Aku ingin mengenal(kan) DIA.
“ada alasan yang
membuat mereka yakin dengan hubungan mereka hingga rela bercerai dari
masing-masing rumah tangganya”. http://celebrity.okezone.com; Jum'at, 21
Agustus 2015 dan Jum'at, 22 Januari 2016
Demikian sepenggal ulasan dari pernikahan seorang “hamba
tuhan” dengan seorang artis film, hubungan asmara mereka diawali dari
perselingkuhan, demikian pengakuan mereka. Berita tentang pernikahannya menimbulkan
kegaduhan dunia “rohani” di Indonesia. Bagaimana tidak, seseorang yang dulunya
dikenal sebagai “pencerah” ataupun “pendobrak” dengan penampilannya yang
ber-tatto, sebagai penulis lagu rohani yang menjadi berkat bagi pendengarnya,
yang kemudian menjadi “pendeta” di sebuah komunitas yang didirikannya dengan
nama “Generasi Tanpa Tembok” itu akhirnya merobohkan tembok nilai-nilai kristiani
yang sebelumnya ia kumandangkan lewat lagu-lagunya.
Sebelumnya terjadi “keributan” di sebuah gereja besar,
seorang pendeta menantang orang tuanya yang adalah pendiri dan pendeta senior
di Surabaya itu dengan teriakan “Pi, ayo perang!”, sambil memainkan pedal gas
mobilnya sehingga memekakkan telinga masyarakat yang ada disekitarnya. Atraksi
seperti ini berlanjut dengan turunnya si pendeta dengan membawa tongkat besi
dan kayu disertai puluhan petugas cleaning service dan tukang batu yang
dibekali kayu dan besi, karena tidak ditanggapi akhirnya ia memukul-mukul
almari, meja dan tembok gereja tersebut. http://www.surabayapagi.com ; Jumat, 4
April 2014, baca juga berita pada Rabu, 5 November 2014.
Tantangan gereja Tuhan dan pelayanan yang dikerjakannya pada
saat ini dirasakan sangat perlu sekali, mengingat kondisi yang semakin menekan
umat manusia, perang dan kekacauan terjadi, kondisi alam mengalami perubahan,
terror ada dimana-mana, perekonomian dunia memburuk, muncul penyakit baru,
keluarga hancur dan masih banyak hal lain yang menjadikan jiwa manusia merasa
letih lesu dan berbeban berat. Penegakan prinsip keteladanan yang seharusnya
dikerjakan oleh gereja tentulah menjadi tuntutan tersendiri bagi setiap
pelayanan “hamba Tuhan” yang ada. Karena pergeseran yang menimbulkan bayangan
akan menghasilkan sesuatu yang meng-hambaT Tuhan, tembok penghambat bagi pengenalan
jemaat akan Tuhannya. Pengenalan yang keliru akan menghasilkan penyimpangan
atau bias yang menjadi jurang lebar pada ujungnya.
Sudah selayaknya jika setiap kita meneladani apa yang
dikerjakan oleh Yesus Kristus dan rasul-rasul-Nya.
Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang
Akulah Guru dan Tuhan Jadi jikalau Aku, Tuhan dan Gurumu, membasuh kakimu, maka
kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan
kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat
kepadamu. Yohanes 13:13-15
Ikutilah teladanku, sama seperti aku juga mengikuti teladan Kristus. 1
Korintus 11:1
Jika kita menyebut atau memanggil Yesus Kristus sebagai
Tuhan, maka selayaknya kita memiliki hubungan pribadi sebagai hamba dan IA
sebagai Penguasa atau “tuan di atas segala tuan” dalam hidup kita. Sehingga
segala perintah-Nya wajib kita lakukan.
Siapa yang mengatakan bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama
seperti Kristus telah hidup. 1 Yohanes 2:6.
Kewajiban untuk hidup sama seperti Kristus inilah yang
menjadikan pengenalan kita akan Tuhan menjadi sangat penting. Kedekatan dan
pergaulan yang intens menyebabkan pengenalan yang semakin dalam. Dalam pelayanannya,
rasul Paulus menyatakan bahwa pengenalan ini menjadi prioritas utamanya.
Yang
kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam
penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya
aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati. Bukan seolah-olah aku
telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya,
kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh
Kristus Yesus. Filipi 3:10-12
Jika kita melihat bahasa aslinya, maka kita akan menemukan
betapa dalamnya pengertian yang digunakan oleh rasul Paulus melalui ayat-ayat tersebut.
Kata “mengenal” diterjemahkan dari to “know”
diturunkan dari bahasa Yunani γινώσκω ginōskō (G1097),
dalam definisi Thayer kata ini merupakan ungkapan Yahudi yang dipakai untuk
menyatakan hubungan seksual antara seorang pria dan seorang wanita. Dalam
hubungan yang dimaksud mengandung betapa rumitnya jalinan pengenalan yang
terjadi diantara kedua belah fihak. Betapa sulit digambarkan melalui kata-kata,
hal pengenalan dengan tingkat kedalaman seperti yang digambarkan oleh rasul
Paulus ini hanya mampu diterjemahkan oleh mereka yang pernah melakukan hubungan
kasih antara suami dan istri. Sama halnya seseorang tidak akan pernah mengerti
wangi bunga sebelum ia mencium baunya lewat hidungnya, seperti manisnya permen baru
dapat dikenal ketika seseorang merasakan melalui lidahnya.
Pengenalan yang hanya bisa didapatkan melalui persekutuan – fellowship, yang diterjemahkan dari kata
Yunani κοινωνία koinōnia (G2842),
kata yang sama dengan yang dipakai dalam kehidupan jemaat mula-mula, “bertekun
dalam persekutuan” (KPR 2:42), sebuah persekutuan dimana semua yang terlibat
didalamnya menyatu (ayat 44-46). Seperti “sambal”, dimana cabe, garam, gula,
terasi, bawang merah, bawang putih dengan takaran yang tepat diuleg menjadi
satu dan tak dapat dipisahkan lagi, kesatuan yang saling memberi rasa, semuanya
berfungsi. Persekutuan yang harmonis dalam kesatuan tak terpisahkan pastilah menghasilkan
kuasa – power (bandingkan dengan Matius
18:19). Kata “kuasa” yang digunakan di Filipi 3:10 ini diterjemahkan dari δύναμις dunamis (G1411), merupakan kata yang sama dengan
yang digunakan ketika Yesus mengatakan “kamu akan menerima kuasa jika Roh Kudus turun ke atas kamu” (KPR 1:8).
Pengenalan yang benar
akan menjadikan seseorang mampu semakin hidup dalam keteladanan, dan menampilkan
pribadi Kristus di bumi ini. Menjadi “serupa”
συμμορφόω summorphoō
(G4833), dalam disain komputer grafis, seperti gambar
garis-garis yang kemudian di-render melalui proses komputasi menjadi bentuk
nyata dari bangunan yang dimaksud. Dorongan atau gairah seperti rasul Paulus
inilah yang akan memampukan setiap kita semakin mengenal Yesus Kristus
Pengenalan yang lebih akan mendorong kita untuk semakin “berani” meninggalkan
ke-duniawi-an, menjadi pribadi yang mampu memperkenalkan Yesus Kristus sebagai
Tuhan dengan menunjukkan karakter yang mengikuti dan melakukan apa yang menjadi
kehendak-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar