Apa yang kekal?
Abadi Soesman dilahirkan di Malang,
3 Januari
1949, adalah musisi dan
pencipta lagu Indonesia.
Abadi mendapat julukan sebagai pemusik serba bisa. Julukan ini sesuai, karena
Abadi terampil bermain gitar, piano hingga synthesizers ini mampu pula bermain
musik pop, rock, blues, dangdut hingga jazz. Sekalipun sempat bermusik dengan
berbagai grup seperti Guruh Gipsy, God Bless, Bharata Band, Tarantulla, Jack
Lesmana, ia juga membuat grup band sendiri dengan nama “The Eternals”. Ternyata
sekalipun ia bernama Abadi dan “The Eternals” yang juga berarti sama dengan
namanya, tetaplah ia akhirnya harus meninggalkan dunia ini nantinya.
Memang, dalam dunia ini tidak ada yang kekal.
Kematian adalah akibat langsung dari ketidaktaatan manusia
terhadap Tuhan Allah (Kejadian 3:24). Manusia yang sejak semula diciptakan
serupa dan segambar dengan Tuhan Allah itu, seharusnya telah mengerti dan mampu
membedakan apa yang baik dan yang jahat. Bukankah Tuhan Allah yang
menciptakannya pasti tahu apa yang baik dan yang jahat? Bahkan Tuhan Allah
memberitahukan pada manusia agar tidak memakan buah dari pohon pengetahuan
tentang yang baik dan yang jahat itu. Sudah tentu seharusnya manusia menyadari
akibat ketidaktaatannya. Tetapi manusia lebih mengikuti keinginannya sendiri,
tidak ada usaha untuk menggagalkan apa yang diingininya. Karena itu Adam diam
saja, bahkan ikut makan buah dari pohon pengetahuan itu dari Hawa isterinya.
(Kejadian 3:6).
Maka Allah menciptakan manusia itu
menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan
perempuan diciptakan-Nya mereka. (Kejadian 1:27).
Lalu TUHAN Allah memberi perintah
ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya
dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu,
janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau
mati." (Kejadian 2:16-17).
Perempuan itu melihat, bahwa buah
pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik
hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya
dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan
suaminya pun memakannya. (Kejadian 3:6).
Sejak manusia diusir dari taman Eden, mereka terpisah dari
Allah dan terus bertambah banyak. Tetapi Adam dan manusia keturunan yang
dilahirkannya semua pasti mati. Inilah ketetapan Allah atas pelanggaran manusia
(Kejadian 2:16-17). Kematian telah menimbulkan sebuah kerinduan yang senantiasa
menjadi hasrat manusia, yaitu untuk dapat hidup dalam keabadian, hidup untuk
selamanya, hidup seperti Allah. Tentu Allah mengetahui keinginan manusia ini,
itulah sebabnya Ia menempatkan kerub untuk menjaga pohon kehidupan itu supaya
manusia tidak dapat mendekat, mengambil dan memakan buah dari pohon kehidupan
itu (Kejadian 3:24).
Ia memberikan kekekalan dalam hati
mereka. (Pengkotbah 3:11).
"Guru yang baik, apa yang
harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" (Markus 10:17).
Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci,
sebab kamu menyangka bahwa di dalamnya kamu temukan hidup yang kekal. (Yohanes 5:39).
Manusia dalam kehidupannya di dunia senantiasa berusaha
untuk memperoleh kehidupan kekal itu. Tentu saja karena mereka menyadari bahwa
ada keterpisahan dengan Allah untuk selamanya yaitu kematian kekal yang menanti
mereka. Manusia mengembara di padang belantara mencari “tempat kehidupan” baginya (Mazmur 107:4). Tetapi jalan keselamatan
tidak mereka temukan, lalu mereka mengumpulkan harta untuk memuaskan hatinya,
tetapi hal itu juga tidak membuat mereka puas (Pengkotbah 4:8, 5:9). Manusia
telah mempersembahkan kurban dan persembahan yang tidak dapat menyempurnakan
hati nurani orang yang mempersembahkannya juga (Ibrani 9:9). Dalam segala usahanya
untuk memperoleh keselamatan tidak membuahkan hasil, seluruh hidupnya penuh
kesedihan dan pekerjaannya penuh kesusahan hati, bahkan pada malam hari hatinya
tidak tenteram. (Pengkotbah 2:23).
Jika pembaca akrab dengan internet, sempatkanlah
melihat ataupun mengunduh “The Book of The Law”, sebuah buku yang ditulis oleh
Aliester Crowley dan dipublikasikan pada tahun 1904. Atau buku “Satanic Bible”
Gereja Setan Anton Szandor LaVey San Francisco 1968, maka kita akan menemukan
identitas satanis dengan lebih jelas.
THE LAW OF THELEMA
"Do what thou wilt shall be the whole of the Law." – “Lakukan
keinginanmu adalah seluruh hukum.”
"Love is the law, love under will." – “Kasih adalah hukumnya,
kasih dibawah kehendak”
"There is no law beyond Do what thou wilt." – “Tidak ada hukum
lain selain Lakukan keinginanmu”
The Book of The Law Chapter III
Say
unto thine own heart, "I am mine own redeemer.” – Katakan kepada hatimu,
“Aku penebus diriku sendiri.”
