
hubungan yang harmonis dengan Allah. Manusia menjadi bermusuhan satu sama lain
untuk memenuhi tuntutan kesenangan dagingnya. Dan tidak segan menipu sesamanya
demi keuntungan. Perselisihan dan perpecahan akhirnya terjadi sebagai akibat
kepentingan diri sendiri ini.
Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada
kekacauan dan segala macam perbuatan jahat. Yakobus 3:16
Itulah sebabnya “penyangkalan
diri” merupakan syarat awal untuk mengikut Yesus (Matius 16:24). Sebab
dengan adanya keinginan untuk memenuhi keinginan diri sendiri itulah yang
menyebabkan manusia tidak mengutamakan kebenaran Firman Allah. Tidak
mengutamakan kebenaran berarti menolak atau memberontak dan tidak mengakui
kedaulatan Allah. Dalam keadaan tersebut manusia tidak mungkin menyenangkan
Allah dengan cara melakukan kehendak-Nya. Dan semakin menjauhi Allah.
Sebab Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita; tanpa
kita, mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan. Ibrani 11:40
Kesempurnaan semua tokoh iman yang tercatat pada seluruh Ibrani
pasal 11 itu hanya dapat dicapai jika kita sebagai orang percaya ikut ambil
bagian didalamnya sebagai batu hidup bagi pembangunan rumah rohani di bumi ini.
Mereka yang lebih dulu hidup dalam iman itu kini sebagai awan yang mengelilingi
dan menyaksikan kita dalam pertandingan iman. Agar kita semua mengarahkan hidup
pada Yesus (hidup oleh iman), dipimpin oleh iman untuk mencapai satu kesatuan
iman (Ibrani 12:1-2; Efesus 4:13). Melalui
penyangkalan diri, memikul salib setiap hari dan mengikut Yesus untuk menjadi
sebuah bangunan – Tubuh Kristus – rumah rohani, penampilan kerajaan Allah di
bumi ini.
Kesepakatan (harmonize
together, make a symphony together – Amplified)merupakan
kekuatan untuk menghadirkan dan menampilkan kuasa Tuhan di bumi ini (Matius 18:19).
Karena itu kita harus mengenakan pikiran dan perasaan Kristus untuk mengejar
kesempurnaan Tubuh-Nya dengan hidup sehati sepikir, dalam satu kasih, satu
jiwa, satu tujuan tanpa mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang
sia-sia (Filipi 2:2-3). Sebab kesempurnaan hanya dapat dicapai melalui pikiran
yang sempurna, yang dihasilkan oleh kita yang sempurna – dewasa rohani,
orang-orang yang senantiasa berusaha untuk menjadi sempurna, dan tidak pernah
merasa seolah sudah sempurna (Filipi 3:10-15).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar