Jumat, 05 Februari 2016

Apa yang kekal?

Apa yang kekal?
Abadi Soesman dilahirkan di Malang, 3 Januari 1949, adalah musisi dan pencipta lagu Indonesia. Abadi mendapat julukan sebagai pemusik serba bisa. Julukan ini sesuai, karena Abadi terampil bermain gitar, piano hingga synthesizers ini mampu pula bermain musik pop, rock, blues, dangdut hingga jazz. Sekalipun sempat bermusik dengan berbagai grup seperti Guruh Gipsy, God Bless, Bharata Band, Tarantulla, Jack Lesmana, ia juga membuat grup band sendiri dengan nama “The Eternals”. Ternyata sekalipun ia bernama Abadi dan “The Eternals” yang juga berarti sama dengan namanya, tetaplah ia akhirnya harus meninggalkan dunia ini nantinya. Memang, dalam dunia ini tidak ada yang kekal.
Kematian adalah akibat langsung dari ketidaktaatan manusia terhadap Tuhan Allah (Kejadian 3:24). Manusia yang sejak semula diciptakan serupa dan segambar dengan Tuhan Allah itu, seharusnya telah mengerti dan mampu membedakan apa yang baik dan yang jahat. Bukankah Tuhan Allah yang menciptakannya pasti tahu apa yang baik dan yang jahat? Bahkan Tuhan Allah memberitahukan pada manusia agar tidak memakan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu. Sudah tentu seharusnya manusia menyadari akibat ketidaktaatannya. Tetapi manusia lebih mengikuti keinginannya sendiri, tidak ada usaha untuk menggagalkan apa yang diingininya. Karena itu Adam diam saja, bahkan ikut makan buah dari pohon pengetahuan itu dari Hawa isterinya. (Kejadian 3:6). 
Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. (Kejadian 1:27).
Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati." (Kejadian 2:16-17).
Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminya pun memakannya. (Kejadian 3:6).
Sejak manusia diusir dari taman Eden, mereka terpisah dari Allah dan terus bertambah banyak. Tetapi Adam dan manusia keturunan yang dilahirkannya semua pasti mati. Inilah ketetapan Allah atas pelanggaran manusia (Kejadian 2:16-17). Kematian telah menimbulkan sebuah kerinduan yang senantiasa menjadi hasrat manusia, yaitu untuk dapat hidup dalam keabadian, hidup untuk selamanya, hidup seperti Allah. Tentu Allah mengetahui keinginan manusia ini, itulah sebabnya Ia menempatkan kerub untuk menjaga pohon kehidupan itu supaya manusia tidak dapat mendekat, mengambil dan memakan buah dari pohon kehidupan itu (Kejadian 3:24).
Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. (Pengkotbah 3:11).
"Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" (Markus 10:17).
Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa di dalamnya kamu temukan hidup yang kekal. (Yohanes 5:39).
Manusia dalam kehidupannya di dunia senantiasa berusaha untuk memperoleh kehidupan kekal itu. Tentu saja karena mereka menyadari bahwa ada keterpisahan dengan Allah untuk selamanya yaitu kematian kekal yang menanti mereka. Manusia mengembara di padang belantara mencari “tempat kehidupan” baginya (Mazmur 107:4). Tetapi jalan keselamatan tidak mereka temukan, lalu mereka mengumpulkan harta untuk memuaskan hatinya, tetapi hal itu juga tidak membuat mereka puas (Pengkotbah 4:8, 5:9). Manusia telah mempersembahkan kurban dan persembahan yang tidak dapat menyempurnakan hati nurani orang yang mempersembahkannya juga (Ibrani 9:9). Dalam segala usahanya untuk memperoleh keselamatan tidak membuahkan hasil, seluruh hidupnya penuh kesedihan dan pekerjaannya penuh kesusahan hati, bahkan pada malam hari hatinya tidak tenteram. (Pengkotbah 2:23).
Jika pembaca akrab dengan internet, sempatkanlah melihat ataupun mengunduh “The Book of The Law”, sebuah buku yang ditulis oleh Aliester Crowley dan dipublikasikan pada tahun 1904. Atau buku “Satanic Bible” Gereja Setan Anton Szandor LaVey San Francisco 1968, maka kita akan menemukan identitas satanis dengan lebih jelas.

THE LAW OF THELEMA
"Do what thou wilt shall be the whole of the Law." – “Lakukan keinginanmu adalah seluruh hukum.”
"Love is the law, love under will." – “Kasih adalah hukumnya, kasih dibawah kehendak”
"There is no law beyond Do what thou wilt." – “Tidak ada hukum lain selain Lakukan keinginanmu”
The Book of The Law Chapter III

Say unto thine own heart, "I am mine own redeemer.” – Katakan kepada hatimu, “Aku penebus diriku sendiri.”
THE GOD YOU SAVE, MAY BE YOURSELF – Tuhan yang anda simpan (yakini), bisa jadi diri anda sendiri.
BOOK OF SATAN IV:3
BOOK OF LUCIFER II
http://ir.nmu.org.ua/bitstream/handle/123456789/122799/c4ad45410eb73ee86090cd842d758af5.pdf?sequence=1
Inilah puncak usaha manusia untuk menyelamatkan dirinya sendiri, menempatkan diri sebagai tuhan allah penebus/penyelamat bagi dirinya sendiri. Menjadi “seperti Allah” sama saja pemberontak yang abadi, tidak menghormati dan menentang jalan yang telah disediakan TUHAN Allah. 
Allah adalah kasih (1 Yohanes 4:16).
Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. (Mazmur 136:1-26).
Karena Allah begitu mengasihi dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. (Yohanes 3:16).
Kata Yesus kepadanya, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. (Yohanes 14:6).
Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa lidah akan berhenti; pengetahuan akan lenyap. (1 Korintus 13:8).
Inilah jalan yang disediakan Tuhan Allah bagi kita, jalan kasih. Kasih itulah yang mendasari dan mengerjakan seluruh kehendak Tuhan Allah. Karena kasih itulah Ia memisahkan terang dari gelap (Kejadian 1:4). Demikian pula oleh kasih itu, terang tidak dapat dikuasai oleh kegelapan (Yohanes 1:5). Kasih Allah yang kekal bukanlah kasih dibawah kehendak manusia. Manusia hanya melihat perintah itu sebagai tekanan, beban dan belenggu yang menyulitkan-memberatkan hidupnya. Manusia telah gagal melihat kasih yang ada di dalam perintah-Nya. Dalam kehendak bebasnya, manusia telah menempatkan dirinya sebagai binatang yang tidak terkendali keinginannya. Mata tidak kenyang melihat, telinga tidak puas mendengar (Pengkotbah 1:8). Manusia tidak hanya menolak kasih yang disediakan TUHAN Allah baginya, tetapi tetap memberontak terhadap kasih-Nya. Bahkan sekalipun dalam pelayanan, para pemimpin rohani telah mengesampingkan kasih.
Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu memberi persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. (Matius 23:23).
“keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan” penulisan dengan gaya bahasa Polysyndeton <Pol´-y-syn´-de-ton>. Dari bahasa Yunani πολυσύδετον, yang berasal dari kata πολύς (polûs) = banyak, ditambah dengan kata συνδετόν (syndeton) = terikat bersama; dalam grammar, syndeton adalah kombinasi dari σύν (syn) = dan dengan δεῖν (dein) = mengikat. Sehingga kata Polysyndeton berarti, terikat bersama oleh banyak sambungan (dan). Lawan dari Polisyndeton ialah Asyndeton, yang artinya “tanpa (banyak) dan”. Ini berarti bahwa “keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan” merupakan sebuah kesatuan yang terikat bersama tidak terpisahkan satu sama lain. Keadilan dan kesetiaan yang bersumber dari belas kasih Tuhan Allah telah dinyatakan bagi manusia.
Kasih yang kekal itulah yang seharusnya ada dalam hidup kita, sehingga kita dimampukan oleh-Nya untuk melakukan yang terpenting dalam hukum Taurat. Kehadiran Kasih itu akan menjadikan kehidupan kita berarti, dan mampu mengasihi Allah.
Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku. 1 Korintus 13:1-3.
Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan siapa yang tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia. (1 Yohanes 4:16).

Allah yang kekal itu adalah kasih, kasih yang tak berkesudahan, yang selalu baru setiap pagi (Ratapan 3:22-23). Kasih kekal dari Yesus Kristus yang menyertai sampai kesudahan alam itulah yang diberikan Allah supaya manusia mampu hidup dalam kasih, dengan cara melakukan perintah-perintah-Nya (Matius 28:20; 1 Yohanes 5:3).

Dengan inilah kita mengenal kasih Kristus, yaitu bahwa Kristus telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara seiman kita. (1 Yohanes 3:16),
Inilah tanda atau cara hidup orang yang berada dalam (telah menerima) kehidupan kekal seperti Kristus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar