Jumat, 19 Februari 2016

Salib milik-ku (Ku)

Salib milik-ku (Ku)

Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia surgawi dan pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan kuasa-kuasa dunia yang akan datang, namun murtad lagi, tidak mungkin dibarui sekali lagi supaya bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di depan umum. Ibrani 6:4-6
Jawab Yesus "Aku hendak kembali ke Roma untuk disalibkan kembali" (Eo Romam iterum crucifigi).

Membaca kitab Ibrani, maka kita mendapatkan bahwa sang penulis kitab ini tidak memakai salam pembuka, atau memperkenalkan dirinya seperti penulis kitab lainnya. Tetapi penulis kitab ini langsung menulis pokok-pokok permasalahan yang penting, khususnya untuk menunjukkan keutamaan Kristus yang mutlak lebih tinggi dari para nabi yang terdahulu.  Membaca tulisannya, kita mendapati sang penulis membandingkan bagaimana Allah berbicara pada manusia di masa lalu melalui para nabi dengan berbagai cara, melalui api di semak belukar ketika berbicara pada Musa, melalui mimpi ketika berbicara pada Yusuf dan Daniel, melalui angin sepoi-sepoi ketika berbicara pada Elia dan masih banyak lagi cara Allah yang dapat kita temui dalam Perjanjian Lama. Allah menyampaikan kehendak-Nya pada suatu waktu sesuai dengan kebutuhan penyelamatan umat-Nya. Dalam kitab Ibrani ini sang penulis dengan jelas tegas menyatakan bahwa Yesus Kristus mutlak lebih utama, karena Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar keberadaan Allah yang sesungguhnya. Jauh lebih tinggi daripada malaikat-malaikat, nama yang dikaruniakan kepada-Nya jauh lebih istimewa daripada nama mereka. (Ibrani 1:1-14).

Kitab Ibrani ini menyikapi keragu-raguan, penyimpangan dan kemurtadan yang terjadi sehubungan  dengan permasalahan iman, menegaskan bahwa karya penebusan oleh darah Yesus Kristus adalah penebusan final dan satu-satunya yang berkenan kepada Allah. Bahkan penulis mengutip perkataan nabi Yesaya yang oleh Roh Kudus menyatakan tentang perjanjian Allah terhadap umat-Nya (Ibrani 10:1-18; Yeremia 31:33-34). Hal ini dimaksudkan supaya jemaat menjadi teliti terhadap setiap pengajaran yang ada sehingga tidak mudah hanyut dibawa arus (Ibrani 2:1). Tentu saja rasul Petrus langsung mengerti tentang perkataan Yesus Kristus terkait “penyaliban kembali”, perkataan itu pastilah mengingatkannya akan penyangkalan dirinya di halaman mahkamah agama sebelum penyaliban Yesus (Matius 26:69-75). Rasul Petrus akhirnya disalib dengan kepala di bawah (hurdisalib), karena Ia merasa tidak layak untuk mati dan disalib seperti Tuhan Yesus. Itulah salib bagi rasul Petrus, lalu bagaimana dengan bagian kita?

Kata-Nya kepada mereka semua, "Setiap orang yang mau mengikut (will come after – KJV) Aku harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut (follow) Aku. Lukas 9:23

Memikul salib adalah tanggung jawab yang harus kita lakukan dalam hal mengerjakan kehendak Bapa, itulah yang telah Yesus Kristus lakukan sebagai kesempurnaan seluruh pelayanan-Nya.  Yesus dalam keadaan-Nya sebagai manusia telah dicobai sama seperti kita, menderita karena pencobaan itu (2:18), tetapi Ia tidak berbuat dosa (4:15). Sebagai Imam Besar yang tak berdosa telah mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai kurban keselamatan (7:26-27; 9:12-15), satu kurban yang sempurna (10:14).

Sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar taat dari apa yang telah diderita-Nya. Ibrani 5:8

Raja Daud, sebagai pemazmur yang diurapi Tuhan, ia telah menulis hal senada dalam mazmurnya yang menjadi pasal terpanjang dalam Alkitab sebagai berikut:

Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu. Mazmur 119:71

Untuk dapat memikul salib, maka “menyangkal diri” merupakan tahapan yang harus kita kerjakan lebih dahulu. Tanpa penyangkalan diri maka kita tidak dapat memiliki kemampuan untuk memikul tanggung jawab itu. Salib merupakan gambaran dari penderitaan dan penindasan yang kita alami setiap hari, adalah bagian terpenting dalam pembelajaran kita. Melaluinya ketaatan kita teruji dalam mengikut Yesus Kristus untuk melakukan ketetapan-ketetapan Allah. Mengikut Yesus berarti mengerjakan segala sesuatu seperti yang Ia lakukan, dalam hal ini adalah kasih, sebagaimana Yesus telah mengasihi kita demikian pula kita wajib mengasihi sesama manusia. Inilah perintah baru yang harus kita kerjakan,

yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.Yohanes 13:34; 15:12

Dengan inilah kita mengenal kasih itu: Kristus telah menyerahkan hidup-Nya untuk kita. Kita pun wajib menyerahkan hidup kita untuk saudara-saudara kita. 1 Yohanes 3:16 (PB 2004 WBTC)

Siapa saja yang melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Siapa saja yang melayani Aku, ia akan dihormati Bapa. Yohanes 12:26

Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, semuanya berasal dari Satu; itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara, kata-Nya, "Aku akan memberitakan nama-Mu kepada saudara-saudara-Ku, dan memuji-muji Engkau di tengah-tengah jemaat," Ibrani 2:11-12

Jika Yesus Kristus menyebut kita sebagai saudara-saudara-Nya, maka kita yang telah mengenal kasih Kristus karena menerima-Nya dan mendapatkan kehidupan yang baru bersama-Nya, haruslah memikul tanggung jawab kita untuk melayani dan membawa saudara-saudara (sesama manusia) kepada hidup. Allah menghendaki semua orang berbalik dan bertobat (2 Petrus 3:9). Karena kasih-Nya akan dunia ini (Yohanes 3:16), Allah telah menyerahkan Yesus sebagai tebusan bagi semua manusia (1 Timotius 2:5-6), untuk inilah Injil Kerajaan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa (Matius 24:14). Inilah yang diusahakan rasul Paulus dalam pelayanannya,

Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin menyelamatkan beberapa orang dari antara mereka. KPR 9:19-22
Tetapi justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya. Dengan demikian, aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada-Nya dan mendapat hidup yang kekal. 1 Timotius 1:16

Kesadaran akan kasih Kristus dan komitmen kepada setiap ketetapan Allah yang dihasilkan oleh kasih melalui kurban Yesus Kristus dalam kehidupan baru itulah yang memampukan rasul Paulus sebagai pelayan atau hamba memikul salibnya setiap hari. Jika kasih Kristus tinggal menyertai kehidupan kita, tentu kita juga dimampukan untuk mengasihi mereka yang masih hidup dalam dosa dan jauh dari kemuliaan Allah. Kehidupan dalam kasih Kristus itulah yang akan mendorong kita untuk tidak mencari kenyamanan, kehormatan dan kepentingan diri sendiri. Melalui kasih Kristus, kita semua diberi keteladanan dalam menyangkal diri juga untuk dapat menjadi teladan bagi orang lain.

Kristus sendiri sama seperti Allah dalam segala hal. Kristus adalah sama dengan Allah. Namun Kristus tidak memikirkan untuk mempertahankan kesamaan-Nya dengan Allah. Filipi 2:6 (PB 2004 WBTC).

Jika Yesus Kristus Tuhan kita telah menyangkal diri sedemikian rupa sekalipun Ia sendiri adalah sama dengan Allah. Maka sudah sewajarnya jika kita ingin mengikuti-Nya, untuk berjalan seiring sejalan dengan-Nya kemanapun Ia pergi dalam mengerjakan kehendak Bapa-Nya, haruslah kita menanggalkan segala kesombongan diri. Senantiasa bersyukur, memuji dan memberi hormat kepada-Nya untuk salib yang dipercayakan bagi kita, yaitu jiwa-jiwa yang membutuhkan kehidupan – berita Injil, bagi kemuliaan-Nya. Haleluya.

Sesungguhnya kami adalah orang-orang berhutang,
Namun Tuan telah membayarnya lunas,
Tuan mempercayai dan mengutus kami,
Sudah seharusnya kami pergi,
Mengerjakan segala yang Tuan kehendaki.                Kesiman Rejosari Jatirejo Mojokerto, 26 Agustus 2000

Tidak ada komentar:

Posting Komentar