THE
GOD YOU SAVE, MAY BE YOURSELF – Tuhan yang anda simpan (yakini), bisa jadi diri
anda sendiri.
BOOK OF SATAN IV:3
BOOK OF LUCIFER II
http://ir.nmu.org.ua/bitstream/handle/123456789/122799/c4ad45410eb73ee86090cd842d758af5.pdf?sequence=1
Inilah puncak usaha manusia untuk menyelamatkan dirinya
sendiri, menempatkan diri sebagai tuhan allah penebus/penyelamat bagi dirinya
sendiri. Menjadi “seperti Allah” sama
saja pemberontak yang abadi, tidak menghormati dan menentang jalan yang telah
disediakan TUHAN Allah.
Allah adalah kasih (1 Yohanes
4:16).
Bahwasanya untuk selama-lamanya
kasih setia-Nya. (Mazmur 136:1-26).
Karena Allah begitu mengasihi
dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap
orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
(Yohanes 3:16).
Kata Yesus kepadanya, "Akulah
jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa,
kalau tidak melalui Aku. (Yohanes 14:6).
Kasih tidak berkesudahan; nubuat
akan berakhir; bahasa lidah akan berhenti; pengetahuan akan lenyap. (1 Korintus
13:8).
Inilah
jalan yang disediakan Tuhan Allah bagi kita, jalan kasih. Kasih itulah yang
mendasari dan mengerjakan seluruh kehendak Tuhan Allah. Karena kasih itulah Ia
memisahkan terang dari gelap (Kejadian 1:4). Demikian pula oleh kasih itu,
terang tidak dapat dikuasai oleh kegelapan (Yohanes 1:5). Kasih Allah yang
kekal bukanlah kasih dibawah kehendak manusia. Manusia hanya melihat perintah
itu sebagai tekanan, beban dan belenggu yang menyulitkan-memberatkan hidupnya.
Manusia telah gagal melihat kasih yang ada di dalam perintah-Nya. Dalam
kehendak bebasnya, manusia telah menempatkan dirinya sebagai binatang yang
tidak terkendali keinginannya. Mata tidak kenyang melihat, telinga tidak puas
mendengar (Pengkotbah 1:8). Manusia tidak hanya menolak kasih yang disediakan
TUHAN Allah baginya, tetapi tetap memberontak terhadap kasih-Nya. Bahkan
sekalipun dalam pelayanan, para pemimpin rohani telah mengesampingkan kasih.
Celakalah
kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang
munafik, sebab kamu memberi persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan,
tetapi yang terpenting dalam hukum
Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan
belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan
diabaikan. (Matius 23:23).
“keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan”
penulisan dengan gaya bahasa Polysyndeton <Pol´-y-syn´-de-ton>. Dari bahasa Yunani πολυσύδετον, yang berasal dari kata πολύς (polûs) = banyak,
ditambah dengan kata συνδετόν (syndeton) = terikat bersama; dalam
grammar, syndeton adalah kombinasi
dari σύν (syn) = dan dengan δεῖν (dein) = mengikat. Sehingga kata Polysyndeton berarti, terikat bersama
oleh banyak sambungan (dan). Lawan dari Polisyndeton
ialah Asyndeton, yang artinya “tanpa (banyak) dan”. Ini berarti bahwa “keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan” merupakan
sebuah kesatuan yang terikat bersama tidak terpisahkan satu sama lain. Keadilan
dan kesetiaan yang bersumber dari belas kasih Tuhan Allah telah dinyatakan bagi
manusia.
Kasih
yang kekal itulah yang seharusnya ada dalam hidup kita, sehingga kita
dimampukan oleh-Nya untuk melakukan yang terpenting dalam hukum Taurat.
Kehadiran Kasih itu akan menjadikan kehidupan kita berarti, dan mampu mengasihi
Allah.
Sekalipun aku dapat berkata-kata
dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak
mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang
gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui
segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki
iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai
kasih, aku sama sekali tidak berguna. Sekalipun aku membagi-bagikan segala
sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika
aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku. 1 Korintus
13:1-3.
Kita telah mengenal dan telah
percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan siapa yang tetap
berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia. (1
Yohanes 4:16).
Allah yang kekal itu adalah kasih, kasih yang tak
berkesudahan, yang selalu baru setiap pagi (Ratapan 3:22-23). Kasih kekal dari Yesus Kristus yang menyertai sampai kesudahan alam itulah yang diberikan Allah supaya manusia mampu hidup dalam kasih, dengan cara
melakukan perintah-perintah-Nya (Matius 28:20; 1 Yohanes 5:3).
Dengan inilah kita mengenal kasih Kristus, yaitu bahwa Kristus telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara seiman kita. (1 Yohanes 3:16),
Inilah tanda atau cara hidup orang yang berada dalam (telah menerima) kehidupan kekal seperti Kristus.
Dengan inilah kita mengenal kasih Kristus, yaitu bahwa Kristus telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara seiman kita. (1 Yohanes 3:16),
Inilah tanda atau cara hidup orang yang berada dalam (telah menerima) kehidupan kekal seperti Kristus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar