Sabtu, 06 Februari 2016

Aku ingin mengenal(kan) DIA

Aku ingin mengenal(kan) DIA.

“ada alasan yang membuat mereka yakin dengan hubungan mereka hingga rela bercerai dari masing-masing rumah tangganya”. http://celebrity.okezone.com; Jum'at, 21 Agustus 2015 dan Jum'at, 22 Januari 2016

Demikian sepenggal ulasan dari pernikahan seorang “hamba tuhan” dengan seorang artis film, hubungan asmara mereka diawali dari perselingkuhan, demikian pengakuan mereka. Berita tentang pernikahannya menimbulkan kegaduhan dunia “rohani” di Indonesia. Bagaimana tidak, seseorang yang dulunya dikenal sebagai “pencerah” ataupun “pendobrak” dengan penampilannya yang ber-tatto, sebagai penulis lagu rohani yang menjadi berkat bagi pendengarnya, yang kemudian menjadi “pendeta” di sebuah komunitas yang didirikannya dengan nama “Generasi Tanpa Tembok” itu akhirnya merobohkan tembok nilai-nilai kristiani yang sebelumnya ia kumandangkan lewat lagu-lagunya.

Sebelumnya terjadi “keributan” di sebuah gereja besar, seorang pendeta menantang orang tuanya yang adalah pendiri dan pendeta senior di Surabaya itu dengan teriakan “Pi, ayo perang!”, sambil memainkan pedal gas mobilnya sehingga memekakkan telinga masyarakat yang ada disekitarnya. Atraksi seperti ini berlanjut dengan turunnya si pendeta dengan membawa tongkat besi dan kayu disertai puluhan petugas cleaning service dan tukang batu yang dibekali kayu dan besi, karena tidak ditanggapi akhirnya ia memukul-mukul almari, meja dan tembok gereja tersebut. http://www.surabayapagi.com ; Jumat, 4 April 2014, baca juga berita pada Rabu, 5 November 2014.

Tantangan gereja Tuhan dan pelayanan yang dikerjakannya pada saat ini dirasakan sangat perlu sekali, mengingat kondisi yang semakin menekan umat manusia, perang dan kekacauan terjadi, kondisi alam mengalami perubahan, terror ada dimana-mana, perekonomian dunia memburuk, muncul penyakit baru, keluarga hancur dan masih banyak hal lain yang menjadikan jiwa manusia merasa letih lesu dan berbeban berat. Penegakan prinsip keteladanan yang seharusnya dikerjakan oleh gereja tentulah menjadi tuntutan tersendiri bagi setiap pelayanan “hamba Tuhan” yang ada. Karena pergeseran yang menimbulkan bayangan akan menghasilkan sesuatu yang meng-hambaT Tuhan, tembok penghambat bagi pengenalan jemaat akan Tuhannya. Pengenalan yang keliru akan menghasilkan penyimpangan atau bias yang menjadi jurang lebar pada ujungnya.

Sudah selayaknya jika setiap kita meneladani apa yang dikerjakan oleh Yesus Kristus dan rasul-rasul-Nya.
Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan Jadi jikalau Aku, Tuhan dan Gurumu, membasuh kakimu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu. Yohanes 13:13-15

Ikutilah teladanku, sama seperti aku juga mengikuti teladan Kristus. 1 Korintus 11:1
Jika kita menyebut atau memanggil Yesus Kristus sebagai Tuhan, maka selayaknya kita memiliki hubungan pribadi sebagai hamba dan IA sebagai Penguasa atau “tuan di atas segala tuan” dalam hidup kita. Sehingga segala perintah-Nya wajib kita lakukan.
Siapa yang mengatakan bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup. 1 Yohanes 2:6.

Kewajiban untuk hidup sama seperti Kristus inilah yang menjadikan pengenalan kita akan Tuhan menjadi sangat penting. Kedekatan dan pergaulan yang intens menyebabkan pengenalan yang semakin dalam. Dalam pelayanannya, rasul Paulus menyatakan bahwa pengenalan ini menjadi prioritas utamanya.
Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati. Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus. Filipi 3:10-12

Jika kita melihat bahasa aslinya, maka kita akan menemukan betapa dalamnya pengertian yang digunakan oleh rasul Paulus melalui ayat-ayat tersebut. Kata “mengenal” diterjemahkan dari to “know” diturunkan dari bahasa Yunani γινώσκω ginōskō (G1097), dalam definisi Thayer kata ini merupakan ungkapan Yahudi yang dipakai untuk menyatakan hubungan seksual antara seorang pria dan seorang wanita. Dalam hubungan yang dimaksud mengandung betapa rumitnya jalinan pengenalan yang terjadi diantara kedua belah fihak. Betapa sulit digambarkan melalui kata-kata, hal pengenalan dengan tingkat kedalaman seperti yang digambarkan oleh rasul Paulus ini hanya mampu diterjemahkan oleh mereka yang pernah melakukan hubungan kasih antara suami dan istri. Sama halnya seseorang tidak akan pernah mengerti wangi bunga sebelum ia mencium baunya lewat hidungnya, seperti manisnya permen baru dapat dikenal ketika seseorang merasakan melalui lidahnya.

Pengenalan yang hanya bisa didapatkan melalui persekutuan – fellowship, yang diterjemahkan dari kata Yunani κοινωνία koinōnia (G2842), kata yang sama dengan yang dipakai dalam kehidupan jemaat mula-mula, “bertekun dalam persekutuan” (KPR 2:42), sebuah persekutuan dimana semua yang terlibat didalamnya menyatu (ayat 44-46). Seperti “sambal”, dimana cabe, garam, gula, terasi, bawang merah, bawang putih dengan takaran yang tepat diuleg menjadi satu dan tak dapat dipisahkan lagi, kesatuan yang saling memberi rasa, semuanya berfungsi. Persekutuan yang harmonis dalam kesatuan tak terpisahkan pastilah menghasilkan kuasa – power (bandingkan dengan Matius 18:19). Kata “kuasa” yang digunakan di Filipi 3:10 ini diterjemahkan dari δύναμις dunamis (G1411), merupakan kata yang sama dengan yang digunakan ketika Yesus mengatakan “kamu akan menerima kuasa jika Roh Kudus turun ke atas kamu” (KPR 1:8).

Pengenalan yang benar akan menjadikan seseorang mampu semakin hidup dalam keteladanan, dan menampilkan pribadi Kristus di bumi ini.  Menjadi “serupa” συμμορφόω summorphoō (G4833), dalam disain komputer grafis, seperti gambar garis-garis yang kemudian di-render melalui proses komputasi menjadi bentuk nyata dari bangunan yang dimaksud. Dorongan atau gairah seperti rasul Paulus inilah yang akan memampukan setiap kita semakin mengenal Yesus Kristus Pengenalan yang lebih akan mendorong kita untuk semakin “berani” meninggalkan ke-duniawi-an, menjadi pribadi yang mampu memperkenalkan Yesus Kristus sebagai Tuhan dengan menunjukkan karakter yang mengikuti dan melakukan apa yang menjadi kehendak-Nya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar