Selasa, 16 Februari 2016

Ekklêsia, quo vadis?

Ekklêsia, quo vadis?

Dari catatan yang dilakukan oleh Lukas, kita mendapatkan betapa luar biasanya kuasa Tuhan yang menyertai pelayanan gereja mula-mula. Siapapun yang membaca kisah para rasul ini pastilah sangat merindukan semua peristiwa yang terjadi pada masa itu terjadi juga dimasa sekarang ini. Tanda-tanda ajaib, mujizat kesembuhan berbagai penyakit, pengusiran setan-setan bahkan kebangkitan orang mati terjadi. Pengalaman yang membangkitkan iman setiap orang percaya sehingga mereka dengan keberanian yang luar biasa rela memberitakan kabar sukacita tentang Yesus Kristus, bahkan tidak sedikit dari mereka yang harus mengalami aniaya dan menyerahkan nyawanya bagi Injil. Hikmat mereka dalam pekabaran Injil sangatlah luar biasa sehingga para ahli Taurat yang terpelajar itu menjadi heran akan kemampuan mereka menjelaskan isi kitab suci.

Tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan. (KPR 2:47)

Kenyataan yang terjadi sekarang ini dalam gereja Tuhan atau komunitas orang percaya adalah seperti pada masa imam Eli, dimana pada masa itu firman TUHAN jarang; penglihatan-penglihatan pun tidak sering (1 Samuel 3:1). Hal ini bukan berarti dalam komunitas orang percaya yang kita kenal dalam bentuk gereja tidak ada firman Tuhan yang disampaikan, atau tidak ada pelayanan yang dikerjakan. Tetapi seperti yang kita lihat, dengar dan kenal, dalam gereja Tuhan saat ini senantiasa berkembang sebuah tren pengajaran-pengajaran tertentu. Suatu contoh ketika terjadi lawatan di Kanada yang kita kenal sebagai “Toronto Blessing” pada waktu itu, maka seluruh dunia dilanda pengajaran “tertawa dalam Roh”, berkembang juga tren pengajaran lain yang kita kenal sebagai “teologi kemakmuran”, lalu pada akhir-akhir ini berkembang “hyper-grace”. Semua pengajaran yang menjadi tren itu disuguhkan pada jemaat dengan pemikiran bahwa semua yang diajarkan haruslahmengikuti perkembangan agar tidak ketinggalan jaman. Sementara dibalik semua yang dikerjakan melalui tren pengajaran-pengajaran itu hanyalah “pertambahan pengikut” atau “mempertahankan jemaat”. Sebagai “proyek rohani” yang memuaskan telinga pendengarnya dan menarik banyak dana untuk keuntungan pribadi maupun kelompok/organisasi.

Sebab itu, sesungguhnya, Aku akan menjadi lawan para nabi, demikianlah firman TUHAN, yang mencuri firman-Ku masing-masing dari temannya. Yeremia 23:30

Beginilah firman TUHAN terhadap para nabi, yang menyesatkan bangsaku, yang apabila mereka mendapat sesuatu untuk dikunyah, maka mereka menyerukan damai, tetapi terhadap orang yang tidak memberi sesuatu ke dalam mulut mereka, maka mereka menyatakan perang. Mikha 3:5

Pertambahan jiwa baru yang bertobat dalam gereja Tuhan seakan seperti sungai besar yang dibendung, hanya sedikit aliran pertambahannya, sementara pertambahan jumlah denominasi terjadi begitu pesat. Jemaat yang ada hanya berpindah-pindah dari satu organisasi gereja ke organisasi gereja lainnya untuk memuaskan keinginan hatinya, bahkan karena adanya kekecewaan atau kepahitan dengan pelayanan yang sebelumnya ia ikuti. Seperti ikan dari satu akuarium yang dipindahkan ke akuarium yang lain oleh pemiliknya. Perpecahan terus terjadi, ironisnya bahkan dalam gereja “keluarga” pun terjadi perpecahan antara ayah dan anak yang sebelumnya melakukan pelayanan bersama-sama dalam organisasi tersebut.  Pelayanan bukan lagi dikerjakan untuk kepentingan hadirnya kerajaan Allah di bumi ini, tetapi dilakukan hanya untuk kepentingan seseorang atau kelompok dari golongan tertentu sebagai “proyek rohani” yang menguntungkan dengan memakai atau meminjam nama Tuhan.

Pengertian kata “nabi” disini bukanlah seseorang yang membangun “agama” baru, juga bukan dipakai untuk menyatakan wahyu baru tentang Tuhan. Tetapi menunjuk kepada seseorang yang dibangkitkan oleh Tuhan untuk menyampaikan kehendak-Nya, terhadap apa yang telah terjadi pada masa lalu, atau yang harus dikerjakan bahkan menyingkapkan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang terkait dengan pembangunan jemaat. Sebagai seorang hamba Tuhan yang membongkar dosa, menasehati, mengajar dan mendampingi orang-orang yang dilayani dengan memberikan keteladanan hidup. Menginspirasi, mendorong dan memfasilitasi pertumbuhan kerohanian mereka menuju waktu Tuhan.

Seorang “nabi” dikatakan sebagai penjaga agar jemaat kudus dan tidak bercela, adalah seseorang yang  
1.       Dibangkitkan oleh Tuhan (Amos 2:11)
2.       Ditetapkan oleh Tuhan (1 Samuel 3:20; Yeremia 1:5)
3.       Diutus Tuhan (2 Tawarikh 36:15; Yeremia 7:25; Matius 23:34)
4.       Dipenuhi oleh Roh Kudus (Lukas 1:67)
5.       Digerakkan oleh Roh Kudus (2 Petrus 1:21)
6.       Berbicara oleh Roh Kudus (KPR 1:16, 11:28, 28:25)
7.       Berbicara dengan/demi nama Tuhan (2 Tawarikh 33:18, Yakobus 5:10)

Dialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh berbagai angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan. Efesus 4:11-14

Gereja, kemana engkau pergi? Pertanyaan penting inilah yang harus menjadi perhatian kita sebagai umat atau jemaat Tuhan yang termasuk didalamnya. Kemana (gereja membawa) kita pergi? Bagaimanakah pelayanan (gereja) yang dikerjakan atas kita? Atau lebih penting lagi jika anda adalah seorang  pelayan “Kemana saya membawa jemaat Tuhan ini?” Sudahkah sebagai hamba Tuhan yang bertanggung jawab atas jemaat yang dipercayakan untuk anda layani telah mencapai target ilahinya? Atau justru anda sedang terlibat aktif “memporak porandakan” bangunan rumah rohani yang sedang Tuhan bangun?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar